BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bakteri adalah
suatu organisme yang jumlahnya paling banyak dan tersebar luas dibandingkan
dengan organisme lainnya di bumi. Bakteri umumnya merupakan organisme
uniseluler (bersel tunggal), prokariota/prokariot, tidak mengandung klorofil,
serta berukuran mikroskopik (sangat kecil).
Bakteri El Tor pertama kali
ditemukan oleh Gotschlick tahun 905 di stasion Qarantina El Tor di Semenanjung
Sinai (Mesir). Sifat bakteri ini sama dengan Vibrio cholera hanya pada agar
darah bersifat haemolsis. Pada manusia menyebabkan penyakit muntah da diare,
tetapi lebih ringan dibandingkan dengan cholera asiatica dan sering disebut
paracholera.
B. Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
1.
Menjelaskan sifat dari
bakteri Vibrio El Tor.
2.
Menjelaskan Penyakit
yang dapat disebabkan Vibrio El Tor.
3.
Menjelaskan cara
penularan vibrio El Tor.
4.
Menjelaskan cara
pemeriksaan laboratorium vibrio El Tor
5.
Menjelaskan cara pencegahan vibrio El Tor.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Defenisi vibrio el
tor dan Sifatnya
El
Tor adalah jenis mikroorganisme untuk suatu strain tertentu dari bakteri
Vibriocholerae, agen penyebab kolera. Juga dikenal sebagai eltor biotipe kolera
V., telahstrain dominan dalam pandemi global ketujuh. jenis kolera yang lebih
keras dan dapat mematikan penderitanya. Hal ini dibedakan dari strain
klasik pada tingkat genetik, meskipun keduanya dalam serogrup O1 dan
keduanya mengandung Inaba, Ogawa dan serotipe Hikojima. Hal ini juga dibedakan
dari biotipe klasik oleh produksi hemolysins. Sifat bakteri el tor sama
dengan Vibrio cholera.
Kerajaan:
|
Bacteria
|
||
Filum:
|
Proteobacteria
|
||
Kelas:
|
Gamma
Proteobacteria
|
||
Ordo:
|
Vibrionales
|
||
Famili:
|
Vibrionaceae
|
||
Genus:
|
Vibrio
|
||
Spesies:
|
V.
El Tor
|
Vibrio
El Tor tumbuh baik
pada tiosulfat-sitrat-empedu-sukrosa, pH
optimumnya 7,8 – 8,2 (alkalis), bakteri ini cepat mati karena asam. Perbenihan
khusus untuk bakteri ini adalah perbenihan Diedonne yang mempunyai pH 8,5 –
9,5.adalah bakteri gram-negative yang berentuk batang melengkung. Bakteri ini
dapat berpindah melalui air. Vibrio El Tor mengeluarkan suatu
enterotoksin yang menyebabkan diare, mulai dari ringan sampai hebat, muntah,
dan kehilangan cairan tubuh secara cepat, dan menyebabkan kematian dalam waktu
singkat.
B.
Sejarah
Ini pertama kali
diidentifikasi pada tahun 1905 di sebuah kamp karantina diSemenanjung Siniai di
El-Tor, Mesir oleh seorang dokter Jerman, E. Gotschlich.Para Vibrio ditemukan
di nyali dari 6 jamaah haji kembali dari Mekkah. Meskipun para peziarah
gagal untuk menunjukkan ante atau bukti post mortem kolera, yangVibrio
terisolasi dari keberanian itu agglutinable dalam serum anti-kolera.
Kemudian pada tahun 1905, Kraus dan Pribram menemukan bahwa bakteri, yang
menghasilkanhemolisin larut, lebih berhubungan dengan Vibrio non-kolera,
sehingga disebutsemua Vibrio hemolitik sebagai Vibrio El Tor. Pada awal
1930-an, A. Shousha, A.Gardner dan K. Venkatraman, semua peneliti, menyarankan
agar Vibrio hemolitik hanya agglutinated dengan serum anti-kolera harus
dirujuk sebagai Vibrio El Tor.Pada tahun 1959, R. Pollitzer El Tor ditunjuk
sebagai spesies sendiri eltor terpisahdari kolera V. V., tetapi enam tahun
kemudian, pada tahun 1965, Hugh R.menemukan bahwa V. cholerae dan eltor V.
adalah serupa dalam 30 positif dan 20negatif karakteristik.
Dengan demikian, mereka
diklasifikasikan sebagai kolera V.spesies tunggal: Namun, Hugh percaya
fitur-fitur yang berbeda antara dua bisa penting epidmiological, jadi El
Tor Vibrio yang lebih diklasifikasikan sebagai eltor biotipe V.
cholerae (serogrup O1) El Tor diidentifikasi lagi dalam wabah tahun 1937, namun
pandemi tidak munculsampai 1961 di Sulawesi. El Tor menyebar melalui Asia
(Bangladesh pada tahun1963, India pada 1964) dan kemudian ke Timur Tengah,
Afrika dan Eropa. DariAfrika Utara menyebar ke Italia oleh 1973. Luasnya
pandemi telah karenakelembutan relatif (tingkat ekspresi yang lebih rendah)
dari El Tor, penyakit ini telah pembawa asimtomatik lebih banyak dari pada
yang biasa, outnumbering kasus aktif hingga 50:1.
C. Epidemiologi
El Tor infeksi relatif
ringan, atau setidaknya jarang fatal, dan pasien tidak menunjukkan gejala
selama sekitar seminggu. El Tor mampu bertahan dalam tubuhlebih lama dari
Vibrio kolera klasik. Karakteristik ini memungkinkan operator untuk menginfeksi
populasi besar orang. Bahkan, V. cholerae biotipe eltor dapat diisolasidari
sumber air dalam ketiadaan wabah kasus. Dalam kasus ekstrim, orang bisamenjadi
pembawa jangka panjang, misalnya, Kolera Dolores, yang diuji
Vibrio positif sembilan tahun setelah infeksi primer nya. El Tor
ditularkan melalui rutefecal-oral. Rute ini merupakan konsekuensi dari orang
yang terinfeksi buang air besar di dekat sumber air, dan orang-orang
yang tidak terinfeksi mengkonsumsi air yang terkontaminasi.
Selain itu, bakteri dapat ditularkan
oleh makanan mentahmengkonsumsi dipupuk dengan kotoran manusia. Pengobatan
infeksi kolera terdiridari pengisian cairan dan elektrolit yang hilang dengan
infus atau lisan, dan denganantibiotik El Tor wabah dapat dicegah dengan
standar sanitasi yang lebih baik, penyaringan dan air mendidih. Benar-benar
memasak makanan laut, dan mencucisayur dan buah-buahan sebelum dikonsumsi.
D. Penularan
Bisa berupa air/makanan yang
terkontaminasi tinja atau air yang mengandung Vibriocholerae,
termasuk kerang dari air yang tercemar. Bakteri ini dapat bertahan dalamair
selama 3 minggu.
Kolera ditularkan melalui jalur
oral. Jika Vibrio berhasil melalu asam lambungdengan selamat (dosis infektif
tinggi sekitar 107 jika asam lambung normal), ia akan berkembang pada usus
halus. Langkah awal kolera berupa penempelan pada mukosakarena membrane protein
terluar dan adhesin flagela yang dimilikinya.
E.
Penyakit yang ditimbulkan oleh V. El Tor
Bakteri ini menyebabkan penyakit
rat-bite-fever (demam karena gigitan tikus), dengan gejala berupa demam yang
mendadak, sakit otot, ruam kemerahan pada kulit, sakit kepala, nausea, dan
radang kelenjar getah bening regional.
Gejala khas berupa diare encer
seperti air cucian beras, tidak berbau busuk maupunamis, vormitus setelah diare
tanpa nausea, dan kejang otot perut. Gejala klinis sesua idengan penurunan
volume. Pada kehilangan 3 ± 5 % dari berat badan normal, timbulrasa haus.
Kehilangan 5 ± 8 %, timbul hipotensi postural, kelemahan, takikardi,
dan penurunan turgor kulit. Penurunan di atas 10 % mengakibatkan oliguria,
denyut nadilemah atau tidak ada, mata cekung dan pada bayi ubun-ubun cekung,
kulit keriput,somnolen, dan koma. Komplikasi disebabkan oleh kehilangan air dan
elektrolit. Penyakit kolera dapat berakhir dengan penyembuhan ad integrum
(sehat utuh )atau kematian. Penyulit biasanya adalah keterlambatan pertolongan
atau pertolonganyang tidak adekuat.
F. Pemeriksan
Laboratorium
Diagnosa ditegakkan dengan
mengisolasi Vibrio cholera dari serogrup O1 atau O139 dari tinja. Jika fasilitas
laboratorium tidak tersedia, Cary Blair media transport dapat digunakan untuk
membawa atau menyimpan spesimen apus dubur (Rectal Swab).
Untuk
diagnosa klinis presumtif cepat dapat dilakukan dengan mikroskop medan gelap
atau dengan visualisasi mikroskopik dari gerakan vibrio yang tampak seperti
shooting stars atau bintang jatuh, dihambat dengan antisera serotipe spesifik
yang bebas bahan pengawet. Untuk tujuan epidemiologis, diagnosa presumtif
dibuat berdasarkan adanya kenaikan titer antitoksin dan antibodi spesifik yang
bermakna.
Di daerah non-endemis, organisme
yang diisolasi dari kasus indeks yang dicurigai sebaiknya dikonfirmasikan dengan
pemeriksaan biokimiawi dan pemeriksaan serologis yang tepat serta dilakukan uji
kemampuan organisme untuk memproduksi toksin kolera atau untuk mengetahui
adanya gen toksin. Pada saat terjadi wabah, sekali telah dilakukan konfirmasi
laboratorium dan uji sensitivitas antibiotik, maka terhadap semua kasus yang
lain tidak perlu lagi dilakukan uji laboratorium.
G. Terapi
Paling penting adalah rehidrasi.
Untuk dehidrasi ringan, berikan oral rehydration solution (ORS)
50 ml/kgBB (maksimal 750 ml/jam) selama 3 – 4 jam. Pada dehidrasi sedang,
berikan ORS 100 ml/kgBB (maksimal 750 ml/jam) selama 3 jam. Kemudian untuk
dehidrasi berat, berikan RL intravena 110/ml/kgBB, 3 jam pertama guyur sampai
nadi teraba kuat sisanya dibagi dalam 2 jam berikutnya.
Tetrasiklin mempersingkat rehidrasi
hingga 50 %, dosis pada dewasa per oral dalah 4 kali 250 – 500 mg/hari.
Untuk parenteralnya adalah intramuskular, namun cara ini tidak dinjurkan.
Kemudian untuk anak per oral, 25-50
mg/kgBB/hari, dibagi dalam 4 dosis, parenteral IM dosis tunggal 15 – 25
mg/kgBB/hari atau dibagi 2 – 3 dosis, parenteral IV 20 – 30 mg/kgBB/ hari
dibagi dalam 2 – 3 dosis.
H. Pencegahan
Perbaikan sanitasi lingkungan,
peningkatan gizi, dan perhatian pada persiapan makanan dapat menurunkan
insidensi kolera secara bermakna. Penggunaan vaksin mempunyai banyak kerugian.
BAB
III
P
E N U T U P
A. Kesimpulan
El Tor adalah jenis mikroorganisme
untuk suatu strain tertentu dari bakteri Vibriocholerae, agen penyebab kolera.
Juga dikenal sebagai eltor biotipe kolera V., telah strain dominan dalam
pandemi global ketujuh. jenis kolera yang lebih keras dan dapat mematikan
penderitanya.
Vibrio el tor adalah jenis kolera
yang lebih keras dan dapat mematikan penderitanya. Sifat bakteri ini sama dengan Vibrio cholera.
Spirillium minus (Treponema sodoku). Bakteri ini menyebabkan penyakit
rat-bite-fever (demam karena gigitan tikus), dengan gejalaberupa demam yang
mendadak, sakit otot, ruam kemerahan pada kulit, sakit kepala, nausea, dan radang
kelenjar getah bening regional. pencegahan dilakukan dengan peningkatan
sanitasi lingkungan terutama kebersihan rumah sehingga tidak ada tikus.
Kerajaan:
|
Bacteria
|
||
Filum:
|
Proteobacteria
|
||
Kelas:
|
Gamma
Proteobacteria
|
||
Ordo:
|
Vibrionales
|
||
Famili:
|
Vibrionaceae
|
||
Genus:
|
Vibrio
|
||
Spesies:
|
V.
El Tor
|
Vibrio El Tor tumbuh baik pada
tiosulfat-sitrat-empedu-sukrosa, pH optimumnya 7,8 – 8,2 (alkalis), bakteri ini
cepat mati karena asam. Perbenihan khusus untuk bakteri ini adalah perbenihan
Diedonne yang mempunyai pH 8,5 – 9,5.adalah bakteri gram-negative yang berentuk
batang melengkung.
DAFTAR PUSTAKA
Kaper JB, Morris Jr JG, Levine MM.
1995. Cholera. Clin. Microbiol. Rev.
Swerdlow DL, Ries AA. 1992. Cholera
in the Americas: guidelines for the clinician. JAMA.
Morris Jr JG. 1994. Cholera and other
vibrioses, Hoeprich PD, Jordan MC, Ronald Ar (ed.), Infectious diseases: a
treatise of infectious processes. Philadelphia: J. B. Lippincott Co.
Tjaniadi
P, Lesmana M, Subekti D, Machpud N, Komalarini , Santoso W, Simanjuntak CH,
Punjabi N, Campbell JR, Alexander WK, Beecham III JH, Corwin AL, Oyofo BA.
2003. Antimicrobial resistance of bacterial pathogens associated with diarrheal
patients in Indonesia. Am. J. Trop. Med. Hyg
http://yienmail.wordpress.com/2008/12/16/epidemiologi-eltor/.
Akses 28 Desember 2012.
http://ricomarsen.wordpress.com/2010/04/11/bakteri/
Akses 28 Desember 2012.
http://id.wikipedia.org/wiki/Shigella
.Akses 28 Desember 2012.
http://www.anneahira.com/bakteri-patogen.html.
Akses 28 Desember 2012.
http://www.slideshare.net/KarlaSolo/pencemaran-air-presentation-809125.
Akses 28 Desember 2012.
http://id.wikipedia.org/wiki/Mikroorganisme_indikator.
Akses 28 Desember 2012.
mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/ready-upload1.pdf.
Akses 28 Desember 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar