Rabu, 09 Juli 2014

ASKEB NIFAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
      Masa nifas (puerpurium) adalah waktu yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat kandungan kembali seperti semula (sebelum hamil)dalam waktu kurang lebih 3 bulan. di mulai dengan kehamilan, persalinan dan di lanjutkan dengan masa nifas merupakan  masa yang kritis bagi ibu dan bayinya. Kemungkinan timbul masalah dan penyulit selama masa nifas. Apabila tidak segera ditangani secara efektif akan membahayakan kesehatan, bahkan bisa menyebabkan kematian dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. untuk  itu pemberian asuhan kebidanan kepada ibu dalam  masa nifas sangat perlu dilakukan yang bertujuan untuk  menjaga kesehatan ibu dan bayi, melaksanakan deteksi dini adanya komplikasi dan infeksi, memberikan pendidikan pada ibu serta memberikan pelayanan kesehatan pada ibu dan bayi.
      Selama masa nifas ibu akan mengalami berbagai perubahan. Pelayanan atau asuhan merupakan cara penting untuk  memonitor dan mendukung kesehatan ibu nifas normal dan mengetahui secara dini bila ada penyimpangan yang ditemukan dengan tujuan agar ibu dapat melalui masa nifasnya dengan selamat dan bayi sehat.
      Menurut Varney (1997), penatalaksanaan menajemen kebidanan sebagai proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode mengorganisasikan fikiran dan tindakan melibatkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.


B.             Rumusan Masalah
1.  Apa saja pengkajian data fisik pada ibu nifas?
2. apa masalah-masalah yang terdapat pada kesehatan ibu nifas?
C. Tujuan Penulisan
1.  Untuk megetahui saja pengkajian data fisik pada ibu nifas?
2. Untuk megetahui masalah-masalah yang terdapat pada kesehatan ibu nifas



BAB II
PEMBAHASAN

A. Riwayat Kesehatan Ibu Nifas (Pemeriksan Fisik dan TTV)
a. Keadaan Umum
     Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan akan bidan laporkan dengan kriteria :
1.    Baik
Pasien dimasukan dalam kriteria ini jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan.
2.    Lemah
Pasien dimasukan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak memberikan respons yang baik terhadap lingkungan dan orang lain., serta pasien sudah tidak mampu untuk berjalan sendiri.
b.  Kesadaran
     Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, bidan dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan coma (pasien tidak dalam keadaan sadar).
c.  Tanda-tanda vital
1.    Tekanan Darah
Tekanan darah normal yaitu < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari pos partum..Setelah persalinan sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekananan darah sementara waktu.Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa hari.Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi,merupakan petunjuk kemungkinan adanya pre-eklampsi yang bisa timbul pada masa nifas.Namun hal ini seperti itu jarang terjadi.
2.    Nadi
Nadi berkisar antara 60 – 80 x / menit. Denyut nadi di atas 100  x / menit pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi , hal ini salah satunya bisa diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan . Jika takikardi tidak disertai panas kemungkinan disebabkan karena adanya vitium kordis. Beberapa ibu postpartum kadang – kadang mengalami bradikardi puerperal , yang denyut nadinya mencapai serendah – rendahnya 40 sampai 50 x / menit , beberapa alasan telah diberikan sebagai penyebab yang mungkin  , tetapi belum ada penelitian yang membuktikan bahwa hal itu adalah suatu kelainan .
3.    Pernapasan
Pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit.Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal.Mengapa demikian, tidak lain karena ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam  kondisi istirahat.Bila ada respirasi cepat pospartum (> 30 x/mnt) mungkin karena adanya ikutan dari tanda-tanda syok.
4.    Suhu
Peningkatan suhu badan mencapai 37,5ºC  pada 24 jam pertama masa nifas pada umumnya  disebabkan oleh dehidrasi ,yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan , selain itu bisa juga disebabkan karena isirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan . Tetapi pada umumnya setelah 12 jam post partum suhu tubuh kembali normal. Pada hari ke 4 setelah persalinan biasanya suhu ibu bisa naik sedikit kemungkinan disebabkan dari aktivitas payudara.Bila kenaikan mencapai lebih dari 38 C pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
d.  Payudara
     Pada payudara terjadi proses laktasi. Dalam hal melakukan pengkajian data fisik lakukan perabaan payudara apakah terdapat benjolan, pembesaran kelenjar atau abses, serta bagaimana keadaan putting susu ibu apakah menonjol atau tidak,apakah payudara ibu ada bernanah atau tidak
e.  Uterus
1.  Periksa tinggi fundus uteri apakah sesuai dengan involusi uteri atau tidak
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba TFU atau Tinggi Fundus Uteri, yaitu sebagai berikut :
1)   Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan berat 1000 gram
2)   Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari dibawah pusat
3)   Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan pusat simpisis dengan berat 500 gr
4)   Pada 2 minggu post partum, TFU teraba di atas simpisis dengan berat 350 gram
5)   Pada 6 minggu atau 40 hari post partum, fundus uteri mengecil (tidak teraba) dengan berat 50 gram.
2.  Apakah kontraksi uterus baik atau tidak
3.  Apakah konsistensinya lunak atau keras
4.  Apabila uterus awalnya berkontraksi dengan baik maka pada saat palpasi tidak akan  tampak peningkatan aliran pengeluaran lochea.Bila sebelumnya kontraksi uterus tidak  baik dan konsistensinya lunak,palpasi akan menyebabkan kontraksi yang akan  mengeluarkan bekuan darah yang terakumulasi,aliran ini pada keadaan yang normal akan berkurang dan uterus menjadi keras
Tabel berikut ini menggambarkan perubahan – perubahan yang normal  di dalam uterus selama masa nifas
Bobot Uterus
Diameter Uterus
Palpasi Serviks
Pada akhir Persalinan
900 gram
12,5 cm
Lembut / Lunak
Pada akhir minggu ke 1
450 gram
7,5 cm
2 cm
Pada Akhir minggu ke 2
200 gram
5,0 cm
1 cm
Sesudah Akhir 6 minggu
60 gram
2,5 cm
Menyempit

f.  Kandung kemih
     Jika kandung kemih ibu penuh,maka bantu ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya dan anjurkan ibu agar tidak menahan apabila terasa BAK.Jika ibu tidak dapat berkemih dalam 6 jam post partum,bantu ibu dengan cara menyiramkan air hangat dan bersih ke vulva dan perineum ibu.Bila berbagai cara telah dilakukan namun ibu tetap tidak bisa berkemih,maka mungkin perlu dilakukan pemasangan kateterisasi.Setelah kandung kemih dikosongkan,maka lakukan massase pada fundus agar uterus berkontraksi dengan baik.
g.  Ekremitas Bawah
     Pada pemeriksaan kaki apakah ada:Varises,oedema,Reflek patella,nyeri tekan  atau panas pada beti.Adanya tanda Homan,caranya dengan meletakkan 1 tangan pada lutut ibu dan di lakukan tekanan ringan agar lutut tetap lurus.Bila ibu merasakan nyeri pada betis dengan tindakan tersebut,tanda Homan (+).
h.  Genetalia
1.    Periksa pengeluaran lochea,warna,bau dan jumlahnya
2.    Hematom vulva (gumpalan darah)
3.    Lihat kebersihan pada genitalia ibu
4.    Ibu harus selalu menjaga kebersihan pada alat genitalianya karna pada maa nifas ini ibu sangat mudah sekali untuk terkena infeksi
i.   Perineum
     Pada pemeriksaan perineum sebaiknya ibu dalam posisi dengan kedua tungkai dilebarkan.saat melakukan pemeriksaan perineum periksalah jahitan laserasinya. Sebelum melakukan pemeriksaan jahitan laserasinya,terlebih dahulu bersihkan pada bagian jahitan laserasi dengan kasa yang dikasih betadine supaya jahitan terlihat tampak lebih jelas dan kemudian lihatlah :
1.    Oedema atau tidak
2.    Hemoroid pada anus
3.    Hematoma (Pembengkakan jaringan yang isinya darah)
j.   Lokhea      
     Lochia mengalami perubahan karena proses involusi yaitu Lochia  Rubra , serosa dan alba
1.  Lochia rubra
     Lochia ini muncul pada hari pertama sampai keempat masa post partum , warnanya merah dan mengandung darah dari perobekan / luka pada bekas implantasi placenta dan serabut dari desidua dan chorion
2.   Lochia serosa
Lochia ini warnanya kecoklatan dan muncul pada hari kelima sampai hari kesembilan ,    mengandung lebih sedikit darah , dan lebih banyak serum , juga terdiri dari leukosit dan robekan atau laserasi placenta
3.   Lochia Alba
Muncul pada hari kesepuluh dan berkurang dalam minggu berikutnya , warnanya lebih   pucat , putih kekuningan dan mengandung leukosit , selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.

B. Masalah-Masalah Yang Terdapat Pada Kesehatan Ibu Nifas
1. Infeksi
a.  Infeksi pada perineum, vulva, vagina dan serviks
              Gejalanya berupa rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi dan kadang-kadang perih bila kencing. Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu sekitar 38°C dan nadi di bawah 100 per menit. Bila luka terinfeksi tertutup oleh jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa naik sampai 39 – 40°C dengan kadang-kadang disertai menggigil.
b. Endometritis
               Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis. Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa patogen radang terbatas pada endometritium.
              Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita, dan derajat trauma pada jalan lahir. Biasanya demam mulai 48 jam postpartum dan bersifat naik turun (remittens). His royan dan lebih nyeri dari biasa dan lebih lama dirasakan. Lochia bertambah banyak, berwarna merah atau coklat dan berbau. Lochia berbau tidak selalu menyertai endometritis sebagai gejala. Sering ada sub involusi. Leucocyt naik antara 15000-30000/mm³.
              Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiametra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan dan lembek. Pada endometritis yang tidak meluas, penderita merasa kurang sehat dan nyeri perut pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali. Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal ini tidak boleh dianggap infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokia yang sedikit dan tidak berbau.
              Sakit kepala, kurang tidur dan kurang nafsu makan dapat mengganggu penderita. Kalau infeksi tidak meluas maka suhu turun dengan berangsur-angsur dan turun pada hari ke 7-10. Pasien sedapatnya diisolasi, tapi bayi boleh terus menyusu pada ibunya. Untuk kelancaran pengaliran lochia, pasien boleh diletakkan dalam letak fowler dan diberi juga uterustonika. Pasien disuruh minum banyak
c.  Septicemia dan piemia
              Kedua-duanya merupakan infeksi berat namun gejala-gejala septicemia lebih mendadak dari piemia. Pada septicemia, dari permulaan penderita sudah sakit dan lemah. Sampai tiga hari postpartum suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai menggigil. Selanjutnya, suhu berkisar antara 39 – 40°C, keadaan umum cepat memburuk, nadi menjadi cepat (140 – 160 kali/menit atau lebih). Penderita meninggal dalam enam sampai tujuh hari postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-gejala menjadi seperti piemia.
               Pada piemia, penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit, perut nyeri, dan suhu agak meningkat. Akan tetapi gejala-gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan embolus memasuki peredaran darah umum. Suatu ciri khusus pada piemia ialah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai menggigil, kemudian diikuti oleh turunnya suhu. Ini terjadi pada saat dilepaskannya embolus dari tromboflebitis pelvika. Lambat laun timbul gejala abses pada paru-paru, pneumonia dan pleuritis. Embolus dapat pula menyebabkan abses-abses di beberapa tempat lain.
d.  Parametritis
              Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat terjadi beberapa jalan:
1)   Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari endometritis.
2)   Penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas sampai ke dasar ligamentum.
3)   Penyebaran sekunder dari tromboflebitis. Proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum atau menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas, dapat diraba pada dinding perut sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau pada fossa iliaka.
               Parametritis ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari seminggu disertai rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan parametritis. Pada perkembangan proses peradangan lebih lanjut gejala-gejala parametritis menjadi lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan. Di tengah-tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi secara menetap menjadi naik-turun disertai dengan menggigil. Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri. Dalam dua pentiga kasus tidak terjadi pembentukan abses, dan suhu menurun dalam beberapa minggu. Tumor di sebelah uterus mengecil sedikit demi sedikit, dan akhirnya terdapat parametrium yang kaku. Jika terjadi abses, nanah harus dikeluarkan karena selalu ada bahaya bahwa abses mencari jalan ke rongga perut yang menyebabkan peritonitis, ke rektum, atau ke kandung kencing.
e.  Peritonitis
              Peritonitis dapat berasal dari penyebaran melalui pembuluh limfe uterus, parametritis yang meluas ke peritoneum, salpingo-ooforitis meluas ke peritoneum atau langsung sewaktu tindakan perabdominal. Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga peritoneum dan menyebabkan peritonitis.
              Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis. Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis umum. Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum douglas harus dikeluarkan dengan kolpotomia posterior untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau kandung kencing.
               Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita, yang mula-mula kemerah-merahan, menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin; terdapat apa yang dinamakan facies hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi. Peritonitis yang terlokalisir hanya dalam rongga pelvis disebut pelvioperitonitis, bila meluas ke seluruh rongga peritoneum disebut peritonitis umum, dan ini sangat berbahaya yang menyebabkan kematian 33% dari seluruh kematian akibat infeksi.
f. Salpingitis dan ooforitis
     Gejala salpingitis dan ooforitis tidak dapat di pisahkan dari pelvio peritonitis.
2. Masalah Lain Yang Biasa Dihadapi Pada Masa Nifas
a.  Masalah nyeri
              Sebagian wanita mengalami rasa nyeri meskipun persalinan normal 8-60 jam post partum : nyeri pada shymphisis 3-4 hari pertama, nyeri perineum, dysuria, nyeri leher atau punggung dengan ibu mendapat anastesi general bedrest dan pemberian analgesik.
b.  Afterpain (CU)
1)   Penyebab : obat-obatan yang diberikan untuk menghentikan perdarahan dan pemberian ASI.
2)   Cara mengatasi :
·   BAK secara teratur,
·    Berbaring tengkurap,
·    Mobilisasi,
·    Pemberian paracetamol atau acetamenophen kira-kira 1 jam sebelum pemberian ASI.
c.  Nyeri Perineum
1)   Ibu nifas mengalami nyeri tidak lebih dari 8 minggu.
2)   Penyebab : trauma persalinan dan penjahitan robekan perineum.
3)   Cara mengatasi :
·    Meletakkan potongan es diatas genetalia,
·    Duduk didalam air hangat atau air dingin,
·    Lakukan kegel exercise.
d. Hemoroid
1)   Penyebab : wanita yang cenderung mengalami konstipasi, penanganan pembuluh darah pada bagian anus dan rektum pada saat meneran.
2)   Cara mengatasi: duduk diatas air hangat atau dingin, hindari duduk terlalu lama, banyak minum dan banyak makan makanan berserat, pemberian analgesik.
e. Nyeri Pada Payudara
1) 3 hal yang dilakukan pada upaya pencegahan :
·    Pemberian ASI sedini mungkin,
·    Pemberian Asi setiap 2-3 jam dan jangan memberikan bayi minum air atau suplemen lain,
·    Gunakan kedua payudara secara bergantian ketika menyusui.
2)  Cara mengurangi masalah:
·    Kompres air hangat pada payudara,
·    Jika puting bengkak, perah secara manual,
·    Gunakan penompang yang baik,
·    Beri paracetamol untuk penghilang nyeri,
·    Perawatan payudara
3. Masalah Psikologi
a.    Depresi Postpartum
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung 30 hari.
Ada beberapa hal yang menyebabkan Depresi postpartum, diantaranya:
1)   Dukungan sosial
2)   Emotional relation ship
3)   Komunikasi dan kedekatan antara keluarga, tekhusu suami
4)   Struktur keluarga
5)   Perkawinan  yang tidak baik
6)   Demografi
7)   Lingkungan  yang tidak memungkin kan.
Penatalaksanaan:
1)   Dapat riwayat kesehatan selama priode antepartum untuk mengidentifikasi resiko potensial terjadi depresi postpartum
2)   Atur konseling selama periode antepartum pada klien yang beresiko
3)   Bantuan klien untuk mengatur mekanisme dukungan yang baik selama periode antepartum jika dia ditanyakan beresiko terhadap depresi post partum
4)   Dapatkan riwayat kesehatan post partum yang akurat termasuk demografi, informasi mengenai dukungan dan bantuan dirumah
5)   Kaji proses hubungan ibu dan anak
6)   Tawarkan dukungan, dorongan dan bantuan kepada klien untuk memahami bahwa perasaan depresi dalam beberapa hari setelah melahirkan adalah normal
7)   Peningkatan klien bahwa jika depresinya berlanjut lebih dari beberapa hari dia harus berkonsultasi
8)   Atur konseling selanjutnya jika klien yang memperlihatkan tanda depresi berlanjut.
b. Post Partum Blues
Post partum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga 10 hari sejak kelahiran bayinya.     Ada beberapa hal yang menyebabkan postpartum blues, diantaranya:
1)   Lingkungan melahirkan yang dirasakan kurang nyaman oleh ibu.
2)   Kurang dukungan dari keluarga mauoun suami
3)   Sejarah keluarga atau pribadi yang mengalami gangguan psikosis.
4)   Hubungan seks yang kurang menyenangkan setelah melahirkan.
5)   Tidak ada perhatian dari suami maupun keluarga.
6)   Tidak mempunyayi pengalaman menjadi orangtua dimasa kanak-kanak atau remaja. Misalnya, tidak mempunya saudara kandung untuk dirawat.
Postpartum blues tidak berhubunga dengan perubahan hormonal, bikimia atau kekurangan gizi. Antara 8% sampai 12% wanita dapat menyesuiakan peran sebagai orangtua dan menjadi sangat tertekan sehingga mencari bantuan dokter.
Penatalaksanaan disini adalah cara mengatasi gangguan psikologis pada nifas dengan post partum blues. Ada beberapa cara untuk mengatasi masalah ini yaitu :
1)   Dengan cara pendekatan komunikasi teraupetik, tujuannya agar menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya denga cara:
a)    Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
b)   Dapat memhamai dirinya
c)    Dapat mendukung tindakan konstruksi.
2)  Peningkatan support mental/dukungan keluarga dalam mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan masa nifas dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase, sebagai berikut :
a)    Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus perhatian ibu hanya pada dirinya sendiri, pengalaman selama proses persalinan sering berulang-ulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung ibu menjadi pasif terhadap lingkungannya.
b)   Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah persalinan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidak mampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam  merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
c)    Fase letting go, merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat


c.  Postpartum Psikis
              Postpartum psikosa adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah melahirkan. Etiologi nya adalah:
1)   Riwayat keluarga penderita psikiatri
2)   Riwayat ibu menderita psikiatri
3)   Masalah keluarga dan perkawinan
Penatalaksanaan disini adalah cara mengatasi gangguan psikologis pada nifas dengan post partum psikis. Ada beberapa cara untuk mengatasi masalah ini yaitu :
1)   Pemberian anti depresan
2)   Berhenti menyusui
3)   Dirawat dirumah sakit
4)   Pencegahan
d. Baby blues
          Adalah gangguan efek ringan ( gelisah, cemas, lelah ) yang sering tampak dalam minggu pertama setelahh persalinan. Faktor Penyebab antara lain:
1)  Faktor Hormonal
Berupa perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin,dan estriol yang yang terlalu rendah.
2)  Faktor Usia.
3)  Pengalam dalam pross kehamilan dan persalinan.
4)  Adanya perasaan belum siap menghadapi lahirnya bayi.
5)  Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan, seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkakan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi, serta keadekuatan dukungan sosial lingkungannya.
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara:
1) Beristirahat ketika bayi tidur
2) Berolah raga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
3) Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
4)  Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
5)  Bersikap fleksibel dan bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru
4.  Masalah erawatan perineum
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.
Tujuan perawatan perineum menurut hamilton (2002), adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan.
Lingkup perawatan:
a.    Untuk pencegahan infeksi (feerer, 2001).
b.    Sedangkan menurut hamilton (2002), lingkup perawatan perineum adalah
1)   Mencegah kontaminasi dari rektum
2)   Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma
3)   Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau.
5.  Perawatan payudara
Perawatan  payudara  adalah  suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan teratur  untuk memeliharan  kesehatan  payudara. Perawatan payudara itu sangat penting bagi ibu-ibu  karena merupakan sutau tindakan perawatan yang dilaksanakan baik oleh pasien maupun dibantu oleh orang lain biasanya dilaksanakan mulai hari pertama atau kedua setelah melahirkan. . Untuk pasca persalinan, lakukan sedini mungkin, yaitu 1 sampai 2 hari setelah bayi dilahirkan  dan dilakukan 2 kali sehari. Adapun tujuan perawatan payudara yaitu untuk :
·    Memelihara kebersihan payudara
·    Melancarkan keluarnya asi
·    Mencegah bendungan atau  pembengkakkan pada payudara
6.  Masalah asi exclusif
          Ketika masa nifas asi ekclusifpun dapat terjadi suatu masalah dalam pemebriannya seperti :
a. Bayi bingung putting
     Nipple confusion adalah keadaan yang terjadi karena bayi mendapat susu formula dalam botol berganti-ganti dengan menyusu pada ibu. Terjadi karena mekanisme menyusu pada puting berbeda dengan botol.
Tanda-tanda :
1)   Mengisap puting seperti menghisap dot,
2)   Menghisap terputus-putus dan sebentar,
3)   Bayi menolak menyusu.
7.  Masalah KB
Pemilihan kontrasepsi harus sudah dipertimbangkan pada masa nifas. Apabila hendak memakai kontrasepsi yang mengandung hormon, harus menggunakan obat yang tidak mengganggu produksi ASI. Hubungan suami istri pada masa nifas tidak dianjurkan.
Pada masa nifas ibu yang ingin ber-KB dapat menemukan beberapa masalah seperti :
1)   Terbatasnya jumlah metode yang tersedia
2)   Metode KB yang tidak dapat diterima oleh ibu / tidak sesuai dengan keinginan ibu
3)   Biaya
4)   Efek samping potensial yang dapat terjadi pada ibu
5)   Konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan
6)   Kerjasama pasangan
7)   Dan norma budaya mengenai pemakaian KB



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Masa Nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dan berlangsung kira - kira 6 minggu.
            Pemeriksaan fisik pada ibu nifas antara lain pemeriksaan Keadaan Umum, Kesadaran, Tanda-tanda vital, Payudara, Uterus, Kandung kemih, Ekremitas Bawah, Genetalia, Perineum, dan Lokhea. 
          Masalah-masalah yang terjadi pada kesehatan ibu nifas antara lain Infeksi pada masa nifas diantaranya adalah : endometritis, parametritis, peritonitis, Infeksi pada perineum, vulva, vagina dan serviks, Salpingitis dan ooforitis, Septicemia dan piemia. Masalah nyeri seperti Afterpain (CU), Nyeri Perineum, Hemoroid, Nyeri Pada Payudara. Masalah Psikologi seperti Depresi Postpartum, Post Partum Blues, Postpartum Psikis, Baby blues; Masalah erawatan perineum, Perawatan payudara, Masalah asi exclusif, Masalah KB

B. Saran
                 Pemeriksaan fisik, psikologi dan sosial ibu masa nifas akan membantu mendeteksi masalah-masalah actual maupun potensial yang bisa terjadi pada ibu nifas. Peran bidan  ketika mengetahui adanya gangguan pada kesehatan ibu secepatnya memberikan tindakan lebih lanjut terhadap masalah yang terjadi sehingga tingkat kerusakan akibat masalah tersebut dapat dikurangi.



DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Wulandari. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendikia
Dewi, V. N. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Salemba Medika.
Feryanto, F. A. (2012). Asuhan Kebidanan Patologis. Yogyakarta: Salemba Medika.
Sulistyawati, Ani. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Suhermi. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar