Minggu, 13 Juli 2014

ASKEP "Trauma Kapitis"

LAPORAN PENDAHULUAN

A.   Pengertian
      Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi  yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
B.   Penyebab
TBC disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, YAITU  Kuman batang tahan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patogen , tettapi hanya strain bovin dan human yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 μm, ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah.

C.  Patogenesis

Tempat masuk kuman M. tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui udara (airborne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mendukung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat masuk utama bagi jenis bovin, yang penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi.
   Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya limfosit T) adalah sel imunosupresifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya local, melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya . Respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas.
   Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil. Setelah berada di alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas paru-paru atau bagian atas lobus bawah basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan akan mengalami gejala pneumonia akut. Pneumonia ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berlanjut terus dan bakteri dapat terus difagosit atau berkembang biak dalam sel. Basil juga menyebar dalam getah bening menuju kekelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari.
                  Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju, lesi nekrosis ini disebut kaseosa. Lesi primer pary-paru dinamakan focus Ghon dan dan gabungan terserangnya getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Respon  lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronchus dan menimbulkan kavitas kemudian akan masuk kepercabangan trakheobronkhial. Proses ini dapat terulang kembali dibagian lain dari paru-paru atau basil dapat terbawa sampai kelaring, telinga tengah atau usus.

D.  Manifestasi Klinik

                  Pada stadium dini penyakit tuberculosis biasanya tidak tampak adanya tanda atau gejala yang khas. Tuberkulosis dapat didiagnosis hanya dengan fase tuberculin, pemeriksaan radiogram, dan pemeriksaan bakteriologik. Menurut CDC suatu kasus tuberculosis dapat dipastikan bila organisme  M. tuberculosis dapat diidentifikasi. Jika bakteri tidak diperoleh, maka laporan kasus tuberculosis dianggap benar bila hal-hal berikut ini dapat ditemukan :
1.    Prosedur diagnostik sudah dilakukan dengan lengkap (Reaksi Hipersensitivitas berupa ; Tes tuberculin intradermal Mantoux, Tes tuberculin dengan suntikan jet, Tes tuberculin tusukan majemuk)
2.    Bukti adanya tuberculosis dengan pemeriksaan bakteriologik.
3.    Radiografik dada dengan hasil abnormal dan/atau bukti klinis akan adanaya penyakit ini.
4.    Keputusan untuk memberikan satu paket terapi yang lengkap dengan dua atau lebih obat anti tuberculosis.
            Dengan berjalannya penyakit dan semakin banyaknya dekstruksi jaringan paru-paru, produksi sputum semakin banyak dan batuk dapat menjadi semakin berat. Biasanya tidak ada gejala nyeri dada dan batuk darah biasanya hanya dikaitkan dengan kasus-kasus yang sudagh lanjut. Beberapa penderita mengalami batuk produktif, keletihan, lemah, keringat pada malam hari dan berat badan menurun mirip dengan tanda dan gejala bronchitis akut dan pneumoni.
E.   Pengobatan dan Prinsip-Prinsip Kemoterapi.
                  Pengobatan tuberculosis terutama berupa pemberian obat antimikroba dalam jangka waktu lama. Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis pada seorang yang sudah terjangkit infeksi. Agar pengobatan dapat berjalan efektif obat yang diberikan harus mamapu mengganggu fungsi vital kuman tuberculosis tanpa membahayakan klien,  Stead dan Bates  (1983) menekankan bahwa “pilihan terapi harus dipandu oleh prinsip-prinsip yang sudah diakui kebenarannya” adapun prinsip-prinsip tersebut adalah :
a.    Obat terpilih harus merupakan obat terhadap mana basil masih peka.
b.    Bahkan dalam suatu populasi basil yang umumnya masih peka, perubahan alami kearah resisten timbul pada setiap 1 dari 100.000 sampai 1juta organisme.
c.    Obat-obatan bakterisidal lebih disukai.
d.    Jika pengobatan yang diberikan kelihatan gagal maka penambahan satu macam obat lain hanya akan mengundang datangnya bencana.
e.    Terapi harus dilanjutkan cukup lama untuk eradikasi basil dalam tubuh.
f.     Semua obat harus diminum sebelum makan pagi dan dalam dosis tunggal agar dicapai suatu konsentrasi gabungan puncak yang memberikan efek maksimal terhadap basil.
Kelompok-kelompok resiko tinggi berikut ini harus mengalami pengobatan pencegahan :
1.    Anggota keluarga atau mereka yang dekat dengan penderita yang baru didiagnosis terinfeksi tuberculosis.
2.    Tes kulit tuberculin positif, disertai ditemukannya hasil radiogram yang sesuai dengan penyakit tuberculosis nonprogressif dan yang belum pernah menerima pengobatan kemoterapi yang adekuat dimasa lampau.
3.    Orang yang baru saja terinfeksi.
4.    Orang yang memiliki reaksi tuberculin bermakna dalam keadaan klinik khusus.
5.    Orang yang rekasi tuberkulinnya bermakana dan berusia dibawah 35 tahun
6.    Orang yang reaksi tuberculin bermakna  juga memiliki AB terhadap virus HIV.
7.    Orang-orang dengan reaksi tuberculin bermakna yang berada dalam keadaan epidemiologi khusus.


Obat-obat kemoterapi untuk pengobatan Tuberkulosis
Nama Obat
Dosis
Efek samping
utama
Pemantauan
Keterangan
Harian
Dua kali/minggu
Obat-obatan unruk pengobatan awal :
Isoniasid


Rifampicin


Ethambutol hidroklorida


Pyrazinamide


Streptomycine



Obat-obat pilihan kedua
Capreomyecine

Cycloserine


Kanamicine


300 mg PO atau IM (10 – 20 mg/kgBB)
600 mg PO (10-20 mg/kg)

15-25 mg/kgBB PO


2 g PO (15 – 30 mg/kg BB)

0,75 – 1 gr IM ( 15-20 mg/kg BB)



1 g IM (15-30 mg/kg BB)
1 g PO(15-20 mg/kg BB)

1 g IM (15 – 30 mg/kg BB)




15 mg/kg BB PO atau IM

600 mg PO


50 mg/kg BB



50 – 70 mg/kg BB


25 – 30 mg/kg BB








Neuritis perifer, hipersensitivitas dan hepatitis
Peningkatan enzim-enzim hati.
Gangguan saluran pencernaan (Anoreksia, mual, muntah, diare) hepatitis dan penekanan kekebalan.
Neuritis optika(reversible bila obat segera dihentikan), ruam pada kulit


Hjepatotoksik, hiperurisemia, atralgia, ruam kulit.

Ototoksik





Nefrotoksik, ototoksik

Perubahan personalitas, psikosis, kejang, ruam

Toksisitas Auditori, nefrotoksik


AST/ALT (tidak rutin)


AST/ALT






AST/ALT, as. Urat


Audiogram fungsi vestibular, BUN dan Kreatinin



            Sda

Tes psikologis


Audiogram fungsi vestibular, BUN dan krestinin



Untuk neuritis : piridokain 10 mg sebagai pencegahan 50 – 100 mg untuk pengobatan.
Dpt `perlu penyesuaian obat yg dap dipakai dgn kontrasepsi oral, antikoagulan, kortikosteroid
Tdk dianjurkan diberikan pd wanita hamil. Hrs diberikan secara hati-hati pd penderita dgn insufisiensi ginjal.
Allopurinol atau probenesid untuk mengurangi as. Urat serum.
Berikan dgn hati-hati pd individu yg lebih tua. Hindari penggunaan obat ini pd penderita dgn insufisiensi ginjal.


                    Sda

Obati neurotoksisitas dgn piridoksin 100-200 mgf setiap hari
Sama dgn streptomicine.





F.     Klasifikasi
                  Klasifikasi TBC didasarkan pada hubungan yang luas antara parasit dan penderita, hubungan ini ditunjukkan dgn riwayat terjangkitnya penyakit, infeksi dan penyakit. Klasifikasi ini dibagi menjadi 6 kategori atau kelas yg ditujukan untuk anak-anak dan dewasa.
      Kelas 0
      Tdk ada jangkita TBC, tdk terinfeksi .
      Kelas 1
      Terpapar TBC, tdk ada bukti infeksi
      Kelas 2
      Ada infeksi TBC, tdk timbul penyakit
      Kelas 3
      TBC : saat ini sedang sakit, lokasi penyakit paru-paru, pleura, limfatik, tulang dan atau sendi, kemih, kelamin, diseminata (milier), meningeal, peritoneal dll.
      Kelas 4
      TBC : Saat ini tdk sedang menderita penyakit, dalam pengobatan kemoterapi.
      Kelas 5
      Orang dicurigai mendapatkan TBC.
G.    Pencegahan dan Pengendalian
                  Program-program kesehatan masyarakat sengaja dirancang untuk mendeteksi kasus-kasus dan menemukan sumber infeksi secara dini. Terapi pencegahan TBC dengan obat antimikroba merupakan sarana yang efektif untuk mengontrol penyakit. Hal ini merupakan tindakan preventif yang ditujukan baik untuk mereka yang sudah terinfeksi maupun masyarakat pada umumnya.
                  Eradikasi TBC dilakukan dengan menggabungkan kemoterapi yang efektif, identifikasi segera dan tindak lanjut pada orang yang mengalami kontak dengan penyakit ini , dan terapi kemoprofilaktik pada kelompok-kelompok dalam populasi yang beresiko tinggi.



ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN TBC

A.   PENGKAJIAN
1.    Identitas pasien:
Nama                   :    Tn. J
Umur                   :    28 thn
Alamat                 :    Labahawa
Agama                 :    islam
Pekerjaan           :    petani
MRS Triage        :    26 Februari 2013 jam 9.00 wita
No. RM                :
2.    Pengkajian        
a.    A (Airway)
-          Jalan nafas pasien ada sedikit sumbatan oleh mucus/dahak. karakteristik sputum (hijau,/purulen, mukoid kuning atau bercak darah), Sekret kental/darah,  batuk berdahak.
b.    B (Breathing)
-          Peningkatan frekuensi pernapasan, pengembangan pernapasan tidak simetris, takhipnu/dispnea pada kerja, perkusi pekak, Batuk produktif atau tidak, nafas pendek, riwayat TBC/terpajan pada individu terinfeks, Bunyi nafas tidak normal dan dispnea.  Pasien mengeluh sesak nafas, Kelemahan, upaya batuk buruk. Edema tracheal/faringeal. RR 30 x/mnt.
c.    C (circulation)
Takhikardia, tidak nampak sianosis  pada ujung-ujung jari, CRT < 2 dtk, Na: 105x mnt. TD; 120/80 mmHg.
d.    D (disability)
Tidak ada kecacatan.
e.    E (Exprosure)
Pasien sadar, GCS; E4V5M6
f.     F (Five intervention)
1.    NGT
Tidak terpasang NGT
2.    ECG monitor
Tidak terpasang.
3.    Kateter
Tidak terpasang
4.    Pulse oksimetri
Tidak terpasang
5.    Laboratorium
BTA Positif.
g.    G (Get vital sign and confort measure)
Tanda-tanda vital:
TD                  :    120/80 mmHg
Nadi               :    105 x/menit
RR                 :    30 x/mnt
S                     :    37 0C
h.   H (History and Head to Toe)
1)            History
a)           S (sign symtoms)
Pasien terkena inkeksi bakteri tuberculosis.
b)           A (Alergies)
Tidak ada riwayat alergi obat dan makanan
c)           M (Medication)
Pemberian Oksigen dan obat, obat Isoniazid 300 mg PO, Rifampisin 600 mg PO.
d)           P (Post medical History)
Keluarga mengatakan, pasien mengalami batuk selama 1 bulan tetapi belum pernah berobat
e)           L (Last Oral Intake)
Pasien telah makan pagi sebelum berangkat ke rumah sakit.
f)            E (Event leading indury or illness)
g)           Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
2)            Pengkajian head to toe
a)           pernafasan
Jalan nafas pasien ada sedikit sumbatan oleh mucus/dahak. karakteristik sputum (hijau,/purulen, mukoid kuning atau bercak darah), Sekret kental/darah,  batuk berdahak. Peningkatan frekuensi pernapasan, pengembangan pernapasan tidak simetris, takhipnu/dispnea pada kerja, perkusi pekak, Batuk produktif atau tidak, nafas pendek,. Edema tracheal/faringeal. RR 30 x/mnt.

i.     Inpect posterior
Tidak ada kelainan tulang belakang




B.   ANALISA DATA
Data
Kemungkinan Penyebab
Masalah
DS: pasien mengatakan sudah mengalami batuk berdahak lebih dari 1 bulan, pasien mengatakan susah mengeluarkan dahak.
DO:
Jalan nafas pasien ada sedikit sumbatan oleh mucus/dahak. karakteristik sputum (hijau,/purulen, mukoid kuning atau bercak darah), Sekret kental/darah,  batuk berdahak
a. Sekret kental/darah
b. Kelemahan, upaya batuk buruk

Bersihan jalan nafas tidak efektif
DS: Pasien mengeluh sesak nafas,
DO:
Peningkatan frekuensi pernapasan, pengembangan pernapasan tidak simetris, takhipnu (RR; 30/mnt) pada kerja, perkusi pekak, Batuk produktif atau tidak, nafas pendek, Bunyi nafas tidak normal dan dispnea.  Kelemahan, upaya batuk buruk. Edema tracheal/faringeal. RR 30 x/mnt.
c.  Penurunan permukaan efektif paru, atelektasis
d.  Kerusakan membran alveolar-kapiler
e.  Secret kental, tebal dan adanya edema bronchial.

Resiko terhadap gangguan pertukaran gas




C.   DIAGNOSA KEPERAWATAN, INTERVENSI, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Diagnosa
Tujuan/kriteria evaluasi
Intervensi
rasionalisasi
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental, upaya batuk buruk, edema faringeal/trakea
DS:
DS: pasien mengatakan sudah mengalami batuk berdahak lebih dari 1 bulan, pasien mengatakan susah mengeluarkan dahak.
DO:
-          Frekuensi pernapasan, irama, kedalam tidak normal
-          Bunyi nafas tidak normal dan dispnea.

Setelah dilakukan tindakan diharapkan tidak ada lagi sumbatan jalan nafas, dengan kriteria evaluasi:
-          Mempertahankan jalan nafas klien
-          Mengeluarkan secret tanpa bantuan
-          Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki/mempertahankan bersihan jalan nafas
-          Berpartisipasi dalam program pengobatan
-          Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat.

1.     Kaji fungsi pernafasan

2.     Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/batuk efektif


3.  Berikan klien posisi semi atau Fowler tinggi. Bantu klien untuk
    batuk dan latihan nafas dalam.
4.  Kolaborasi dalam pemberian udara lembab/oksigen inspirasi
5.  Kolaborasi dalam pemberian obat mukolitik, bronkhodilator dan  kortikosteroid
      
1.   Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan Atelektasis dan kelainan bunyi nafas lainnya.
2.     Pengeluaran sulit bila secret sangat tebal. Sputum berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan paru atau luka bronchial dan dapat memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.
3.     Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan  menurunkan upaya pernafasan.

4.     mencegah pengeringan membran mukosa, membantu pengenceran secret.
5.     Mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan secret paru untuk memudahkan pembersihan. Bronkhodilator untuk meningkatkan ukuran lumen percabangan trakheobronkhial dan kortikosteroid  berguna pada adanya keterlibatan luas dengan hipoksemia dan bilarespon inflamasi mengancam hidup.


Diagnosa
Tujuan/kriteria evaluasi
Intervensi
rasionalisasi
Resiko terhadap gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan efektif paru, kerusakan membran alveolar-kapiler, Secret kental, tebal dan adanya edema bronchial.
DS:
Pasien mengeluh sesak nafas,
DO:
Peningkatan frekuensi pernapasan, pengembangan pernapasan tidak simetris, takhipnu (RR; 30/mnt) pada kerja, perkusi pekak, Batuk produktif atau tidak, nafas pendek, Bunyi nafas tidak normal dan dispnea.  Kelemahan, upaya batuk buruk. Edema tracheal/faringeal. RR 30 x/mnt.

Setelah dilakukan tindakan diharapkan klien mampu bernafas dengan normal, dengan kriteria evaluasi:
a.    Melaporkan tidak adanya/penurunan dispnea
b.    Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi jaringan
c.    Bebas dari gejala distress pernapasan.

1.    Kaji adanya gangguan bunyi /pola nafas dan kelemahan.



2. Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan Bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan.

3. Berikan tambahan oksigen yang sesuai.
     

1.    TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari bagian kecil bronchopneumonia sampai inflamasi difus luas, nekrosis, effusi pleura dan fibrosis luas.
2.    Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan selama periode penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala.
3.     Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi/menurunnya penurunan alveolar paru.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar