BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas (puerpurium) adalah waktu yang dimulai setelah
plasenta lahir dan berakhir kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat
kandungan kembali seperti semula (sebelum hamil)dalam waktu kurang lebih 3
bulan. di mulai dengan kehamilan, persalinan dan di lanjutkan dengan masa
nifas merupakan masa yang kritis bagi ibu dan bayinya. Kemungkinan timbul
masalah dan penyulit selama masa nifas. Apabila tidak segera ditangani secara
efektif akan membahayakan kesehatan, bahkan bisa menyebabkan kematian dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. untuk itu pemberian
asuhan kebidanan kepada ibu dalam masa nifas sangat perlu dilakukan yang
bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi, melaksanakan deteksi dini
adanya komplikasi dan infeksi, memberikan pendidikan pada ibu serta memberikan
pelayanan kesehatan pada ibu dan bayi.
Selama masa nifas ibu akan mengalami berbagai
perubahan. Pelayanan atau asuhan merupakan cara penting untuk
memonitor dan mendukung kesehatan ibu nifas normal dan mengetahui secara dini
bila ada penyimpangan yang ditemukan dengan tujuan agar ibu dapat melalui masa
nifasnya dengan selamat dan bayi sehat.
Menurut Varney (1997), penatalaksanaan menajemen kebidanan
sebagai proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode
mengorganisasikan fikiran dan tindakan melibatkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan logis untuk
pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
saja pengkajian data fisik pada ibu nifas?
2. apa masalah-masalah yang terdapat pada
kesehatan ibu nifas?
C. Tujuan
Penulisan
1. Untuk
megetahui saja pengkajian data fisik pada ibu nifas?
2. Untuk megetahui
masalah-masalah yang terdapat pada kesehatan ibu nifas
BAB II
PEMBAHASAN
A. Riwayat
Kesehatan Ibu Nifas (Pemeriksan Fisik dan TTV)
a. Keadaan
Umum
Untuk
mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan pasien secara keseluruhan.
Hasil pengamatan akan bidan laporkan dengan kriteria :
1.
Baik
Pasien dimasukan dalam kriteria ini jika pasien memperlihatkan respon
yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak
mengalami ketergantungan dalam berjalan.
2.
Lemah
Pasien dimasukan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak memberikan
respons yang baik terhadap lingkungan dan orang lain., serta pasien sudah tidak
mampu untuk berjalan sendiri.
b. Kesadaran
Untuk
mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, bidan dapat melakukan pengkajian
derajat kesadaran pasien dari keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai
dengan coma (pasien tidak dalam keadaan sadar).
c. Tanda-tanda vital
1.
Tekanan Darah
Tekanan darah normal yaitu < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa
meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari pos partum..Setelah persalinan
sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekananan darah sementara
waktu.Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa hari.Bila tekanan darah
menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan post partum. Sebaliknya bila
tekanan darah tinggi,merupakan petunjuk kemungkinan adanya pre-eklampsi yang
bisa timbul pada masa nifas.Namun hal ini seperti itu jarang terjadi.
2.
Nadi
Nadi berkisar antara 60 – 80 x
/ menit. Denyut nadi di atas 100 x / menit pada masa nifas adalah
mengindikasikan adanya suatu infeksi , hal ini salah satunya bisa diakibatkan
oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan .
Jika takikardi tidak disertai panas kemungkinan disebabkan karena adanya vitium
kordis. Beberapa ibu postpartum kadang – kadang mengalami bradikardi
puerperal , yang denyut nadinya mencapai serendah – rendahnya 40 sampai 50 x /
menit , beberapa alasan telah diberikan sebagai penyebab yang mungkin ,
tetapi belum ada penelitian yang membuktikan bahwa hal itu adalah suatu kelainan
.
3.
Pernapasan
Pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit.Pada umumnya respirasi lambat atau
bahkan normal.Mengapa demikian, tidak lain karena ibu dalam
keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.Bila ada respirasi
cepat pospartum (> 30 x/mnt) mungkin karena adanya ikutan dari tanda-tanda
syok.
4.
Suhu
Peningkatan suhu badan mencapai
37,5ºC pada 24 jam pertama masa nifas pada umumnya disebabkan oleh
dehidrasi ,yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan , selain
itu bisa juga disebabkan karena isirahat dan tidur yang diperpanjang selama
awal persalinan . Tetapi pada umumnya setelah 12 jam post partum suhu tubuh
kembali normal. Pada hari ke 4 setelah persalinan biasanya
suhu ibu bisa naik sedikit kemungkinan disebabkan dari aktivitas
payudara.Bila kenaikan mencapai lebih dari 38 C pada hari kedua sampai
hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
d. Payudara
Pada payudara terjadi proses laktasi. Dalam hal melakukan
pengkajian data fisik lakukan perabaan payudara apakah terdapat benjolan,
pembesaran kelenjar atau abses, serta bagaimana keadaan putting susu ibu apakah menonjol atau tidak,apakah payudara
ibu ada bernanah atau tidak
e. Uterus
1. Periksa tinggi
fundus uteri apakah sesuai dengan involusi uteri atau tidak
Involusi atau pengerutan uterus merupakan
suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya
60 gram. Perubahan ini dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba TFU atau Tinggi Fundus Uteri, yaitu
sebagai berikut :
1)
Pada saat bayi lahir,
fundus uteri setinggi pusat dengan berat 1000 gram
2)
Pada akhir kala III, TFU
teraba 2 jari dibawah pusat
3)
Pada 1 minggu post partum,
TFU teraba pertengahan pusat simpisis dengan berat 500 gr
4)
Pada 2 minggu post partum,
TFU teraba di atas simpisis dengan berat 350 gram
5)
Pada 6 minggu atau 40 hari
post partum, fundus uteri mengecil (tidak teraba) dengan berat 50 gram.
2. Apakah kontraksi uterus baik
atau tidak
3. Apakah konsistensinya lunak
atau keras
4. Apabila
uterus awalnya berkontraksi dengan baik maka pada saat palpasi tidak akan
tampak peningkatan aliran pengeluaran lochea.Bila sebelumnya kontraksi uterus
tidak baik dan konsistensinya lunak,palpasi akan menyebabkan kontraksi
yang akan mengeluarkan bekuan darah yang terakumulasi,aliran ini pada
keadaan yang normal akan berkurang dan uterus menjadi keras
Tabel berikut ini menggambarkan
perubahan – perubahan yang normal di dalam uterus selama masa nifas
Bobot Uterus
|
Diameter Uterus
|
Palpasi Serviks
|
|
Pada akhir
Persalinan
|
900 gram
|
12,5 cm
|
Lembut / Lunak
|
Pada akhir minggu
ke 1
|
450 gram
|
7,5 cm
|
2 cm
|
Pada Akhir minggu
ke 2
|
200 gram
|
5,0 cm
|
1 cm
|
Sesudah Akhir 6
minggu
|
60 gram
|
2,5 cm
|
Menyempit
|
f. Kandung
kemih
Jika
kandung kemih ibu penuh,maka bantu ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya dan
anjurkan ibu agar tidak menahan apabila terasa BAK.Jika ibu tidak dapat
berkemih dalam 6 jam post partum,bantu ibu dengan cara menyiramkan air hangat
dan bersih ke vulva dan perineum ibu.Bila berbagai cara telah dilakukan namun
ibu tetap tidak bisa berkemih,maka mungkin perlu dilakukan pemasangan
kateterisasi.Setelah kandung kemih dikosongkan,maka lakukan massase pada fundus
agar uterus berkontraksi dengan baik.
g. Ekremitas
Bawah
Pada
pemeriksaan kaki apakah ada:Varises,oedema,Reflek patella,nyeri tekan
atau panas pada beti.Adanya tanda Homan,caranya dengan meletakkan 1 tangan pada
lutut ibu dan di lakukan tekanan ringan agar lutut tetap lurus.Bila ibu
merasakan nyeri pada betis dengan tindakan tersebut,tanda Homan (+).
h. Genetalia
1.
Periksa pengeluaran
lochea,warna,bau dan jumlahnya
2.
Hematom vulva (gumpalan
darah)
3.
Lihat kebersihan pada
genitalia ibu
4.
Ibu harus selalu menjaga
kebersihan pada alat genitalianya karna pada maa nifas ini ibu sangat mudah
sekali untuk terkena infeksi
i. Perineum
Pada
pemeriksaan perineum sebaiknya ibu dalam posisi dengan kedua tungkai
dilebarkan.saat melakukan pemeriksaan perineum periksalah jahitan laserasinya.
Sebelum melakukan pemeriksaan jahitan laserasinya,terlebih dahulu bersihkan
pada bagian jahitan laserasi dengan kasa yang dikasih betadine supaya jahitan
terlihat tampak lebih jelas dan kemudian lihatlah :
1.
Oedema atau tidak
2.
Hemoroid pada anus
3.
Hematoma (Pembengkakan
jaringan yang isinya darah)
j. Lokhea
Lochia mengalami perubahan karena proses involusi
yaitu Lochia Rubra , serosa dan alba
1. Lochia rubra
Lochia ini muncul pada hari pertama sampai
keempat masa post partum , warnanya merah dan mengandung darah dari perobekan /
luka pada bekas implantasi placenta dan serabut dari desidua dan chorion
2. Lochia serosa
Lochia ini warnanya kecoklatan
dan muncul pada hari kelima sampai hari kesembilan ,
mengandung lebih sedikit darah , dan lebih banyak serum , juga terdiri dari
leukosit dan robekan atau laserasi placenta
3. Lochia Alba
Muncul pada hari kesepuluh dan
berkurang dalam minggu berikutnya , warnanya lebih pucat , putih
kekuningan dan mengandung leukosit , selaput lendir serviks dan serabut
jaringan yang mati.
B. Masalah-Masalah
Yang Terdapat Pada Kesehatan Ibu Nifas
1. Infeksi
a. Infeksi pada perineum,
vulva, vagina dan serviks
Gejalanya
berupa rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi dan kadang-kadang perih bila
kencing. Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu
sekitar 38°C dan nadi di bawah 100 per menit. Bila luka terinfeksi tertutup
oleh jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa naik sampai 39 –
40°C dengan kadang-kadang disertai menggigil.
b. Endometritis
Jenis infeksi yang paling sering ialah
endometritis. Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas
insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh
endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa patogen radang
terbatas pada endometritium.
Gambaran
klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita, dan derajat
trauma pada jalan lahir. Biasanya demam mulai 48 jam postpartum dan bersifat
naik turun (remittens). His royan dan lebih nyeri dari biasa dan lebih lama
dirasakan. Lochia bertambah banyak, berwarna merah atau coklat dan berbau.
Lochia berbau tidak selalu menyertai endometritis sebagai gejala. Sering ada
sub involusi. Leucocyt naik antara 15000-30000/mm³.
Kadang-kadang
lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini
dinamakan lokiametra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada
endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan dan lembek. Pada
endometritis yang tidak meluas, penderita merasa kurang sehat dan nyeri perut
pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat,
akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih
satu minggu keadaan sudah normal kembali. Lokia pada endometritis, biasanya
bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal ini tidak boleh dianggap infeksinya
berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokia yang sedikit dan
tidak berbau.
Sakit
kepala, kurang tidur dan kurang nafsu makan dapat mengganggu penderita. Kalau
infeksi tidak meluas maka suhu turun dengan berangsur-angsur dan turun pada
hari ke 7-10. Pasien sedapatnya diisolasi, tapi bayi boleh terus menyusu pada
ibunya. Untuk kelancaran pengaliran lochia, pasien boleh diletakkan dalam letak
fowler dan diberi juga uterustonika. Pasien disuruh minum banyak
c. Septicemia dan piemia
Kedua-duanya merupakan infeksi berat
namun gejala-gejala septicemia lebih mendadak dari piemia. Pada septicemia,
dari permulaan penderita sudah sakit dan lemah. Sampai tiga hari postpartum
suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai menggigil. Selanjutnya, suhu
berkisar antara 39 – 40°C, keadaan umum cepat memburuk, nadi menjadi cepat (140
– 160 kali/menit atau lebih). Penderita meninggal dalam enam sampai tujuh hari
postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-gejala menjadi seperti piemia.
Pada
piemia, penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit, perut nyeri, dan
suhu agak meningkat. Akan tetapi gejala-gejala infeksi umum dengan suhu tinggi
serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan embolus memasuki peredaran
darah umum. Suatu ciri khusus pada piemia ialah berulang-ulang suhu meningkat
dengan cepat disertai menggigil, kemudian diikuti oleh turunnya suhu. Ini
terjadi pada saat dilepaskannya embolus dari tromboflebitis pelvika. Lambat
laun timbul gejala abses pada paru-paru, pneumonia dan pleuritis. Embolus dapat
pula menyebabkan abses-abses di beberapa tempat lain.
d. Parametritis
Parametritis adalah infeksi jaringan
pelvis yang dapat terjadi beberapa jalan:
1)
Penyebaran melalui limfe
dari luka serviks yang terinfeksi atau dari endometritis.
2)
Penyebaran langsung dari
luka pada serviks yang meluas sampai ke dasar ligamentum.
3)
Penyebaran sekunder dari
tromboflebitis. Proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum
atau menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas, dapat
diraba pada dinding perut sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau
pada fossa iliaka.
Parametritis ringan dapat
menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari
seminggu disertai rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan
dalam, hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan parametritis. Pada
perkembangan proses peradangan lebih lanjut gejala-gejala parametritis menjadi
lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di
sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul,
dapat meluas ke berbagai jurusan. Di tengah-tengah jaringan yang meradang itu
bisa tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi secara menetap
menjadi naik-turun disertai dengan menggigil. Penderita tampak sakit, nadi
cepat, dan perut nyeri. Dalam dua pentiga kasus tidak terjadi pembentukan
abses, dan suhu menurun dalam beberapa minggu. Tumor di sebelah uterus mengecil
sedikit demi sedikit, dan akhirnya terdapat parametrium yang kaku. Jika terjadi
abses, nanah harus dikeluarkan karena selalu ada bahaya bahwa abses mencari
jalan ke rongga perut yang menyebabkan peritonitis, ke rektum, atau ke kandung
kencing.
e. Peritonitis
Peritonitis dapat berasal dari
penyebaran melalui pembuluh limfe uterus, parametritis yang meluas ke
peritoneum, salpingo-ooforitis meluas ke peritoneum atau langsung sewaktu
tindakan perabdominal. Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya
endometritis, tetapi dapat juga ditemukan bersama-sama dengan
salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa
abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga peritoneum dan
menyebabkan peritonitis.
Peritonitis, yang tidak menjadi
peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis. Gejala-gejalanya tidak seberapa
berat seperti pada peritonitis umum. Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi
keadaan umum tetap baik. Pada pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan
abses. Nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum douglas harus dikeluarkan
dengan kolpotomia posterior untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau
kandung kencing.
Peritonitis umum disebabkan oleh kuman
yang sangat patogen dan merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi
tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire.
Muka penderita, yang mula-mula kemerah-merahan, menjadi pucat, mata cekung,
kulit muka dingin; terdapat apa yang dinamakan facies hippocratica. Mortalitas
peritonitis umum tinggi. Peritonitis yang terlokalisir hanya dalam rongga
pelvis disebut pelvioperitonitis, bila meluas ke seluruh rongga peritoneum
disebut peritonitis umum, dan ini sangat berbahaya yang menyebabkan kematian
33% dari seluruh kematian akibat infeksi.
f. Salpingitis
dan ooforitis
Gejala
salpingitis dan ooforitis tidak dapat di pisahkan dari pelvio peritonitis.
2. Masalah
Lain Yang Biasa Dihadapi Pada Masa Nifas
a. Masalah
nyeri
Sebagian
wanita mengalami rasa nyeri meskipun persalinan normal 8-60 jam post partum :
nyeri pada shymphisis 3-4 hari pertama, nyeri perineum, dysuria, nyeri leher
atau punggung dengan ibu mendapat anastesi general bedrest dan pemberian
analgesik.
b. Afterpain
(CU)
1)
Penyebab : obat-obatan yang
diberikan untuk menghentikan perdarahan dan pemberian ASI.
2)
Cara mengatasi :
· BAK secara teratur,
· Berbaring tengkurap,
· Mobilisasi,
· Pemberian paracetamol atau acetamenophen kira-kira 1 jam sebelum
pemberian ASI.
c. Nyeri
Perineum
1)
Ibu nifas mengalami nyeri
tidak lebih dari 8 minggu.
2)
Penyebab : trauma
persalinan dan penjahitan robekan perineum.
3)
Cara mengatasi :
· Meletakkan
potongan es diatas genetalia,
· Duduk
didalam air hangat atau air dingin,
· Lakukan
kegel exercise.
d. Hemoroid
1)
Penyebab : wanita yang
cenderung mengalami konstipasi, penanganan pembuluh darah pada bagian anus dan
rektum pada saat meneran.
2)
Cara mengatasi: duduk
diatas air hangat atau dingin, hindari duduk terlalu lama, banyak minum dan banyak
makan makanan berserat, pemberian analgesik.
e. Nyeri Pada Payudara
1) 3 hal yang dilakukan pada upaya
pencegahan :
· Pemberian ASI
sedini mungkin,
· Pemberian
Asi setiap 2-3 jam dan jangan memberikan bayi minum air atau suplemen lain,
· Gunakan
kedua payudara secara bergantian ketika menyusui.
2) Cara
mengurangi masalah:
· Kompres air
hangat pada payudara,
· Jika puting bengkak, perah
secara manual,
· Gunakan penompang yang baik,
· Beri paracetamol untuk
penghilang nyeri,
· Perawatan payudara
3. Masalah
Psikologi
a. Depresi Postpartum
Depresi post partum adalah depresi berat yang
terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung 30 hari.
Ada beberapa hal yang menyebabkan Depresi
postpartum, diantaranya:
1)
Dukungan sosial
2)
Emotional relation
ship
3)
Komunikasi dan
kedekatan antara keluarga, tekhusu suami
4)
Struktur keluarga
5)
Perkawinan yang
tidak baik
6)
Demografi
7)
Lingkungan yang
tidak memungkin kan.
Penatalaksanaan:
1)
Dapat riwayat kesehatan
selama priode antepartum untuk mengidentifikasi resiko potensial terjadi
depresi postpartum
2)
Atur konseling selama
periode antepartum pada klien yang beresiko
3)
Bantuan klien untuk
mengatur mekanisme dukungan yang baik selama periode antepartum
jika dia ditanyakan beresiko terhadap depresi post partum
4)
Dapatkan riwayat kesehatan
post partum yang akurat termasuk demografi, informasi mengenai dukungan dan
bantuan dirumah
5)
Kaji proses hubungan ibu
dan anak
6)
Tawarkan dukungan, dorongan
dan bantuan kepada klien untuk memahami bahwa perasaan depresi dalam beberapa hari
setelah melahirkan adalah normal
7)
Peningkatan klien bahwa
jika depresinya berlanjut lebih dari beberapa hari dia harus berkonsultasi
8)
Atur konseling selanjutnya
jika klien yang memperlihatkan tanda depresi berlanjut.
b. Post
Partum Blues
Post partum blues merupakan
kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara
waktu yakni sekitar dua hari hingga 10 hari sejak kelahiran bayinya. Ada
beberapa hal yang menyebabkan postpartum blues, diantaranya:
1)
Lingkungan melahirkan yang dirasakan
kurang nyaman oleh ibu.
2)
Kurang dukungan dari
keluarga mauoun suami
3)
Sejarah keluarga atau
pribadi yang mengalami gangguan psikosis.
4)
Hubungan seks yang kurang
menyenangkan setelah melahirkan.
5)
Tidak ada perhatian dari
suami maupun keluarga.
6)
Tidak mempunyayi pengalaman
menjadi orangtua dimasa kanak-kanak atau remaja. Misalnya, tidak mempunya
saudara kandung untuk dirawat.
Postpartum blues tidak berhubunga dengan
perubahan hormonal, bikimia atau kekurangan gizi. Antara 8% sampai
12% wanita dapat menyesuiakan peran sebagai orangtua dan menjadi sangat
tertekan sehingga mencari bantuan dokter.
Penatalaksanaan disini adalah cara mengatasi gangguan
psikologis pada nifas dengan post partum blues. Ada beberapa cara untuk
mengatasi masalah ini yaitu :
1)
Dengan cara pendekatan
komunikasi teraupetik, tujuannya agar menciptakan hubungan baik antara bidan
dengan pasien dalam rangka kesembuhannya denga cara:
a)
Mendorong pasien mampu
meredakan segala ketegangan emosi
b)
Dapat memhamai dirinya
c)
Dapat mendukung tindakan
konstruksi.
2) Peningkatan
support mental/dukungan keluarga dalam mengatasi gangguan psikologis yang
berhubungan dengan masa nifas dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu
akan mengalami fase-fase, sebagai berikut :
a)
Fase taking in yaitu
periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua
setelah melahirkan. Pada saat itu focus perhatian ibu hanya pada dirinya
sendiri, pengalaman selama proses persalinan sering berulang-ulang
diceritakannya. Hal ini membuat cenderung ibu menjadi pasif terhadap
lingkungannya.
b)
Fase taking hold yaitu
periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah persalinan. Pada fase ini ibu
merasa khawatir akan ketidak mampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam
merawat bayi. Pada fase ini ibu karena saat ini merupakan kesempatan yang baik
untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya
sehingga timbul percaya diri.
c)
Fase letting go, merupakan
fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari
setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya
sudah meningkat
c. Postpartum
Psikis
Postpartum
psikosa adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu
setelah melahirkan. Etiologi nya adalah:
2)
Riwayat ibu menderita
psikiatri
Penatalaksanaan disini adalah cara mengatasi
gangguan psikologis pada nifas dengan post partum psikis. Ada beberapa cara
untuk mengatasi masalah ini yaitu :
1)
Pemberian anti depresan
2)
Berhenti menyusui
3)
Dirawat dirumah sakit
4)
Pencegahan
d. Baby
blues
Adalah gangguan efek ringan (
gelisah, cemas, lelah ) yang sering tampak dalam minggu pertama setelahh
persalinan. Faktor Penyebab antara lain:
1) Faktor
Hormonal
Berupa perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin,dan estriol yang
yang terlalu rendah.
2) Faktor
Usia.
3) Pengalam
dalam pross kehamilan dan persalinan.
4) Adanya
perasaan belum siap menghadapi lahirnya bayi.
5) Latar
belakang psikososial wanita yang bersangkutan, seperti tingkat pendidikan,
status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkakan, riwayat gangguan kejiwaan
sebelumnya, sosial ekonomi, serta keadekuatan dukungan sosial lingkungannya.
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara:
1) Beristirahat ketika bayi tidur
2) Berolah raga ringan, ikhlas dan tulus dengan
peran baru sebagai ibu
3) Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
4) Bicarakan rasa
cemas dan komunikasikan
5) Bersikap fleksibel dan bergabung dengan
kelompok ibu-ibu baru
4. Masalah
erawatan perineum
Perawatan
perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang
dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta
sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.
Tujuan
perawatan perineum menurut hamilton (2002), adalah mencegah terjadinya infeksi
sehubungan dengan penyembuhan jaringan.
Lingkup perawatan:
a. Untuk pencegahan infeksi (feerer,
2001).
b. Sedangkan menurut hamilton
(2002), lingkup perawatan perineum adalah
1)
Mencegah
kontaminasi dari rektum
2)
Menangani
dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma
3)
Bersihkan
semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau.
5. Perawatan payudara
Perawatan
payudara adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan
teratur untuk memeliharan kesehatan payudara. Perawatan payudara itu sangat penting bagi
ibu-ibu karena merupakan sutau tindakan perawatan yang dilaksanakan baik
oleh pasien maupun dibantu oleh orang lain biasanya dilaksanakan mulai hari
pertama atau kedua setelah melahirkan. . Untuk pasca persalinan,
lakukan sedini mungkin, yaitu 1 sampai 2 hari setelah bayi dilahirkan dan
dilakukan 2 kali sehari. Adapun tujuan perawatan payudara yaitu untuk :
· Memelihara kebersihan payudara
· Melancarkan keluarnya asi
· Mencegah bendungan atau pembengkakkan pada
payudara
6. Masalah asi exclusif
Ketika masa nifas asi ekclusifpun dapat terjadi
suatu masalah dalam pemebriannya seperti :
a. Bayi bingung putting
Nipple confusion adalah keadaan yang terjadi karena
bayi mendapat susu formula dalam
botol berganti-ganti dengan menyusu pada ibu. Terjadi karena mekanisme menyusu pada puting
berbeda dengan botol.
Tanda-tanda :
1)
Mengisap
puting seperti menghisap dot,
2)
Menghisap
terputus-putus dan sebentar,
3)
Bayi
menolak menyusu.
7. Masalah KB
Pemilihan kontrasepsi harus
sudah dipertimbangkan pada masa nifas. Apabila hendak memakai kontrasepsi yang
mengandung hormon, harus menggunakan obat yang tidak mengganggu produksi ASI.
Hubungan suami istri pada masa nifas tidak dianjurkan.
Pada masa nifas ibu yang
ingin ber-KB dapat menemukan beberapa masalah seperti :
1) Terbatasnya jumlah metode yang tersedia
2) Metode KB yang tidak dapat diterima oleh ibu /
tidak sesuai dengan keinginan ibu
3) Biaya
4) Efek samping potensial yang dapat terjadi pada ibu
5) Konsekuensi terhadap kehamilan
yang tidak diinginkan
6) Kerjasama pasangan
7) Dan norma budaya mengenai pemakaian KB
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa Nifas (puerperium) dimulai setelah
kelahiran placenta dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil dan berlangsung kira - kira 6 minggu.
Pemeriksaan
fisik pada ibu nifas antara lain pemeriksaan Keadaan Umum, Kesadaran, Tanda-tanda
vital, Payudara, Uterus, Kandung kemih, Ekremitas Bawah, Genetalia, Perineum,
dan Lokhea.
Masalah-masalah
yang terjadi pada kesehatan ibu nifas antara lain Infeksi pada masa nifas
diantaranya adalah : endometritis, parametritis, peritonitis, Infeksi pada
perineum, vulva, vagina dan serviks, Salpingitis dan ooforitis, Septicemia dan
piemia. Masalah nyeri seperti Afterpain (CU), Nyeri Perineum, Hemoroid, Nyeri Pada
Payudara. Masalah Psikologi seperti Depresi
Postpartum, Post Partum Blues, Postpartum Psikis, Baby blues; Masalah erawatan perineum, Perawatan payudara, Masalah asi exclusif, Masalah KB
B. Saran
Pemeriksaan
fisik, psikologi dan sosial ibu masa nifas akan membantu mendeteksi
masalah-masalah actual maupun potensial yang bisa terjadi pada ibu nifas. Peran
bidan ketika mengetahui adanya gangguan
pada kesehatan ibu secepatnya memberikan tindakan lebih lanjut terhadap masalah
yang terjadi sehingga tingkat kerusakan akibat masalah tersebut dapat
dikurangi.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, V. N. (2011). Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Salemba Medika.
Feryanto, F. A. (2012). Asuhan
Kebidanan Patologis. Yogyakarta: Salemba Medika.
Sulistyawati, Ani. (2009). Buku Ajar
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar