BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah persalinan wanita akan mengalami masa
puerperium, untuk dapat mengembalikan alat genitalia internakedalam
keadaan normal, dengan tenggang waktu sekitar 42 hari atau enam minggu atau
satu bulan tujuh hari.(Ilmui kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, Manuaba, hal 195).
Masa nifas akan menyebabkan terjadinya
perubahan – perubahan pada organ reproduksi. Begitupun halnya dengan kondisi
kejiwaan ( psikologis ) ibu, juga mengalami perubahan. Dari yang semula belum
memiliki anak, kemudian lahirlah seorang bayi mungil nan lucu yang kini
mendampingi ibu. Menjadi orangtua merupakan suatu krisis tersendiri dan ibu
harus mampu melewati masa transisi. Secara psikologi, seorang ibu akan
mengalami gejala – gejala psikiatrik setelah melahirkan.
Menurut Levine (2005) menjadi orang tua
sesungguhnya merupakan proses yang dinamis. Situasi keluarga acap kali berubah.
Tidak ada yang bersifat mekanis dalam proses tersebut. Akan tetapi, dengan
memahami bahwa kepribadian mengaktifkan energy, mengembangkan langkah demi
langkah, serta menyadari semua implikasi setiap langkah terhadap diri anak,
para orang tua secara perlahan akan mampu menumpuk rasa percaya diri pada diri
anak.
Selanjutnya, Levine (2005) menegaskan bahwa
kepribadian orang tua akan berpengaruh terhadap caraorang tua tersebut dalam
mendidik dan membesarkan anaknya yang pada gilirannya juga berpengaruh pada
kepribadian si anak tersebut.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa faktor –faktor yang mempengaruhi psikologi ibu dan anak?
2.
Bagaimana
Hubungan Psikologi Antara Ibu Nifas Dan Anak?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui faktor –faktor yang
mempengaruhi psikologi ibu dan anak.
2.
Untuk mengetahui Hubungan Psikologi Antara Ibu Nifas Dan Anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Psikologi Ibu dan Anak
1. Ibu
Faktor-faktor yang mempengaruhi psikologi ibu pada masa
nifas bisa karna faktor internal yaitu fakror dari ibu dan faktor ekternal
yaitu kondisi luar yang mempengaruhi psikologi ibu.
a. Faktor Intrernal
1. Hubungan
dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi
Hal
yang di alami oleh ibu ketika melahirkan akan sangat mewarnai alam perasaannya
terhadap perannya sebagai seorang ibu. Ia akhirnya menjadi tahu bahwa begitu
beratnya ia harus berjuang untuk melahirkan bayinya dan hal tersebut akan
memperkaya pengalaman hidupnya untuk lebih dewasa. Banyak kasus yang terjadi,
setelah seorang ibu melahirkan anaknya yang pertama, ia akan bertekad untuk
meningkatkan kualitas hubungannya dengan ibunya.
2. Pengalaman
melahirkan dan membesarkan anak yang lalu
Walaupun
kali adalah bukan lagi pengalamannya yang pertama melahirkan bayinya, namun
kebutuhan untuk mendapatkan dukungan positif dari lingkungannya tidak berbeda
dari ibu yang melahirkan anak anak pertama. Hanya perbedaannya adalah tekhnik
penyampaian dukungan yang diberikan lebih kepada support dan apresiasi dari
keberhasilannya dalam melewati saat-saat sulit pada persalinannya yang lalu.
b. Faktor
eksternal
1. Respon
dan dukungan keluarga dan teman
Bagi ibu
post partum, apalagi pada ibu yang pertama kali melahirkan akan sangat
membutuhkan dukungan orang-orang terdekat karna ia belum sepenuhnya berada pada
kondisi stabil, baik fisik mapun psikologisnya. Ia masih sangat asing terhadap
perubahan peran barunya yang begitu fantastis terjadi dalam waktu yang begitu
cepat, yaitu peran sebagai seorang “Ibu”.Dengan respon positif dari lingkungan,
akan mempercepat proses adaptasi peran ini sehingga akan memudahkan bagi bidan
untuk memberikan asuhan yang sehat.
2. Pengaruh
budaya
Adanya
adat istiadat yang dianut oleh lingkungan dan keluarga sedikit banyak akan
mempengaruhi keberhasilan ibu dalam melewati saat transisi ini. Apalagi jika
ada hal yang tidak sinkron antara arahan dari tenaga kesehatan dengan budaya
yang dianut. Dalam hal ini, bidan harus bijaksana dalam menyikapi, namun tidak
mengurangi kualitas asuhan yang harus diberikan. Keterlibatan keluarga dari
awal dalam menetukan bentuk asuhan dan perawatan yang diberikan pada ibu dan
bayi akan memudahkan bidan dalam memberikan asuhan.
2. Anak
Tampaknya terdapat kesepakatandi kalangan
para pakar bahwa model tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori yang
mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu. Menurut model ini, motivasi
seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang
bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah :
1.
Kecakapan dan keterampilan
seorang anak.
Seorang anak yang cakap dan
terampil akan lebih mudah dalam mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam
dirinya. Contohnya: seorang anak yang pandai bergaul, akan lebih mudah dalam
bersosialisasi dengan lingkungannya.
2. Harga diri.
Seorang anak yang dapat
menghargai dirinya sendiri dengan baik tidak akan mengalami kesulitan dalam
menghadapi berbagai hal yang dihadapinya.
3. Persepsi seseorang anak
mengenai diri sendiri.
Pandangan seorang anak
terhadap dirinya dapat mempengaruhi dalam perkembangan konatifnya. Seorang anak
yang memandang dirinya buruk akan lebih sulit dalam mengembangkan potensi dalam
dirinya.
Contoh: seorang anak yang kurang percaya diri akan merasa malu untuk menunjukkan kemampuannya.
Contoh: seorang anak yang kurang percaya diri akan merasa malu untuk menunjukkan kemampuannya.
4. Keinginan.
Anak yang memiliki
keinginan dipastikan memiliki motivasi yang tinggi untuk meraih
keinginannya.
Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi
seseorang, antara lain ialah :
1.
Adanya
orang terdekat yang dapat dipercaya.
Dengan adanya orang-orang yang mempunyai hubungan
erat/dekat dan orang tersebut dapat memberikan kepercayaan sehingga melalui orang-orang
terdekatnya itu perkembangan konatif anak dapat meningkat karena adanya
dorongan dari orang-orang yang tersayang.
Contohnya: sahabat, orang tua, kakak, dan adik.
2.
Cara orang tua mendidik dan membina anak.
Orang tua yang mendidik anak dengan cara bertahap dalam
menjelaskan sesuatu hal, dan mendidik anak dengan penuh kasih sayang, biasanya
anak-anak mereka memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan mereka akan mudah
dalam mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Contohnya: orang tua
mengajarkan tentang kepercayaan diri kepada seorang anak disertai dengan
memberikan dorongan kepada anak.
3.
Jenis dan
sifat pergaulan.
Pergaulan seorang anak dalam lingkungannya akan
berpengaruh terhadap motivasi yang dimunculkan dalam dirinya.
4. Kelompok
bermain dimana seseorang anak bergabung.
Kelompok bermain yang diikuti oleh seorang anak berpengaruh dalam pengembangan potensi seorang anak.
Kelompok bermain yang diikuti oleh seorang anak berpengaruh dalam pengembangan potensi seorang anak.
Selanjutnya, Levine (2005) menegaskan bahwa kepribadian
orang tua akan berpengaruh terhadap cara orang tua tersebut dalam mendidik dan
membesarkan anaknya yang pada gilirannya juga berpengaruh pada psikologi si
anak tersebut. Ada Sembilan tipe kepribadian orang tua dalam membesarkan
anaknya yang juga dapat berpengaruh pada psikologi si anak, yaitu sebagai
berikut :
a. Penasihat
moral, terlalu menekankan pada perincian, analisis dan moral.
b. Penolong,
terlalu mengutamakan kebutuhan anak dengan mengabaikan akibat dari tindakan si
anak.
c. Pengatur,
selalu ingin bekerja sama dengan si anak dan menciptakan tugas-tugas yang akan
membantu memperbaiki keaadan.
d. Pemimipin,
selalu berupaya untuk selalu berhubungan secara emosional dengan anak-anak
dalam setiap keadaan dan mencari solusi kreatif bersama-sama.
e. Pengamat,
selalu mencari sudut pandang yang menyeluruh, berupaya mengutamakan
objektifitas dan perspektif.
f. Pencemas,
selalu melakukan tanya jawab mental dan terus bertanya-tanya , ragu-ragu dan
memiliki gambaran terburuk bahkan meraka sampai yakin bahwa anak merka
benar-benar memahami situasi.
g. Penghibur,
selalu menerapakan gaya yang selalu santai.
h. Pelindung,
cenderung untuk mengambil alih tanggung jwab dan bersikap melindungi, berteriak
pada si anak akan tetapi kemudian melindunginnya dari ancaman yang datang.
i. Pendamai, dipengaruhi psikologi mereka yanag selalu menghindar dari
konflik.
B. Hubungan Psikologi
Antara Ibu Nifas Dan Anak
1. Bounding
a. Pengertian Bounding
Pengertian menurut para ahli:
1)
Klause
dan Kennel (1983): interaksi orang tua dan bayi secara nyata, baik
fisik, emosi, maupun sensori pada beberapa menit dan jam pertama
segera bayi setelah lahir.
2)
Nelson (1986), bounding:
dimulainya interaksi emosi sensorik fisik antara orang tua dan bayi
segera setelah lahir, attachment: ikatan yang terjalin antara
individu yang meliputi pencurahan perhatian; yaitu hubungan emosi dan fisik
yang akrab.
3)
Saxton dan Pelikan (1996), bounding:
adalah suatu langkah untuk mengunkapkan perasaan afeksi (kasih sayang)
oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir;attachment: adalah
interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.
4)
Bennet dan
Brown (1999), bounding: terjadinya hubungan antara orang
tua dan bayi sejak awal kehidupan, attachment: pencurahan kasih
sayang di antara individu.
5)
Brozeton (dalam Bobak,
1995): permulaan saling mengikat antara orang-orang seperti antara
orang tua dan anak pada pertemuan pertama.
6)
Parmi (2000): suatu
usaha untuk memberikan kasih sayang dan suatu proses yang saling merespon
antara orang tua dan bayi lahir.
7)
Perry (2002), bounding:
proses pembentukan attachment atau membangun ikatan;attachment:
suatu ikatan khusus yang dikarakteristikkan dengan kualitas-kualitas yang
terbentuk dalam hubungan orang tua dan bayi.
8)
Subroto (cit Lestari,
2002): sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara
orang tua dan bayi.
9)
Maternal dan Neonatal Health:
adalah kontak dini secara langsung antara ibu dan bayi setelah proses
persalinan, dimulai pada kala III sampai dengan post partum.
b. Cara untuk melakukan bounding
Cara untuk melakukan bounding ada bermacam-macam antara lain:
1)
Pemberian ASI ekslusif
Dengan dilakukannya
pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir, secara langsung bayi akan
mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga dan
diperlukan , rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
2)
Rawat gabung
Rawat gabung merupakan
salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu dan
bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat
sentuhan badan antara ibu dan bayinya.
3)
Kontak mata
Beberapa ibu berkata
begitu bayinya bisa memandang mereka,mereka merasa lebih dekat dengan bayinya.
4)
Suara
Mendengar dan merenspon
suara antara orang tua dan bayinya sangat penting. orang tua menunggu tangisan
pertama bayi mereka dengan tegang.
5)
Aroma
Setiap anak memiliki
aroma yang unik dan bayi belajar dengan cepat untuk mengenali aroma susu
ibunya.
6)
Entrainment
Bayi mengembangkan irama
akibat kebiasaan. Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur
pembicaraan orang dewasa.
7)
Bioritme
Salah satu tugas bayi
baru lahir adalah membentuk ritme personal (bioritme).
c. Tahap-tahap bounding attachment
1)
Perkenalan
(acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara, dan
mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
2)
Bounding (keterikatan)
3)
Attachment, perasaan
kasih sayang yang mengikat individu dengan indivudu lain
Menurut Klaus, Kenell
(1982), bagian penting dari ikatan ialah perkenalan.
d. Prinsip-prinsip dan upaya meningkatkan bounding
attachment
1)
Menit pertama jam
pertama
2)
Sentuhan orang tua
pertama kali
3)
Adanya ikatan yang baik
dan sistematis
4)
Terlibat proses
persalinan
5)
Persiapan PNC sebelumnya
6)
Adaptasi
7)
Kontak sedini mungkin
sehingga dapat membangut dalam member kehangatan pada bayi, menurunkan rasa
sakit ibu, serta member rasa nyaman
8)
Fasilitas untuk kontak
lebih lama
9)
Penekanan pada hal-hal
positif
10)
Perawat meternitas
khusus (bidan)
11)
Libatkan anggota
keluarga lainnya
12)
Informasi bertahap
mengenai bounding attachment
e. Dampak positif bounding attachment
- Bayi merasa dicintai,
diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap social
- Bayi merasa aman, berani
mengadakan eksplorasi
f. Hambatan bounding attachment
- Kurang support sistem
- Ibu dengan risiko
- Bayi dengan risiko
- Kehadiaran bayi yang
tidak diinginkan
2. IMD (Inisiasi Menyusui Dini)
1. Pengertian Imd (Inisiasi
Menyusui Dini)
Inisiasi Menyusu Dini adalah proses
membiarkan bayi menyusu sendiri segera setelah lahiran. Hal ini merupakan
kodrat dan anugrah dari Tuhan yang sudah disusun untuk kita.
Melakukannya juga tidak sulit, hanya membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua
jam.
Inisiasi Menyusu Dini atau disingkat
sebagai IMD merupakan program yang sedang gencar dianjurkan pemerintah. Menyusu
dan bukan menyusui merupakan gambaran bahwa IMD bukan program ibu menyusui bayi
tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri putting susu ibu. Program ini
dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya
dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusu.
IMD harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan
menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya
dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara
bayi dan ibu.
b. Informasi
Seputar Inisasi Menyusu Dini
Berikut informasi tentang Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) yang dapat mendorong Anda untuk melakukan IMD sesaat setelah
bayi Anda dilahirkan:
1)
Percayalah bayi dapat melakukan ini sendiri. Sebenarnya, ada kodrat
alami seorang bayi untuk menyusu dari ibu bahkan saat dia baru lahir. Jadi Anda
tidak perlu terlalu mengkuatirkan bayi Anda.
2)
IMD merupakan tahap awal yang sangat baik bila Anda ingin memberikan ASI
eksklusif pada 6 bulan pertama. Bayi akan menyukai ASI dan ibu tidak akan
kekurangan untuk memberikannya. IMD juga mengurangi rasa nyeri saat harus
menyusui.
3)
Jangan kuatir bayi Anda kedinginan karena tanpa pakaian apapun harus
dibiarkan selama kurang lebih 1 jam untuk mencari puting susu ibu. Karena kulit
ibu dapat menghangatkan bayi secara sempurna. Bila bayi merasa kedinginan, suhu
tubuh ibu akan meningkat 2 derajat Celcius, sedangkan bila bayi kepanasan,
kulit ibu akan menyesuaikan dengan menurunkan suhu sebanyak 1 derajat Celcius.
4)
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi
sehingga mengurangi tingkat kematian bayi yang baru lahir.
5)
Gerakan bayi yang merangkak mencari puting susu dapat menekan rahim dan
mengelurkan hormon yang membantu menghentikan pendarahan ibu.
6)
Bila bayi dalam melakukan IMD menangis, jangan cepat-cepat Anda menyerah
untuk memberikan ASI. Bayi menangis belum tentu karena merasa lapar. Biarkan
bayi Anda menemukan susu sendiri.
7)
Bila persalinan harus melalui proses Cesar, Anda dapat tetap melakukan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) walaupun kemungkinan berhasilnya sekitar 50%
daripada persalinan normal.
8)
IMD membantu meningkatkan ikatan batin antara ibu dan anak.
c. Proses Inisiasi Menyusu Dini
1)
Sesaat setelah lahiran sehabis ari-ari dipotong, bayi langsung diletakan
di dada si ibu tanpa membersihkan si bayi kecuali tangannya, kulit bertemu
kulit. Ternyata suhu badan ibu yang habis melahirkan 1 derajat lebih tinggi.
Namun jika si bayi itu kedinginan, otomatis suhu badan si ibu jadi naik 2
derajat, dan jika si bayi kepanasan, suhu badan ibu akan turun 1 derajat. Jadi
Tuhan sudah mengatur bahwa si ibu yang akan membawa si bayi beradaptasi dengan
kehidupan barunya. Setelah diletakkan di dada si ibu, biasanya si bayi hanya
akan diam selama 20-30 menit, dan ternyata hal ini terjadi karena si bayi
sedang menetralisir keadaannya setelah trauma melahirkan.
2)
Setelah si bayi merasa lebih tenang, maka secara otomatis kaki si bayi
akan mulai bergerak-gerak seperti hendak merangkak. Ternyata gerakan ini pun
bukanlah gerakan tanpa makna karena ternyata kaki si bayi itu pasti hanya akan
menginjak-injak perut ibunya di atas rahim. Gerakan ini bertujuan untuk
menghentikan pendarahan si ibu. Lama dari proses ini tergantung dari si bayi.
3)
Setelah melakukan gerakan kaki tersebut, bayi akan melanjutkan dengan
mencium tangannya, ternyata bau tangan si bayi sama dengan bau air ketuban. Dan
juga ternyata wilayah sekitar puting si ibu itu juga memiliki bau yang sama,
jadi dengan mencium bau tangannya, si bayi membantu untuk mengarahkan kemana
dia akan bergerak. Dia akan mulai bergerak mendekati puting ibu. Ketika sudah
mendekati puting si ibu, si bayi itu akan menjilat-jilat dada si ibu. Ternyata
jilatan ini berfungsi untuk membersihkan dada si ibu dari bakteri-bakteri jahat
dan begitu masuk ke tubuh si bayi akan diubah menjadi bakteri yang baik dalam
tubuhnya. Lamanya kegiatan ini juga tergantung dari si bayi karena hanya si
bayi yang tahu seberapa banyak dia harus membersihkan dada si ibu.
4)
Setelah itu, si bayi akan mulai meremas-remas puting susu si ibu, yang
bertujuan untuk kegiatan ini juga tergantung dari si bayi itu.
5)
Terakhir baru mulailah si bayi itu menyusu.
d. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini
1)
Untuk bayi
a) Kehangatan
Christensson et al, (1992) melaporkan bahwa dibandingkan
bayi-bayi yang diletakan dalam boks ternyata bayi-bayi yang kontak kulit dengan
kulit ibunya mempunyai suhu tubuh yang lebih hangat dan stabil.
b) Kenyamanan
Ternyata bayi-bayi yang di lakukan inisiasi dini lebih
jarang menangis di bandingkan dengan bayi-bayi yang dipisahkan dari ibunya.
c) Kualitas
perlekatan
Di banding bayi yang dipiosahkan dari ibunya, bayi-bayi
yang di lakukan inisiasi dini mempunyai kemampuan perlekatan mulut yang lebih
baik pada waktu menyusu.
2)
Untuk ibu
a) Inisiasi dini akan
merangsang sekeresi hormon oksitosin yang membantu proses pelepasan plasenta.
sehingga yang lebih cepat akan mengurangi resiko terjadinya pendarahan.
e. Manfaat Kontak Kulit Bayi ke Kulit Ibu
1)
Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat. Kulit ibu akan menyesuaikan
suhunya dengan kebutuhan bayi. Kehangatan saat menyusu menurunkan risiko kematian
karena hypothermia (kedinginan).
2)
Ibu dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu pernafasan dan detak
jantung bayi lebih stabil. Dengan demikian, bayi akan lebih jarang rewel
sehingga mengurangi pemakaian energi.
3)
Bayi memperoleh bakteri tak berbahaya (bakteri baik) yang ada antinya di
ASI ibu. Bakteri baik ini akan membuat koloni di usus dan kulit bayi untuk
menyaingi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan.
4)
Bayi mendapatkan kolostrum (ASI pertama), cairan berharga yang kaya akan
antibodi (zat kekebalan tubuh) dan zat penting lainnya yang penting untuk
pertumbuhan usus. Usus bayi ketika dilahirkan masih sangat muda, tidak siap
untuk mengolah asupan makanan.
5)
Asi yang pertama (colostrums) mengandung beberapa Antibodi yang dapat
mencegah infeks pada bayi, sehingga menjamin kelangsungan hidup sang bayi.
6)
Bayi memperoleh ASI (makanan awal) yang tidak mengganggu pertumbuhan,
fungsi usus, dan alergi. Makanan lain selain ASI mengandung protein yang bukan
protein manusia (misalnya susu hewan), yang tidak dapat dicerna dengan baik
oleh usus bayi.
7)
Bayi yang diberikan mulai menyusu dini akan lebih berhasil menyusu ASI
eksklusif dan mempertahankan menyusu setelah 6 bulan.
8)
Sentuhan, kuluman/emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu akan
merangsang keluarnya oksitosin yang penting karena:
a)
Menyebabkan rahim berkontraksi membantu mengeluarkan plasenta dan mengurangi perdarahan ibu.
b)
Merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks, dan
mencintai bayi, lebih kuat menahan sakit/nyeri (karena hormon meningkatkan
ambang nyeri), dan timbul rasa sukacita/bahagia.
c)
Merangsang pengaliran ASI dari payudara, sehingga ASI matang (yang
berwarna putih) dapat lebih cepat keluar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang memepengaruhi psikologi yaitu
faktor hereditas atau genetika yang meliputi unsur fisik yang diturunkan oleh
orang tua seperti bentuk tubuh, cairan tubuh, dan sifat-sifat yang diturunkan
dari orang tua. Selanjutnya faktor lingkungan yaitu antara lain lingkungan
rumah, sekolah, dan masyarakat. Di samping itu, meski psikologi seseorang itu
relatif konstan, kenyataannya sering ditemukan perubahan psikologi. Perubahan
itu terjadi dipengaruhi oleh faktor gangguan fisik dan lingkungan.
Mengingat pentingnya ASI dan keterikatan kasih sayang (Bounding Attechment) antara ibu dan
anak, dan masih kurangnya pengetahuan masyarakat dengan hal tersebut, maka
didalam makalah ini akan dibahas tentang ASI dan bagaimana cara mewujudkan
kasih sayang tersebut. Keterikatan kasih sayang bisa terwujud dari janin masih
berada didalam kandungan dan untuk mempereratnya bayi yang baru lahir bisa
dilakukan IMD (inisiasi menyusu dini), dari hal tersebut selain manfaat ASI
yang didapatkan begitu besar juga sangat bermanfaat untuk psikologis ibu dan
anak karena sebuah kasih sayang bisa berawal dari sebuah sentuhan,dan dekapan
ibu kepada anaknya disaat dilakukan IMD.
B. Saran
Psikologi ibu dan anak sangat dipengaruhi oleh
bermacammacam faktor, mulai dari pola kepribadian, maupun lingkungan namun yang
terpenting dalam membina hubungan psikologi antara ibu dan bayi harus dimulai
sejak bayi dalam kandungan hingga lepas kala IV persalinan melalui pemberian
inisisasi menyusu dini. Salah satu peran bidan dalam situasi ini adalah
memberikan penjelasan serta pendidikan kepada pasien dan keluarga mengenai
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi psikologi ibu dan bayi. Dukungan ayah
keluarga dalam menjaga dan merawat anak akan membantu mengurangi
tekanan-tekanan psikologis ibu.
DAFTAR
PUSTAKA
Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Janah , Nurul. 2011. Biologi Reproduksi.
Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA.
Saleha,Siti. 2009. Asuhan Kebidanan pada masa
Nifas. Jakarta : Salemba Medika
Samsyu, Yusuf dan
Juntika Nurihsan, Teori Kepriadian, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008.
Sarwono, 1999. Ilmu Kebidanan, Edisi 111, Cetakan 4, YBS
— SP.
Sjarkawi, (2006), Pembentukan Psikologi
Anak, Jakarta: Bumi Aksara.
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jogjakarta: ANDY
W. Sarwono,
Sarlito, Pengantar psikologi Umum, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2010.
Sujanto, Agus, Psikologi
Kepriadian, Jakarta: PT Bumi Aksara, 1997.
Wulanda,Ayu Febri. 2011 .Biologi reproduksi. Jakarta
: Salemba Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar