BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan
merupakan suatu proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi
persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu
maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan dan pelayanan
dengan fasilitas yang memadai. Persalinan pada manusia dibagi menjadi empat
tahap penting dan kemungkinan penyulit dapat terjadi pada setiap tahap
tersebut. (Ida Bagus Gde Manuaba, 1999:138).
Dalam persalinan
terjadi perubahan-perubahan fisik yaitu, ibu akan merasa sakit pinggang dan
perut, merasa kurang enak, capai, lesu, tidak nyaman badan, tidak bisa tidur
enak, sering mendapatkan kesulitan dalam bernafas dan perubahan-perubahan
psikis yaitu merasa ketakutan sehubungan dengan dirinya sendiri, takut kalau
terjadi bahaya atas dirinya pada saat persalinan, takut tidak dapat memenuhi
kebutuhan anaknya, takut yang dihubungkan dengan pengalaman yang sudah lalu
misalnya mengalami kesulitan pada persalinan yang lalu. Ketakutan karena
anggapanya sendiri bahwa persalinan itu merupakan hal yang membahayakan
(Cristina’s Ibrahim, 1993;80).
Menurut Susan
Martin Tucker masalah lain yang timbul dalam persalinan fisiologis akibat dari
perubahan fisik adalah resiko cedera terhadap ibu, resiko cidera terhadap janin
dan gangguan membran mukosa.
B. Rumusan
Masalah
Bagaimanakah asuhan kebidanan pada masa
persalinan..?
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
KONSEP DASAR
1. Pengertian
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks
dan janin turun ke dalam jalan lahir. (Prawirohardjo, 2001).
Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di
dorong keluar melalui jalan lahir. (Prawirohardjo, 2001).
Pesalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Prawirohardjo, 2001).
Pesalinan normal (partus spontan) adalah proses lahirnya
bayi pada letak belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan
uri,tanpa alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang
dari 24 jam melalui jalan lahir.
Persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu :
a.
Kala I : Dimulai dari saat persalinan
mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase : Fase
Laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan Fase aktif (7 jam) serviks
membuka dari 3 cm sampai 10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering selama Fase
aktif.
b.
Kala II : Dimulai dari pembukaan lengkap
(10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan
1 jam pada multi.
c.
Kala III : Dimulai segera setelah lahir
sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
d.
Kala IV : Dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama
postpartum.
2. Penyebab
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum
diketahui secara pasti/jelas. Terdapat beberapa teori antara lain : (Rustam
Muchtar, 1998).
a.
Penurunan kadar
progesteron
Progesteron
menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya Estrogen meninggikan
kerentanan otot rahim.
Selama
kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar Progesteron dan Estrogen di da;lam
darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar Progesteron menurun sehingga timbul
his.
b.
Teori oxytocin
Pada
akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi
otot-otot rahim.
c.
Keregangan otot-otot
Seperti
halnya dengan kandung kencing dan lambung bila dindingnya teregang oleh karena
isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.
Demikian
pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot
rahim makin rentan.
d.
Pengaruh janin
Hypofise
dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan oleh karena
pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.
e.
Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka
menjadi salah satu sebab permulaan persalinan.
Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa Prostaglandin F2 dan E2 yang diberikan
secara intra vena, intra dan extraamnial menimbulkan kontraksi myometrium pada
setiap umur kehamilan. Hal ini juga di sokong dengan adanya kadar Prostaglandin
yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu
hamilsebelum melahirkan atau selama persalinan.
f.
His
Kontraksi otot rahim yang terasa nyeri dan yang dapat
menimbulkan pembukaan servix pada persalinan
3. Mekanisme
Persalinan
Mekanisme Persalinan (Cunningham, Mac Donald & Gant, 1995) adalah proses keluarnya bayi dari uterus ke
dunia luar pada saat persalinan.
Gerakan utama pada Mekanisme Persalinan :
a. Engagement
1)
Diameter biparietal
melewati PAP
2)
Nullipara terjadi 2
minggu sebelum persalinan
3)
Multipara terjadi
permulaan persalinan
4)
Kebanyakan kepala
masuk PAP dengan sagitalis melintang pada PAP-Flexi Ringan.
b. Descent (Turunnya Kepala)
1) Turunnya presentasi pada inlet
Disebabkan oleh 4 hal :
a)
Tekanan cairan
ketuban
b)
Tekanan langsung
oleh fundus uteri
c)
Kontraksi diafragma
dan otot perut (kala II)
d)
Melurusnya badan
janin akibat kontraksi uterus.
2) Synclitismus dan Asynclitismus
a) Synclitismus
q
Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir
tepat antara symplusis dan promotorium.
q
Os Parietal depan dan belakang sama tinggi.
b) Asynclitismus
Jika Sutura sagitalis agak ke depan mendekati symplusis atau agak
kebelakang mendekati promotorium.
q
Asynclitismus Posterior
Sutura sagitalis mendekati simplusis, Os parietal belakang lebih rendah
dari Os parietal depan.
q
Asynclitismus Anterior
Sutura sagitalis mendekati promotorium sehingga Os parietal depan > Os
parietal belakang.
c. Flexion
Majunya
kepala ® mendapat tekanan dari servix, dinding panggul atau dasar
panggul ® Flexi (dagu lebih mendekati dada).
Keuntungan : Ukuran kepala yang melalui jalan lahir lebih
kecil
(D. SOB = 9,5 cm) ® Outlet.
d. Internal Rotation
1)
Bagian terrendah
memutar ke depan ke bawah symphisis
2)
Usaha untuk
menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir (Bidang tengah dan PBP)
3)
Terjadinya bersama
dengan majunya kepala
4)
Rotasi muka
belakang secara lengkap terjadi setelah kepala di dasar panggul.
e.
Extension
1)
Defleksi kepala
2)
Karena sumbu PBP
mengarah ke depan dan atas
3)
Dua kekuatan kepala
§ Mendesak ke bawah
§ Tahanan dasar panggul menolak ke atas
§ Setelah sub occiput tertahan pada pinggir bawah symphisis
sebagai Hypomoclion ® lahir lewat perinium = occiput, muka dagu.
6.
External Rotation
·
Setelah kepala lahir ® kepala memutar kembali ke arah panggul anak untuk
menghilangkan torsi leher akibat putaran paksi dalam
·
Ukuran bahu menempatkan pada ukuran muka belakang dari PBP.
7.
Expulsi
·
Bahu depan di bawah symphisis ® sebagai Hypomoklion ® lahir ®
bahu belakang, bahu depan ® badan seluruhnya.
2.1.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PERSALINAN
FISIOLOGIS.
Dalam melaksanakan
asuhan keparawatan pada klien dengan persalinan fisiologis, penulis menggunakan
pendekatan proses keperawatan dengan langkah langkah; pengkajian data,diagnosa
, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil tindakan keperawatan yang dilaksanakan
secara sistematis dan berkelanjutan.
2.2.1. Pengkajian.
1) Pengumpulan data.
(1) Biodata meliputi:
Nama agar dapat lebih mudah memanggil, mengenali klien
antara yang satu dengan yang lain agar tidak keliru. Umur mengetahui usia ibu
apakah termasuk resiko tinggi / tidak. Pendidikan pemberian informasi yang
tepat bagi klien. Penghasilan mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial
ekonomi klien. Pada pesalinan fisiologis biodta didapatkan; Umur dalam kategori
usia subur (15 – 49 tahun). Bila didapatkan terlalu muda (kurang dari 20 tahun)
atauterlalu tua (lebih dari 35 tahun) merupakan keompok resiko tinggi. (Depks RI,
1993: 65).
(2) Keluhan Utama.
Pada umumnya klien mengeluh nyeri pada daerah pinggang
menjalar ke perut, adanya his yang makin sering, teratur, keluarnya lendir dan
darah, perasaan selalu ingin buang air kemih, bila buang air kemih hanya
sedikit-sedikit (Cristina’s Ibrahim, 1993,7).
(3) Riwayat penyakit sekarang .
Dalam pengkajian ditemukan ibu hamil dengan usia
kehamilan anatara 38 –42 minggu (Cristina’s Ibrahim, 1993,3) disertai
tanda-tanda menjelang persalinan yaitu nyeri pada daerah pinggang menjalar ke
perut, his makin sering, tertaur, kuat, adanya show (pengeluaran darah campur
lendir).kadang ketuban pecah dengan sendirinya. (Ida Bagus Gde Manuaba, 1998;
165).
(4) Riwayat penyakit dahulu.
Adanya penyakit jantung, Hypertensi, Diabitus mielitus,
TBC, Hepatitis, penyakit kelamin, pembedahan yang pernah dialami, dapat
memperberat persalinan. (Depkes RI, 1993:66).
(5) Riwayat penyakit keluarga.
Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabitus mielitus,
keturunan hamil kembar pada klien, TBC, Hepatitis, Penyakit kelamin,
memungkinkan penyakit tersebut ditularkan pada klien, sehingga memperberat
persalinannya. Depkes RI, 1993,66).
(6) Riwayat Obstetri.
v
Riwayat haid.
Ditemukan amenorhhea (aterm 38-42 minggu) (Cristina’s Ibrahim, 1993,3),
prematur kurang dari 37 minggu (D.B. Jellife, 1994:28).
v
Riwayat kebidanan.
Adanya gerakan janin, rasa pusing,mual muntah, daan lain-lain. Pada
primigravida persalinan berlangsung 13-14 jam dengan pembukaan 1cm /jam,
sehingga pada multigravida berlangsung 8 jam dengan 2 cm / jam (Sarwono
Prawirohardjo, 1999,183).
(7) Riwayat psikososialspiritual dan
budaya.
Perubahan psikososial pada trimester I yaitu ambivalensi,
ketakutaan dan fantasi . Pada trimester II adanya ketidak nyamanan kehamilan
(mual, muntah), Narchisitik, Pasif dan introvert. Pada trimester III klien
merasa tidak feminin lagi karena perubahan tubuhnya,ketakutan akan kelahiran
bayinya,distress keluarga karena adaanya perasaan sekarat selama persalinan
berlangsung (Sharon J Reeder Et all, 1987: 302).
(8) Pola Kebutuhan sehari-hari.
v
Nutrisi.
Adanya his berpengaruh terhadapkeinginan atau selera makan yang menurun.
(Sharon J Reeder Et all, 1987: 405).
v
Istirahat tidur.
Klien dapat tidur terlentang,miring ke kanan / kiri tergantung pada letak
punggung anak,klien sulit tidur terutama kala I – IV. (Sarwono Prawirohardjo,
1999,192).
v
Aktivitas.
Klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktivitas
ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, tidak mebuat klien cepat lelah, capai,
lesu. Pada kala I apabila kepala janin telah masuk sbagian ke dalam PAP serta
ketuban pecah, klien dianjurkan duduk / berjalan-jalan disekitar ruangan /
kamar bersalin. (Sarwono Prawirohardjo, 1999,192). Pada kala II kepala janin
sudah masuk rongga PAP klien dalam posisi miring ke kanan / kiri . (Sarwono
Prawirohardjo, 1999,195).
v
Eliminasi.
Adanya perasaan sering / susah kencing selama kehamilan dan proses
persalinan (Chritina”s Ibrahim, 1993:7). Pada akhir trimester III dapat terjadi
konstipasi. (Sharon J Reeder Et all, 1987: 406).
v
Personal Hygiene.
Kebersihan tubuih senantiasa dijaga kebersihannya. Baju hendaknya yang
longgar dan mudah dipakai, sepatu / alas kaki dengan tumit tinggi agar tidak
dipakai lagi. (Sarwono Prawirohardjo, 1999,160).
v
Seksual.
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual / fungsi
dari sek yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas. (Sharon
J Reeder Et all, 1987: 285).
(9) Pemeriksaan.
v
Pemeriksaan umum meliputi:
·
Tinggi badan dan berat badan.
Ibu hamil yang tinggi badanya kurang dari 145 cm terlebih pada kehamilan
pertama, tergolong resiko tinggi karena kemungkinan besar memiliki panggul yang
sempit. Berat badan ibu perlu dikontrol secara teratur dengan peningkatan berat
badan selama hamil antara 10–12 kg. ( Depkes RI, 19993: 67).
·
Tekanan Darah.
Tekanan darah diukur pada akhir kala II yaitu setelah anak dilahirkan
biasanya tekanan darah akan naik kira-kira 10 mmHg (Cristina’s Ibrahim,
1993,:45).
·
Suhu badan nadi dan pernafasan.
Pada penderita dalam keadaan biasa suhu badan anatara 360-370
C, bila suhu lebih dari 375C dianggap ada kelainan. Kecuali
bagi klien setelah melahirkan suhu badan 375C- 378C masih
dianggap normal karena kelelahan. (Cristina’s Ibrahim, 1993,:46). Keadaan nadi
biasanya mengikuti keadaan suhu, Biola suhuu naik keadaan nadi akan bertambah
pula dapat disebabkan karena adanya perdarahan. (Cristina’s Ibrahim, 1993,:46).
Pada klien yang akan bersalin / bersalin pernafasanannya agak pendek karena
kelelahan, kesakitan dan karena membesarnya perut (Cristina’s Ibrahim,
1993,:45), pernafasan normal antara 80 – 100 X / menit, kadang meningkat
menjadi normal kembali setelah persalinan, dan diperiksa tiap 4 jam.
2) Pemeriksaan fisik.
(1) Kepala dan leher.
Terdapat adanya cloasma gravidarum, terkadang adanya
pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva kadang pucat, sklera kuning, hiperemis
ataupun normal, hidung ada polip atau tidak, caries pada gigi, stomatitis,
pembesaran kelenjar. ( Depkes RI, 19993: 69).
(2) Dada.
Terdapat adanya pembesaran pada payudara, adanya
hiperpigmentasi areola dan papila mamae serta ditemukan adanya kolustrum. (
Depkes RI, 1993: 69).
(3) Perut.
Adanya pembesaran pada perut membujur, hyperpigmentasi
linea alba / nigra, terdapat striae gravidarum. ( Depkes RI, 1993: 70).
Palpasi : usia kehamilan aterm 3 jari bawah prosesus
xypoideus, usia kehamilan prematur pertengahan pusat dan prosesus xypoideus,
punggung kiri / punggung kanan , letak kepala, sudah masuk PAP atau belum.
Adanya his yang makin lama makin sering dan kuat. (Cristina’s Ibrahim, 1993,:
7).
Auskultasi : ada / tidaknya DJJ,frekwensi antara 140 –
160 x / menit . (Depkes RI, 1993: 75).
(4) Genetalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air
ketuban. Bila terdapat pengeluaran mekonium yaitu feses yang dibnetuk anak
dalam kandungan, menandakan adannya kelainan letak anak. (Cristina’s Ibrahim,
1993,:50).
Pemeriksaan dalam untuk mengetahui jauhnya dan
kemajuan persalinan, keadaan servic, panggul serta keadaan jalan lahir.(Depkes
RI, 1993: 76).
(5) Ekstremitas.
Pemeriksaan udema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karena pre eklamsia atau karena karena penyakit jantung /
ginjal. (Cristina’s Ibrahim, 1993,:47). Ada varices pada ekstremitas bagian
bawah karena adanya penekanan dan pembesaran uterus yang menekan vena abdomen
(Sharon J Reeder Et all, 1987: 412).
3) Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan darah meliputi haemoglobin, faktor Rh, Jenis
penentuan, waktu pembekuan, hitung darah lengkap, dan kadang-kadang pemeriksaan
serologi untuk sifilis. (Persis Mary Hamilton, 1995: 151).
2.2.2. Diagnosa Keperawatan.
1) Kala I (Sharon J Reeder Et
all, 1987: 476).
(1) Perubahan perfusi jaringan :
peredaran darah ke plasenta, secundair terhadap posisi ibu selama proses
persalinan.
(2) Defisit volume cairan berhubungan
dengan penurunan intake cairan.
(3) Perubahan membran mukosa
berhubungan dengan pernafasan mulut.
(4) Nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan pembatasan intake selama proses persalinan.
(5) Gangguan rasa nyaman (nyeri akut)
berhubungan dengan kontraksi uterus .
(6) Defisit perawatan diri berhubungan
dengan imobilitas selama proses persalinan.
(7) Perubahan pola istirahat tidur
berhubungan dengan proses persalinan.
(8) Inefektif koping individu
berhubungan dengan ketidak mampuan relaksasi atau bernafas dengan benar.
(9) Defisit pengetahuan berhubungan
dengan perubahan peran.
(10) Inefektif koping individu / keluraga berhubungan
dengan masuk rumah sakit selama proses persalinan.
(11) Inefektif koping keluarga berhubungan dengan nyeri
yang dirasakan klien.
2) Kala II (Sharon J Reeder Et
all, 1987: 478).
(1) Inefektif koping individu
berhubungan dengan proses fisik selama proses persalianan.
(2) Takut berhubungan dengan lingkungan
baru.
(3) Nyeri berhubungan dengan kontraksi
uterus.
3) Kala III dan IV. (Sharon J
Reeder Et all, 1987: 494).
(1) Nyeri berhubungan dengan involusi
uterus , episiotomi.
(2) Resiko infeksi (Vagina, perinium)
berhubungan dengan infeksi scundair bakteri sampai proses persalinan,
persalinan dan episiotomi.
(3) Perubahan pola istirahat tidur,
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
(4) Perubahan peran berhubungan dengan
kurangnya pengalaman, kurangnya model peran.
Diagnosa Keperawatan Persalinan Tahap I (Fase Laten) :
Kekuranagan volume cairan (resiko terhadap).
Tujuan : Kebutuhan klien selam kala I terpenuhi.
Kriteria Hasil :
·
Mukosa bibir tidak kering.
·
Klien tidalk merasa haus.
·
TTV :
·
Tekanan darah : 120 / 80
·
Nadi : 80 – 88 x / menit.
·
Respirasi rate : 18 – 20 x / menit.
·
Suhu 365 – 37 0 C
Tindakan / intervensi
|
Rasional
|
Mandiri :
Pantau masukan / haluaran. Perhatikan berat jenis
urine. Anjurkan klien untuk mengosongkan kandung kemih sedikitnya sekali
setiap hari – 1,5 – 2 jam.
Pantau suhu setiap 4 jam, lebih sering bila tinggi.
Pantau tanda-tanda vital / DJJ sesuai indikasi.
Kaji produksi mukus, jumlah air mata dalam mata, turgor
kulit.
Berikan cairan jernih dan es batu sesuai izin.
Kaji praktik budaya mengeni masukan.
Berikan perawatan mulit dan permen keras sesuai izin.
Kolaborasi:
Berikan bolus cairan parentral, sesuai indikasi.
Pantau kadar hematokrit. (Ht).
|
Masukan dan haluaran harus diperkirakan sama,
tergantung pada derjat hidrasi. Konsentrasi urine meningkat sesuai
peningkatan haluaran urin dan waspada terhadap dehidrasi. Penurunan janin
dapat diganggun bila kandung kemin distensi.
Dehidrasi dapat menyebabkan peningkatan suhu, Teknan
darah pernafasan dan detak jantung janin.
Tanda tambahan dari hidrasi akuat atau terjadinya
dehidrasi.
Membantu meningkatkan hidrasi dan dapat menyediakan
kalori.
Beberapa budaya (mis, beberapa orang Afrika, penduduk
bagian seltan Amerika Serikat) minum the khusus, meyakinkan mereka merangsang
kemajuan persalinan secara kontinue,
Menurunkan ketidak nyamanan karena mulut kering.
Mungkin diperlukan bila masukan oral tidak adekuat atau
terbatas. Bertindak sebagai oengaman dalam kejadian dehidrasi atau hemoragi,
mengatasi beberapa efek negatif dari anestesia atau anlgesia.
Ht meningkat sesuai penurunan komponen plasma pada
adanya dehidrasi berat.
|
Diagnosa Keperawatan Persalinan Tahap I (Fase Aktif) :
Nyeri.
Tujuan:
Klien dapat beradaptasi terhadap nyeri pada kala
pembukaan .
Kitreria hasil:
·
Ibu tampak tenang diantara kontraksi.
·
Ibu tidak teriak oleh konstraksi datang.
·
Ibu mengatakan nyeri tapi masih bisa mengontrol nyeri.
Tindakan / intervensi
|
Rasional
|
Mandiri:
Kaji derajat ketidak nyamanan melalui isyarat verbal
dan non verbal; verbal; perhatikan pengaruh budaya pada respons nyeri
Bantu dalam penggunaan tehnik pernafasan / relaksasi
yang tepat dan pada masase abdomen.
Bantu tindakan kenyamanan (mis; gosokan punggung/kaki,
tekanan sakral, istirahat punggung, perawatan mulut, perubahan posisi,
perawatan perineal dan pertukaran linen).
Anjurkan klien untuk berkemih setiap 1-2 jam. Palpasi
di atas simfisi pubis untuk menentukan distensi, khususnya setelah blok
saraf.
Berikan informasi tenang ketersediaan analgeia,
rspons/efek samping biasanya (klien dan janin), dan durasi efek analgetik
pada lampu atau sitiuasi penyerta.
Dukung keputusan klien tentangmenggunakan atau tidak
menggunakan obat-obatan dengan cara yang tidak menghakimi. Lanjutkan dorongan
untuk upaya dan penggunaan tehnik relaksasi.
Instruksikan klien dalam menggunakan analgesik yang
dikontrol klien, pantau caranya menggunakan.
Hitung waktu dan catat frkwensi, intensitas, dan durasi
pola konstraksi uterus setiap 30 menit.
Kaji sifat dan jumlah tampilan vagina, dilatasi
servival, penonjolan, lokasi janin dan penurunn janin.
Berikan tindakan pengamanan, mis, anjrkan klien untuk
bergerak dengn perlahan, memperthankan penghalang tempat tidur setelah
pemberian obat dan sokong kki selama pemindahan.
Kaji tekanan darah dan nadi setiap 1-2 menit setelah
injeksi regional selama 15 menit pertama, kemudian setiap 10 – 15 menit untuk
sis waktu persalinan. Posisikan pada posisi miring kiri dengan kepala datar
dan kaki ditinggikan , atau meninggikan lutut dan mengubah posisi uterus
secara manual ke kiri sesuai indikasi.
Libatkan klien dalam prcakapan untuk mengkaji sensori,
pantau pola pernafasan dan nadi.
Kaji terhadap kehangatan, kemerahan pada ibu jari atau
bantalan kaki dan distribusi seimabang dari obat spinal.
Kolaborasi:
Berikan analgesik seperti alfaprodin
hidroklorida(Nisentil) atau meperidin hidroklorida (Demerol) dengan kekuatan
tranquilizer dengan IV atau IM yang dalam di antara kontraksi, bila
diindikasikan.
Lakukan atau bantu dengan blok paraservical bila
serviks dilatasi 4-5 cm. (anastesi dapat diberikandalam dosis tunggal atau
secara kontinu dengan menggunakan indwelling kateter).
Berikan oksigen dan tingkatkan masukan cairan biasa
bila tekanan sistolik turun di bawah 100 mmHg atau turun lebih dari 30 % di
bawah tekanan dasar.
Pantau DJJ secara elektrolik, dan catat penurunan
variabilitas atau bradicardia. Dapatkan sample kulit kepala janin bila
bradikardia menetap selama 30 menit atau lebih.
Berikan bolus IV 500 – 1000 ml dari larutan Ringer
Laktat tepat sebelum pemberian blok peridural.
Berikan anestesi blok peridural, epidural atau kaudal
dengan menggunakan kateter indwelling.
Berikan soksinilkolin klorida dan bantu dengan intubasi
bila terjadi kejang.
|
Tindakan dan reaksi nyeri adalah individual dan
berdasarkan pengalaman masa lalu, memahami perubahan fisiologis, dan latar
belakang budaya.
Dapat memblok impuls nyeri dalam korteks serebral
memlalui respons kondisi dan stimulasi kutan. Memudahkan kemajuan persalinan
normal.
Meningkatkan relaksasi dan higiene; meningkatkan
perasaan sejahtera (Catatan posisi miring kiri menurunkan tekanan uterus pada
vena kava, tetapi pengubahan posisi secara periodik mencegah iskemia jaringan
dan / atau kekakuan otot dan meningkatkan kenymanan
Mempertahankan kandung kemih bebas distensi, yang dapat
meningkatkan ketidak nyamanan, mengakibatkan kemungkinan trauma, mempengaruhi
penurunan janin, dan meperlama persalinan. Analgesia epidural atau
paraservical dapat mempengaruhi sensasi penuh.
Memungkinkan klien membuat pilihan persetujuan tentang
cara pengontrolan nyeri. (Catatan: Bila tindkan konservatif tidak efektif dan
meningkatkan tegangan ototo meghalangi kemajuan persalinan, penggunaan
medikasi yang minimal dapat meningkatkan rlaksasi, memperpendek persalinan,
membatasi keletihan, dan mencegah komplikasi).
Membantu menurunkan perasaan gagal pada klien /
pasangan yang telah mengantisipasi kelahiran yang tidak diobati dan tidak
mengikuti rencana tersebut. Meningkatkan rasa kontrol dan dapat mencegah
/menurunkan kebutuhan medikasi.
Memungkinkan klien untuk mengatur kontrol nyerinya
sendiri, biasanya dengan sedikit medikasi.
Memantau kemajuan persalinan dan memberikan informasi
untuk klien. (catatan: Agens anastetik dapat mengubah pola kontraksi uterus).
Dilatasi servical seharusnya ,2 cm/jam pada nulipara
dan 1,5 cm/jam pada multi para, tampilan vagina meningkat dengan turunnya
janin. Pilihan dan waktu pemberian obat dipengaruhi oleh drajat dilatasi dan
pola kontraksi.
Anestesi blok regional menghasilkan paralisis
vasomotor, sehingga gerakan tiba-tiba dapat mencetuskan hipotensi, Analgetika
mengubah persepsi, dan klien dapat jatuh karena mencoba turun dari tempat
tidur.
Hipotensi maternal, efek samping paling umum dari
anastesi blok regional, dapat mempengaruhi oksigenasi janin. Hipotensi
telentang dapat terjadi karena posisi litotomi selama pemberian anestesi paraservical.
Posisi miring kiri meningkatkan aliran balik vena dan meningkatkan sirkulasi
plasenta, Kaji variabelitas DJJ. Agens seperti bupivakiain (Macaine) dan
Kloroprokain hidroklorida (Nesacaine) mempunyai efek kecil pada variabilitas
DJJ; perubahan harus diselidiki secara seksama. (Catatan: Risiko berkenaan
dengan anestesi kaudal meliputi perforasi kulit kepala janin, serta rectum
ibu).
Respon toksik sistemik dengan perubhan sensori terjadi
bila obat diabsorbsi ke dalam sistem vasculair. Perubahan sensori dapat juga
menjadi indikator awal dari terjadinya hipoksia. Gangguan fungsi pernafasan
terjadi bila analgesia terlalu tinggi menimbulkan paralisis diafragma.
Meyakinkan penempatan kateter yang tepat untuk
kontinuitas blok dan kadar yang adkuat dari agens anestesi.
Rute IV disukai karena menjamin pemberian analgetik
lebih cepat dan absorbsi seimbang. Medikasi diberikan dengan rute IM
memerlukan sampai 45 menit untuk mencapai kadar plasma adekuat, dan ambilan
maternal mungkin bervariasi, khususnya bila obat dinjeksikan ke dalam lemak
subcutan sebagai pengganti otot.
Menganastesi pleksus hipogstrik inferior dan ganglia,
memberikan kelegaan selama dilatasi servic. (catatan: Blok paraservical dapat
menyebabkan bradikardia janin berat).
Meningkatkan volume cairan sirkulasi, perfusi plasenta,
dan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin.
Bradikardia dan penurunan variabilitas janin adalah
efek samping yang biasa dari blok paraservical. Efek samping ini dapat mulai
2 – 10 menit setelah pemberian anatetik dan dapat berakhir selama 5 – 10
menit.
Peningkatan kadar cairan sirkulasi membantu mencegah
efek samping hipotensi berkenaan dengan blok.
Memberikan kelegaan bila persalinan aktif ditentukan,
penguatan melalui kateter memberikan kenyamanan terus menerus selama
melahirkan. Analgesia ini tidak mengganggui aktivitas uterus dan/ atau
refleks Ferguson. Ini merelaksasikan servicks dan mempermudah proses
persalinan, tetapi dapat mengubah rotasi janin internal dan menurunkan
kemampuan klien untuk mengejan bila diperlukan.
Reaksi toksik sistemik pada anastetil epidural dapat
mengubah sendorium ataiu menyebabkan kejang bila obat diabsorbsi ke dalam
sistem vasculair.
|
Dignosa Keperawatan Persalinan Tahap II (Pengeluaran) :
Nyeri akut.
Tujuan : Ibu dapat beradaptasi terhadap nyeri akibat his
persalinan.
Kriteria Hasil:
·
Ibu dapat mengejan dengan benar,
·
Ibu tampak lebih tenang.
·
Ibu istirahat diantara kontraksi.
Tindakan / intervensi
|
Rasional.
|
Mandiri:
Identifikasi derajat ketidak nyamanan dan
sumbernya.
Berikan tindakan kenyamanan seperti perawatan mulut,
perawatan . masase perineal, linen dan pembalut yang bersih dan kering,
lingkungan sejuk (680sampai 720 F), kain sejuk lembab
untuk wajah dan leher, atau kompres panas pada perineum, atau punggung sesuai
kebutuhan.
Berikan informasi pada klien / pasangan tentang tipe
anstesia yang tersedia pada tahab ini khususnya untuk situasi melahirkan
(mis, anestetik lokal, subaraknoid, atau blok pudendal, penguatan epidural
atau kaudal) atau Stimulasi saraf elektrikal Transkutan (TENS). Tinjau ulang
keuntungan / kerugian dengan tepat.
Pantau dan catat aktivitas uterus pada setiap
kontraksi.
Berikan informasi dan dukungan yang berhubungan dengan
kemajuan persalinan.
Anjurkan klien/pasangan untuk mengatur upaya untuk
mengejan dengan spontan, daripada dilakukan terus - menerus, mendorong selama
kontraksi. Tekankan pentingnya menggunakan obat abdomen dan merelakskan dasar
pelviks.
Pantau penonjolan perienal dan rektal, pembukaan muara
vagina dan tempat janin.
Bantu klien dalam memilih posisi optimal untuk
mengejan; (Misalnya jongkok atau rekumben lateral, posisi semifowler
(ditinggikan 30 – 60 derajat), atau penggunaan kursi melahirkan. Kaji
keefektifan upaya untuk mengejan; bantu klien untuk merelakskan semua otot
dan beristirahat di antara kontraksi.
Pantau tekanan darah (TD) dan nadi ibu, dan DJJ.
Perhatikan reaksi merugikan yang tidak biasanya terhadap obat-obatan, seperti
reaksi antibodi-antigen, paralisis pernafasan, atau blok spinal. Catat reaksi
merugikan seperti mual, muntah, retensi urine, pelambatan depresi pernafasan
dan pruritus pada wajah, mata atau mulut.
Kolaborasi
Kaji kepenuhan kandung kemih. Kateterisasi diantara
kontraksi bila distensi terlihat dan klien tidak mampu menghindari.
Dukung dan posisikan blok sedal atau anestesi spinal,
lokal, pudendal sesuai indikasi
Anestesi lokal :
Bantu sesuai kebutuhan pada pemberian anestesi lokal
sebelum episiotomi.
|
Mengklasifikasikan kebutuhan, memungkinkan intervensi
yang tepat.
Meningkatkan kenyamanan psikologis dan fisik,
memungkinkan klien menfokuskan pada persalinan dan menurunkan kebutuhan
terhadap analgesia atau anastesia.
Meskipun klien yang mengalami stress persalinan dan
tingkat ketidaknyamanan dpat mempengaruhi ketrampilan pembuatan keputusan
noemal., ia masih memerlukan kontrol dan membuat keputusan persetujuan
sendiri berkenaan dengan anstesia. (catatan: Pilihan blok radiks saraf harus
dibatasi pada situasi rumah sakit dimana peralatan kedaruratan tersedia).
Memberikan informasi/dokumentasi legal tentang kemajuan
kontinu; membantu mengidentifikasi pola kontraksi abnormal, memungkinkan
pengkajian dan intervensi segera.
Pertahankan supaya pasangan tetap mendapatkan informasi
tentang perkiraan kelahiran; menguatkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan itu
berarti dan “akhirnya sudah terlihat.”
Anastetik dapat mengganggu kemampuan klien untuk
merasakan sensasi berkenaan dengan kontraksi, mengakibatkan mengejan tidak
efektif. Upaya mengejan spontan yang bukan terus – menerus menghindari efek
negatif dari Valsava manuver berkenaan dengan penurunan kadar oksigen ibu dan
janin. Relaksasi dasar pelviks menurunkan tahanan untuk upaya mendorong,
memaksimalkan upaya untuk mengeluarkan janin.
Pemutaran anal ke arah luar dan penonjolan perineal
terjadi saat verteks janin turun, menandakan kebutuhan untuk persiapan
kelahiran.
Posisi yang tepat dengan relaksasi jaringan perineal
mengoptimalkan upaya mengejan, memudahkan kemajuan persalinan, menurunkan
ketidaknyamanan dan menurunkan kebutuhan terhadap penggunaan forsep.
Relaksasi komplit di antara kontraksi meningkatkan istirahat dan membantu
membatasi regangan/kelelahan otot.
Hipotensi ibu disebabkan oleh penurunan tahanan perifer
saat percabangan vaskuler dilatasi adalah reaksi merugikan yang utama
terhadap blok peridual atau subaraknoid. Hipoksia janin atau bradikardia
mungkinterjadi, karena penurunan sirkulasi dalam bagian plasenta ibu. Reaksi
merugikan yanglain setelah pemberian anastetik spinal atau peridural, khususnya
bila morfin digunakan
Meningkatkan kenyamanan, memudahkan turunnya janin,dan
menurunkan risiko trauma kandung kemih yang disebabkan oleh bagian presentasi
janin.
Posisi yang tepat menjamin penenpatan tepat dari
obat-obatan dan membantu mencegah komplikasi.
Menganestesi jaringan perineal lokal untuk memperbaiki
tujuan.
|
Diagnosa Keperawatan Persalinan Tahap III (Pengeluaran
Plasenta) :
Perubahan peran berhubungan dengan kurangnya model peran.
Tujuan : klien dapat berperan sebagai ibu setelah
kelahiran bayinya.
Kriteria Hasil :
Ibu ingin didekatkan dengan bayinya.
Ibu mengatakan ingin merawat anaknya sendiri.
Tindakan / intervensi
|
Rasional.
|
Fasilitasi interaki antara klien dan / pasangan dan
bayi baruy lahir sesegera mungkin setelah melahirkan.
Berikan klein dan ayah kesempatan untuk menggendong
bayi dengan segera setelah kelahiran bila kondisi bayi stabil.
Tunda penetesan salep profilaksis mata (mengandung
eritomisin atau tetrasiklin) sampai klien / pasangan dan bayi telah
berinteraksi.
|
Membantu mengembangkan ikatan emosi sepanjang hidup di
antara angota keluarga. Ibu dan bayi mempunyai periode yang sangat sensitif
pada waktu di mana kemampuan interaktif ditingkatkan.
Kontak fisik dini membantu mengembangkan kedekatan.
Ayah juga lebih mungkin untuk berpartisipasi dalam aktivitas merawat bayi dan
merasa ikatan emosi lebih kuat bila mereka secara aktif terlibat dengan bayi
segera setelah kelahiran.
Memungkinkan bayi untuk membuat kontak mata dengan
orangtua dan secara aktif berpartisipasi dalam interaksi, bebas dari
penglihatan kabur yang disebabkan oleh obat.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar