Minggu, 13 Juli 2014

Bakteri Vibrio El Tor

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bakteri adalah suatu organisme yang jumlahnya paling banyak dan tersebar luas dibandingkan dengan organisme lainnya di bumi. Bakteri umumnya merupakan organisme uniseluler (bersel tunggal), prokariota/prokariot, tidak mengandung klorofil, serta berukuran mikroskopik (sangat kecil).
Bakteri El Tor pertama kali ditemukan oleh Gotschlick tahun 905 di stasion Qarantina El Tor di Semenanjung Sinai (Mesir). Sifat bakteri ini sama dengan Vibrio cholera hanya pada agar darah bersifat haemolsis. Pada manusia menyebabkan penyakit muntah da diare, tetapi lebih ringan dibandingkan dengan cholera asiatica dan sering disebut paracholera. 

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah 
1.    Menjelaskan sifat dari bakteri Vibrio El Tor.
2.    Menjelaskan Penyakit yang dapat disebabkan Vibrio El Tor.
3.    Menjelaskan cara penularan vibrio El Tor.
4.    Menjelaskan cara pemeriksaan laboratorium vibrio El Tor
5.     Menjelaskan cara pencegahan vibrio El Tor.





BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi vibrio el tor dan Sifatnya
El Tor adalah jenis mikroorganisme untuk suatu strain tertentu dari bakteri Vibriocholerae, agen penyebab kolera. Juga dikenal sebagai eltor biotipe kolera V., telahstrain dominan dalam pandemi global ketujuh. jenis kolera yang lebih keras dan dapat mematikan penderitanya. Hal ini dibedakan dari strain klasik  pada tingkat genetik, meskipun keduanya dalam serogrup O1 dan keduanya mengandung Inaba, Ogawa dan serotipe Hikojima. Hal ini juga dibedakan dari biotipe klasik oleh produksi hemolysins. Sifat bakteri el tor sama dengan Vibrio cholera.
Kerajaan:
Bacteria
Filum:
Proteobacteria
Kelas:
Gamma Proteobacteria
Ordo:
Vibrionales
Famili:
Vibrionaceae
Genus:
Vibrio El Tor

 
Vibrio
Spesies:
V. El Tor
Vibrio El Tor tumbuh baik pada tiosulfat-sitrat-empedu-sukrosa, pH optimumnya 7,8 – 8,2 (alkalis), bakteri ini cepat mati karena asam. Perbenihan khusus untuk bakteri ini adalah perbenihan Diedonne yang mempunyai pH 8,5 – 9,5.adalah bakteri gram-negative yang berentuk batang melengkung. Bakteri ini dapat berpindah melalui air. Vibrio El Tor mengeluarkan suatu enterotoksin yang menyebabkan diare, mulai dari ringan sampai hebat, muntah, dan kehilangan cairan tubuh secara cepat, dan menyebabkan kematian dalam waktu singkat.

B. Sejarah
 Ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 1905 di sebuah kamp karantina diSemenanjung Siniai di El-Tor, Mesir oleh seorang dokter Jerman, E. Gotschlich.Para Vibrio ditemukan di nyali dari 6 jamaah haji kembali dari Mekkah. Meskipun para peziarah gagal untuk menunjukkan ante atau bukti post mortem kolera, yangVibrio terisolasi dari keberanian itu agglutinable dalam serum anti-kolera. Kemudian pada tahun 1905, Kraus dan Pribram menemukan bahwa bakteri, yang menghasilkanhemolisin larut, lebih berhubungan dengan Vibrio non-kolera, sehingga disebutsemua Vibrio hemolitik sebagai Vibrio El Tor. Pada awal 1930-an, A. Shousha, A.Gardner dan K. Venkatraman, semua peneliti, menyarankan agar Vibrio hemolitik hanya agglutinated dengan serum anti-kolera harus dirujuk sebagai Vibrio El Tor.Pada tahun 1959, R. Pollitzer El Tor ditunjuk sebagai spesies sendiri eltor terpisahdari kolera V. V., tetapi enam tahun kemudian, pada tahun 1965, Hugh R.menemukan bahwa V. cholerae dan eltor V. adalah serupa dalam 30 positif dan 20negatif karakteristik.
Dengan demikian, mereka diklasifikasikan sebagai kolera V.spesies tunggal: Namun, Hugh percaya fitur-fitur yang berbeda antara dua bisa penting epidmiological, jadi El Tor Vibrio yang lebih diklasifikasikan sebagai eltor  biotipe V. cholerae (serogrup O1) El Tor diidentifikasi lagi dalam wabah tahun 1937, namun pandemi tidak munculsampai 1961 di Sulawesi. El Tor menyebar melalui Asia (Bangladesh pada tahun1963, India pada 1964) dan kemudian ke Timur Tengah, Afrika dan Eropa. DariAfrika Utara menyebar ke Italia oleh 1973. Luasnya pandemi telah karenakelembutan relatif (tingkat ekspresi yang lebih rendah) dari El Tor, penyakit ini telah pembawa asimtomatik lebih banyak dari pada yang biasa, outnumbering kasus aktif hingga 50:1.
C. Epidemiologi
 El Tor infeksi relatif ringan, atau setidaknya jarang fatal, dan pasien tidak menunjukkan gejala selama sekitar seminggu. El Tor mampu bertahan dalam tubuhlebih lama dari Vibrio kolera klasik. Karakteristik ini memungkinkan operator untuk menginfeksi populasi besar orang. Bahkan, V. cholerae biotipe eltor dapat diisolasidari sumber air dalam ketiadaan wabah kasus. Dalam kasus ekstrim, orang bisamenjadi pembawa jangka panjang, misalnya, Kolera Dolores, yang diuji Vibrio positif sembilan tahun setelah infeksi primer nya. El Tor ditularkan melalui rutefecal-oral. Rute ini merupakan konsekuensi dari orang yang terinfeksi buang air  besar di dekat sumber air, dan orang-orang yang tidak terinfeksi mengkonsumsi air yang terkontaminasi.
Selain itu, bakteri dapat ditularkan oleh makanan mentahmengkonsumsi dipupuk dengan kotoran manusia. Pengobatan infeksi kolera terdiridari pengisian cairan dan elektrolit yang hilang dengan infus atau lisan, dan denganantibiotik El Tor wabah dapat dicegah dengan standar sanitasi yang lebih baik, penyaringan dan air mendidih. Benar-benar memasak makanan laut, dan mencucisayur dan buah-buahan sebelum dikonsumsi.
D. Penularan
Bisa berupa air/makanan yang terkontaminasi tinja atau air yang mengandung Vibriocholerae, termasuk kerang dari air yang tercemar. Bakteri ini dapat bertahan dalamair selama 3 minggu.
Kolera ditularkan melalui jalur oral. Jika Vibrio berhasil melalu asam lambungdengan selamat (dosis infektif tinggi sekitar 107 jika asam lambung normal), ia akan berkembang pada usus halus. Langkah awal kolera berupa penempelan pada mukosakarena membrane protein terluar dan adhesin flagela yang dimilikinya.
E. Penyakit yang ditimbulkan oleh V. El Tor
Bakteri ini menyebabkan penyakit rat-bite-fever (demam karena gigitan tikus), dengan gejala berupa demam yang mendadak, sakit otot, ruam kemerahan pada kulit, sakit kepala, nausea, dan radang kelenjar getah bening regional.
Gejala khas berupa diare encer seperti air cucian beras, tidak berbau busuk maupunamis, vormitus setelah diare tanpa nausea, dan kejang otot perut. Gejala klinis sesua idengan penurunan volume. Pada kehilangan 3 ± 5 % dari berat badan normal, timbulrasa haus. Kehilangan 5 ± 8 %, timbul hipotensi postural, kelemahan, takikardi, dan penurunan turgor kulit. Penurunan di atas 10 % mengakibatkan oliguria, denyut nadilemah atau tidak ada, mata cekung dan pada bayi ubun-ubun cekung, kulit keriput,somnolen, dan koma. Komplikasi disebabkan oleh kehilangan air dan elektrolit. Penyakit kolera dapat berakhir dengan penyembuhan ad integrum (sehat utuh )atau kematian. Penyulit biasanya adalah keterlambatan pertolongan atau pertolonganyang tidak adekuat.
 F. Pemeriksan Laboratorium
 Diagnosa ditegakkan dengan mengisolasi Vibrio cholera dari serogrup O1 atau O139 dari tinja. Jika fasilitas laboratorium tidak tersedia, Cary Blair media transport dapat digunakan untuk membawa atau menyimpan spesimen apus dubur (Rectal Swab).
Untuk diagnosa klinis presumtif cepat dapat dilakukan dengan mikroskop medan gelap atau dengan visualisasi mikroskopik dari gerakan vibrio yang tampak seperti shooting stars atau bintang jatuh, dihambat dengan antisera serotipe spesifik yang bebas bahan pengawet. Untuk tujuan epidemiologis, diagnosa presumtif dibuat berdasarkan adanya kenaikan titer antitoksin dan antibodi spesifik yang bermakna.
Di daerah non-endemis, organisme yang diisolasi dari kasus indeks yang dicurigai sebaiknya dikonfirmasikan dengan pemeriksaan biokimiawi dan pemeriksaan serologis yang tepat serta dilakukan uji kemampuan organisme untuk memproduksi toksin kolera atau untuk mengetahui adanya gen toksin. Pada saat terjadi wabah, sekali telah dilakukan konfirmasi laboratorium dan uji sensitivitas antibiotik, maka terhadap semua kasus yang lain tidak perlu lagi dilakukan uji laboratorium.
G. Terapi 
Paling penting adalah rehidrasi. Untuk dehidrasi ringan, berikan oral rehydration solution (ORS) 50 ml/kgBB (maksimal 750 ml/jam) selama 3 – 4 jam. Pada dehidrasi sedang, berikan ORS 100 ml/kgBB (maksimal 750 ml/jam) selama 3 jam. Kemudian untuk dehidrasi berat, berikan RL intravena 110/ml/kgBB, 3 jam pertama guyur sampai nadi teraba kuat sisanya dibagi dalam 2 jam berikutnya.
Tetrasiklin mempersingkat rehidrasi hingga 50 %, dosis pada dewasa per oral dalah 4 kali 250 – 500  mg/hari. Untuk parenteralnya adalah intramuskular, namun cara ini tidak dinjurkan. 
Kemudian untuk anak per oral, 25-50 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 4 dosis, parenteral IM dosis tunggal 15 – 25  mg/kgBB/hari atau dibagi 2 – 3 dosis, parenteral IV 20 – 30 mg/kgBB/ hari dibagi dalam 2 – 3 dosis.
H. Pencegahan
Perbaikan sanitasi lingkungan, peningkatan gizi, dan perhatian pada persiapan makanan dapat menurunkan insidensi kolera secara bermakna. Penggunaan vaksin mempunyai banyak kerugian.




BAB III
P E N U T U P

A. Kesimpulan
El Tor adalah jenis mikroorganisme untuk suatu strain tertentu dari bakteri Vibriocholerae, agen penyebab kolera. Juga dikenal sebagai eltor biotipe kolera V., telah strain dominan dalam pandemi global ketujuh. jenis kolera yang lebih keras dan dapat mematikan penderitanya.
Vibrio el tor adalah jenis kolera yang lebih keras dan dapat mematikan penderitanya. Sifat bakteri ini sama dengan Vibrio cholera. Spirillium minus (Treponema sodoku). Bakteri ini menyebabkan penyakit rat-bite-fever (demam karena gigitan tikus), dengan gejalaberupa demam yang mendadak, sakit otot, ruam kemerahan pada kulit, sakit kepala, nausea, dan radang kelenjar getah bening regional. pencegahan dilakukan dengan peningkatan sanitasi lingkungan terutama kebersihan rumah sehingga tidak ada tikus.
Kerajaan:
Bacteria
Filum:
Proteobacteria
Kelas:
Gamma Proteobacteria
Ordo:
Vibrionales
Famili:
Vibrionaceae
Genus:
Vibrio El Tor

 
Vibrio
Spesies:
V. El Tor
Vibrio El Tor tumbuh baik pada tiosulfat-sitrat-empedu-sukrosa, pH optimumnya 7,8 – 8,2 (alkalis), bakteri ini cepat mati karena asam. Perbenihan khusus untuk bakteri ini adalah perbenihan Diedonne yang mempunyai pH 8,5 – 9,5.adalah bakteri gram-negative yang berentuk batang melengkung.



DAFTAR PUSTAKA
Kaper JB, Morris Jr JG, Levine MM. 1995. Cholera. Clin. Microbiol. Rev.  
Swerdlow DL, Ries AA. 1992. Cholera in the Americas: guidelines for the clinician. JAMA.
Morris Jr JG. 1994. Cholera and other vibrioses, Hoeprich PD, Jordan MC, Ronald Ar (ed.), Infectious diseases: a treatise of infectious processes. Philadelphia: J. B. Lippincott Co.
Tjaniadi P, Lesmana M, Subekti D, Machpud N, Komalarini , Santoso W, Simanjuntak CH, Punjabi N, Campbell JR, Alexander WK, Beecham III JH, Corwin AL, Oyofo BA. 2003. Antimicrobial resistance of bacterial pathogens associated with diarrheal patients in Indonesia. Am. J. Trop. Med. Hyg
http://id.wikipedia.org/wiki/Shigella .Akses 28 Desember 2012.
mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/ready-upload1.pdf. Akses 28 Desember 2012.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar