BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang
individu dalam rentang kehidupannya di dunia ini harus melalui berbagai macam
fase atau masa seiring perkembangan usia mereka. Dalam setiap fase memiliki
tugas-tugas perkembangan masing-masing, hal ini berbeda antara fase
satu dengan fase yang lainnya. Masing-masing individu dituntut untuk dapat
menyelesaikan setiap tugas perkembangannya sesuai dengan tahapan fase yang
dilaluinya dan rentang usia yang sudah ditentukan pada tiap fase tersebut.
Seorang individu
dapat dikatakan normal atau bahagia apabila ia dapat menyelesaikan tugas
perkembangannya dengan tepat waktu. Apabila individu tersebut tidak dapat atau
mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas perkembangannya, maka individu
tersebut akan mengalami gangguan atau ketidakbahagiaan baik dalam aspek fisik,
kognitif, emosi, sosial, maupun spiritualnya.
Dari
seluruh fase yang terjadi selama rentang kehidupan, salah satu fase yang
memegang pernan penting dalam perkembangan seorang individu adalah masa balita.
Masa balita disebut sebagai salah satu fase terpenting karena selama masa ini
seorang individu mulai belajar dan memahami berbagai macam hal-hal dan
pengalaman baru tentang dirinya. Banyak macam tugas perkembangan yang harus
diselesaikan seorang individu pada masa ini. Sekalipun demikian, masa ini
bukanlah suatu masa yang berbahaya bagi perkembangan individu.
Di balik
semuanya itu, ada tuntutan tersendiri yang wajib dicapai seorang individu
setelah melalui fase ini, yaitu menjadi individu yang mandiri. Untuk dapat
mencapainya, para orang tua terlebih dahulu harus memahami apa saja tugas-tugas
perkembangan bagi si balita dan yang harus ibu lakukan agar balitanya dapat
memenuhi tugas-tugas tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
FENOMENA PADA KELUARGA YANG SEDANG MENGASUH ANAK
l Perasaan cemas dan bahagia
l Perselisihan adanya perubahan peran
l Keseimbangan keluarga berubah karena munculnya orang baru
l Penyesuaian diri yang sulit menjadi orang tua
l Perasaan cemas dan bahagia
l Perselisihan adanya perubahan peran
l Keseimbangan keluarga berubah karena munculnya orang baru
l Penyesuaian diri yang sulit menjadi orang tua
MASALAH YANG LAZIM TERJADI
l Suami merasa diabaikan
l Terdapat peningkatan perselisihan suami istri
l Interupasi dalam jadwal yang kontinu
l Kehidupan seksual dan sosial terganggu
l Suami merasa diabaikan
l Terdapat peningkatan perselisihan suami istri
l Interupasi dalam jadwal yang kontinu
l Kehidupan seksual dan sosial terganggu
TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA
l Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
l Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga
l Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
l Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran-peran orang tua dan kakek-nenek
l Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
l Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga
l Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
l Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran-peran orang tua dan kakek-nenek
MEMBENTUK KELUARGA MUDA SEBAGAI SEBUAH UNIT
YANG MANTAP
l Menyesuaikan terhadap perubahan –perubahan radikal
l Membedakan fungsi-fungsi suami istri sesuai tuntutan perawatan dan asuhan
l Penerimaan peran-peran tradisional dan pembagian tugas
l Peningkatan peran tangguang jawab ayah terhadap balita
l Menyesuaikan terhadap perubahan –perubahan radikal
l Membedakan fungsi-fungsi suami istri sesuai tuntutan perawatan dan asuhan
l Penerimaan peran-peran tradisional dan pembagian tugas
l Peningkatan peran tangguang jawab ayah terhadap balita
REKONSILIASI TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN
l Mempelajari isyarat-isyarat balita
l Menerima pertumbuhan dan perkembangan (anak bermain, toilet training)
l Orangtua memahami tugas pertumbuhan dan perkembangan secara tepat
l Mempelajari isyarat-isyarat balita
l Menerima pertumbuhan dan perkembangan (anak bermain, toilet training)
l Orangtua memahami tugas pertumbuhan dan perkembangan secara tepat
MEMPERTAHANKAN HUBUNGAN PERKAWINAN YANG
MEMUASKAN
l Komunikasi dan interaksi perkawinan menurun
l Kesulitan – kesulitan seksual karena
– Keletihan ,
– Penurunan daya tarik seksual
– Ayah tersingkirkan oleh balita
àPembentukan kembali pola-pola komunikasi yang memuaskan (pribadi, perkawinan)
l Komunikasi dan interaksi perkawinan menurun
l Kesulitan – kesulitan seksual karena
– Keletihan ,
– Penurunan daya tarik seksual
– Ayah tersingkirkan oleh balita
àPembentukan kembali pola-pola komunikasi yang memuaskan (pribadi, perkawinan)
MEMPERLUAS PERSAHABATAN DENGAN KELUARGA
BESAR
l Pembentukan peran baru berkenaan dengan kakek dan nenek
l Penyesuaian hubungan dengan kelurga besar atau teman
l Mencari waktu yang tepat untuk mendapat dukungan sosial
l Pembentukan peran baru berkenaan dengan kakek dan nenek
l Penyesuaian hubungan dengan kelurga besar atau teman
l Mencari waktu yang tepat untuk mendapat dukungan sosial
PENGKAJIAN
l Peran sebagai orang tua
l Interaksi orang tua dan balita
l Respons balita
l Sikap orang tua sendiri
l Komunikasi
l Stimulus pada balita
l Peran sebagai orang tua
l Interaksi orang tua dan balita
l Respons balita
l Sikap orang tua sendiri
l Komunikasi
l Stimulus pada balita
Energi yang Buat Balita
Tuntutan dan Tekanan yang Bertentangan
Konflik yang menyiksa
Hubungan keluarga yang kokoh
Tuntutan dan Tekanan yang Bertentangan
Konflik yang menyiksa
Hubungan keluarga yang kokoh
MASALAH-MASALAH KESEHATAN PADA PROSES MENJADI ORANGTUA
l Pendidikan
l Perawatan balita yang baik
l Pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik
l Imunisasi
l Konseling perkembangan anak
l Keluarga berencana
l Peningkatan kesehatan umum
l Pendidikan
l Perawatan balita yang baik
l Pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik
l Imunisasi
l Konseling perkembangan anak
l Keluarga berencana
l Peningkatan kesehatan umum
Masalah Kesehatan Lain
l Fasilitas perawatan anak untuk ibu bekerja
l Hubungan orang tua anak
l Masalah pengasuhan anak
l Masalah transisi menjadi orang tua
l Fasilitas perawatan anak untuk ibu bekerja
l Hubungan orang tua anak
l Masalah pengasuhan anak
l Masalah transisi menjadi orang tua
KELUARGA DENGAN ANAK PRA SEKOLAH
l Anak pertama usia 2, tahun -5 tahun
l Anggota keluarga bertambah
l Waktu orang tua habis untuk bekerja
l Anak mulai belajar mandiri
l Anak harus mencapai otonomi
l Kepuasaan hubungan seksual rendah karena pembicaraan berkisar pada anak
l Anak pertama usia 2, tahun -5 tahun
l Anggota keluarga bertambah
l Waktu orang tua habis untuk bekerja
l Anak mulai belajar mandiri
l Anak harus mencapai otonomi
l Kepuasaan hubungan seksual rendah karena pembicaraan berkisar pada anak
TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA PRA SEKOLAH
l Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi, keamanan
l Mensosialisasikan anak
l Mengintegrasikan anak baru tanpa mengabaikan anak yang lain
l Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga
l Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi, keamanan
l Mensosialisasikan anak
l Mengintegrasikan anak baru tanpa mengabaikan anak yang lain
l Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga
MEMENUHI KEBUTUHAN ANGGOTA KELUARGA
l Perlu tempat eksplorasi dunia
l Perlunya privasi bagi orang tua
l Peralatan dan fasilitas yang melindungi anak
l Keterlibatan yang besar untuk perawatan anak
l Anak belajar bertanggung jawab
l Anak belajar membantu orang tua
MENSOSIALISASIKAN ANAK
l Mengembangkan sikap diri atau konsep diri pada anak
l Belajar mengekspresikan diri dalam bentuk menangkap bahasa
l Perlu tempat eksplorasi dunia
l Perlunya privasi bagi orang tua
l Peralatan dan fasilitas yang melindungi anak
l Keterlibatan yang besar untuk perawatan anak
l Anak belajar bertanggung jawab
l Anak belajar membantu orang tua
MENSOSIALISASIKAN ANAK
l Mengembangkan sikap diri atau konsep diri pada anak
l Belajar mengekspresikan diri dalam bentuk menangkap bahasa
MENGINTEGRASIKAN ANAK BARU
l Merupakan kejadian traumatik pada kakak
l Persaingan kakak- beradik ( sibling rivalry)
l Merupakan kejadian traumatik pada kakak
l Persaingan kakak- beradik ( sibling rivalry)
Cara mengatasi
l Berhubungan lebih banyak dengan anak yang lebih tua
l Belajar berpisah dengan anak
l Berhubungan lebih banyak dengan anak yang lebih tua
l Belajar berpisah dengan anak
MEMPERTAHANKAN HUBUNGAN YANG SEHAT DALAM
KELUARGA
l Interaksi suami istri lebih banyak berkaitan dengan tugas
l Pembicaraan pribadi lebih sedikit
l Rendahnya kepuasan hubungan seksual
à Orang tua mencari rekreasi ke luar rumah untuk mengawetkan muda
l Interaksi suami istri lebih banyak berkaitan dengan tugas
l Pembicaraan pribadi lebih sedikit
l Rendahnya kepuasan hubungan seksual
à Orang tua mencari rekreasi ke luar rumah untuk mengawetkan muda
PENGKAJIAN
l Keamanan rumah yang beresiko terjadi kecelakaan
l Riwayat penyakit keluarga
l Peran anak dan orang tua
l Pertumbuhan dan perkembangan keluarga
l Keamanan rumah yang beresiko terjadi kecelakaan
l Riwayat penyakit keluarga
l Peran anak dan orang tua
l Pertumbuhan dan perkembangan keluarga
MASALAH KESEHATAN
l Anak menjadi rentan terhadap penyakit
– V irus/ bakteri
– Kecelakaan ( jatuh, luka bakar dan laserasi)
l Masalah psikososial keluarga
l Persaingan antara adik –kakak
l Keluraga berencana
l kebutuhan tumbuh kembang
l Masalah pengasuhan: menelantarkan, penganiayaan dan masalah komunikasi
l Anak menjadi rentan terhadap penyakit
– V irus/ bakteri
– Kecelakaan ( jatuh, luka bakar dan laserasi)
l Masalah psikososial keluarga
l Persaingan antara adik –kakak
l Keluraga berencana
l kebutuhan tumbuh kembang
l Masalah pengasuhan: menelantarkan, penganiayaan dan masalah komunikasi
INTERVENSI
l Penyuluhan kesehatan tentang resiko dan cara mencegah penyakit atau kecelakaan
l Pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang:
– Merokok dan obat-obatan
– Seksualitas,
– Keselamatan ,
– Diet dan olah raga
– Penanganan stres
l Penyuluhan kesehatan tentang resiko dan cara mencegah penyakit atau kecelakaan
l Pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang:
– Merokok dan obat-obatan
– Seksualitas,
– Keselamatan ,
– Diet dan olah raga
– Penanganan stres
TUJUAN UTAMA PERAWAT KELUARGA PADA KELUARGA PRA SEKOLAH
MEMBANTU MEREKA MEMBENTUK GAYA HIDUP YANG SEHAT DAN MEMFASILITASI PERUBAHAN FISIK, INTELEKTUAL, EMOSIONAL DAN SOSIAL SECARA OPTIMAL (WILLSON, 1988)
MEMBANTU MEREKA MEMBENTUK GAYA HIDUP YANG SEHAT DAN MEMFASILITASI PERUBAHAN FISIK, INTELEKTUAL, EMOSIONAL DAN SOSIAL SECARA OPTIMAL (WILLSON, 1988)
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pe
Perkembangan
KOGNITIF ANAK
Menurut PIAGET perkembangan ini dibagi dalam 4 tahap: 1. Sensori Motor (usia 0-2 tahun) Dalam tahap ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri anak. Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh/memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya. Dalam usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah 'menangis'. Menyampaikan cerita/berita Injil pada anak usia ini tidak dapat hanya sekedar dengan menggunakan gambar sebagai alat peraga, melainkan harus dengan sesuatu yang bergerak (panggung boneka akan sangat membantu). 2. Pra-operasional (usia 2-7 tahun) Pada usia ini anak menjadi 'egosentris', sehingga berkesan 'pelit', karena ia tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Anak tersebut juga memiliki kecenderungan untuk meniru orang di sekelilingnya. Meskipun pada saat berusia 6-7 tahun mereka sudah mulai mengerti motivasi, namun mereka tidak mengerti cara berpikir yang sistematis - rumit. Dalam menyampaikan cerita harus ada alat peraga. 3. Operasional Kongkrit (usia 7-11 tahun) Saat ini anak mulai meninggalkan 'egosentris'-nya dan dapat bermain dalam kelompok dengan aturan kelompok (bekerja sama). Anak sudah dapat dimotivasi dan mengerti hal-hal yang sistematis. 4. Operasional Formal (usia 11 tahun ke atas) Pengajaran pada anak pra-remaja ini menjadi sedikit lebih mudah, karena mereka sudah mengerti konsep dan dapat berpikir, baik secara konkrit maupun abstrak, sehingga tidak perlu menggunakan alat peraga. Perkembangan PSYCHO-SOSIAL Menurut ERICK ERICKSON perkembangan Psycho-sosial atau perkembangan jiwa manusia yang dipengaruhi oleh masyarakat dibagi menjadi 8 tahap: 1. Trust ><> Tahap pertama adalah tahap pengembangan rasa percaya diri. Fokus terletak pada Panca Indera, sehingga mereka sangat memerlukan sentuhan dan pelukan. 2. Otonomi/Mandiri ><> Tahap ini bisa dikatakan sebagai masa pemberontakan anak atau masa 'nakal'-nya. Namun kenakalannya itu tidak bisa dicegah begitu saja, karena ini adalah tahap dimana anak sedang mengembangkan kemampuan motorik (fisik) dan mental (kognitif), sehingga yang diperlukan justru mendorong dan memberikan tempat untuk mengembangkan motorik dan mentalnya. Pada saat ini anak sangat terpengaruh oleh orang-orang penting di sekitarnya 3. Inisiatif ><> Dalam tahap ini anak akan banyak bertanya dalam segala hal, sehingga berkesan cerewet. Pada usia ini juga mereka mengalami pengembangan inisiatif/ide, sampai pada hal-hal yang berbau fantasi. 4. Industri/Rajin ><> Anak usia ini sudah mengerjakan tugas-tugas sekolah - termotivasi untuk belajar. Namun masih memiliki kecenderungan untuk kurang hati-hati dan menuntut perhatian. |
Bab
II
ISI
1.1 Si Kecil
Tumbuh Sehat dan Cerdas secara Psikis
Tumbuh sehat dan
cerdas seoptimal mungkin dalam rangka menyiapkan batita tangguh, merupakan
tugas yang tidak kecil. Selain kesehatan harus dimonitor penuh, biak asupan
gizi maupun kelengkapan vaksinasi, kecerdasannya baik cerdas kognitif (IQ)
maupun cerdas emosional (EQ) juga harus diperhatikan.
Tiga tahun pertama
dalam kehidupan anak, merupakan masa paling rawan. Sebab perkembangan aktivitas
anak sangat besar, sementara perkembangan IQ dan EQ pun mulai tampak jelas.
Banyak orang tua
merasa bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak tergantung pada gen atau
bibitnya. Namun pada kenyataannya, banyak pengaruh positif yang dapat
mengoptimalkan tumbuh-kembang anak, bila orang tua mau terlibat penuh dalam
proses tumbuh-kembang si kecil.
Tanda-tanda
Mental, Psikis dan Intelegensia Anak Sehat
Tumbuh kembang anak dapat dilihat dari berbagai aspek. Fisik, psikis dan intelegensia. Bila kebutuhan anak untuk tumbuh-kembang secara optimal terpenuhi, maka pada usia antara 1-3 tahun, ia akan menunjukkan perkembangan-perkembangan yang sangat menakjubkan.
Tumbuh kembang anak dapat dilihat dari berbagai aspek. Fisik, psikis dan intelegensia. Bila kebutuhan anak untuk tumbuh-kembang secara optimal terpenuhi, maka pada usia antara 1-3 tahun, ia akan menunjukkan perkembangan-perkembangan yang sangat menakjubkan.
Selepas usia 1
tahun, si kecil tampak lebih antusias untuk belajar berjalan. Saat ini
konsentrasinya hanya berpusat pada tujuan yang hendak dicapainya. Begitu
keahlian berjalan dikuasainya, maka perkembangan selanjutnya menjadi sangat
bervariasi.
1.2 Perkembangan
Psikis Si Kecil (1-3 Tahun)
Usia 12-18 bulan:
·
Ia kini bukan hanya sekedar berjalan, tetapi bergerak ke
sana-ke mari dalam upaya menyalurkan minatnya mengeksplorasi rumah serta
sekeliling rumah.
·
Minta dibantu untuk naik-turun tangga atau memanjat,
membuka-tutup lemari, tempat sampah, laci, rak buku, tas sekaligus
mengaduk-aduk isinya. Ia juga tampak ahli membongkar barang-barang yang masih
dalam kemasan.
·
Perbendaharaan katanya pun semakin banyak.
·
Ia gemar meniru dan lebih mengenal serta tambah responsif
terhadap orang lain, terutama anggota keluarga.
·
Mampu memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing.
Usia 18-24 bulan:
·
Urusan naik-turun tangga semakin dikuasainya, kini ia tak
butuh bantuan siapapun.
·
Ia pun sudah ahli menunjuk mata dan hidungnya tau anggota
tubuh lainnya.
·
Antusias untuk makan sendiri, gemar mencoret-coret, dan
penuh minat pada apa yang dikerjakan orang-orang yang lebih besar.
·
Secara bertahap ia pun mulai ingin dekat-dekat atau ikut
bermain dengan anak lain.
Usia 2-3 tahun:
·
Ia mulai belajar meloncat, pertama dengan dua kaki kemudian
dengan satu kaki.
·
Urusan memanjat semakin lihai dan semakin tinggi tempat yang
dicapainya.
·
Ia juga sudah pandai menyusun kalimat, sudah mengerti bila
diajak ‘ngobrol’, sudah penuh minat mendengarkan cerita dan coret-coretnya kini
lebih memiliki bentuk. Bahkan membuat lingkaran pun ia sudah mampu.
·
Bermain dengan anak lain, sekarang menjadi keinginan yang
sulit dibendung.
1.3 Merangsang
Kecerdasan Anak
Peran Anda sebagai
orang tua dalam mengembangkan fungsi otak anak tidak hanya pada masa janin,
tetapi sampai masa kanak-kanak. Sebab, orangtua adalah guru pertama dan utama
bagi otak anak. Apa saja yang dapat Anda lakukan agar kecerdasan anak
terangsang untuk berkembang secara optimal?
Berdasarkan
penelitian para ahli, kecepatan pertumbuhan otak manusia mencapai puncaknya dua
kali, yaitu pada masa janin di usia kehamilan minggu ke 15 sampai 20, dan pada
usia kehamilan minggu ke 30 sampai balita berusia 18 bulan.
Dua masa di atas
merupakan saat paling penting bagi orang tua untuk berperan aktif dalam
merangsang kecerdasan otak. Sebab rangsangan yang diberikan pada usia ini dapat
mengubah ukuran maupun fungsi kimiawi dari otak. Karena itu selain asupan
gizinya harus diperhatikan, kesempatan seluas mungkin untuk melakukan
eksplorasi dengan memegang, melempar, mendorong, menarik dan bereksperimen,
harus Anda berikan.
Apa saja yang
dapat dilakukan orang tua?
1. Jangan
meletakkan anak dalam boks terus menerus. 2. Pilihlah anak mainan edukatif
sesuai perkembangan usianya. 3. Bila udara cerah bawa ia bermain di halaman
atau di taman dekat rumah dan biarkan ia bebas bermain. 4. Ajak pula sesekali
ke toko. 5. Minta anak melakukan tugas yang sederhana dan berilah pujian
setelahnya. 6. Tetap bacakan buku cerita yang lama maupun yang baru.Jalan-jalan
sekaligus mengasah otak:
·
Naik kereta api
·
Main ke pantai atau taman
·
Mengunjungi kebun binatang
1.4 Meningkatkan
Kemampuan Psikis Anak
Daerah otak
merupakan daerah paling penting yang harus selalu dilindungi dari cedera maupun
penyakit-penyakit tertentu yang menyerangnya. Apa yang harus dilakukan?
Perlindungan apa yang dapat Ibu berikan?
Awas! Lindungi
otak anak:
1. Hindarkan dari
penyakit campak. Meskipun terlihat ringan, penyakit ini dapat menjadi penyebab
utama kesulitan belajar anak, kelainan kepribadian dan tingkah laku bahkan
keterbelakangan mental.
2. Jaga kesehatan
anak secara rutin dan berikan vaksinasi yang perlu.
3. Cegah
terjadinya kecelakaan yang bisa melukai otak anak. Naik-turun tangga, naik-naik
ke meja, bepergian dengan kendaraan tanpa melakukan pengamanan terhadap si
kecil, dll.
4. Lindungi anak
dari racun yang merusak otak. Misalnya timah, yang sering terdapat dalam cat
dinding, mainan, koran, alat rumah tangga, pensil, dllSiapkah si kecil
bersosialisasi?
Bagi batita, minat untuk menjalin hubungan dengan orang lain baru muncul menjelang usia ke 24 bulan dan proses awal ini akan terus berkembang nyaris seumur hidupnya.
Bagi batita, minat untuk menjalin hubungan dengan orang lain baru muncul menjelang usia ke 24 bulan dan proses awal ini akan terus berkembang nyaris seumur hidupnya.
Namun interaksi
sosial ini bukanlah hal yang mudah dilakukan. Dibutuhkan bimbingan penuh dan
kesempatan yang banyak dari orangtua, agar segalanya berjalan mulus.
Tumbuhkan
kemampuan berteman
Kemampuan anak dalam berhubungan dengan teman sebaya pada usia dini merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi kemampuan bergaul anak di usia berikutnya. Padahal pada usia dini anak belum mempunyai cukup empati terhadap temannya untuk bisa bermain bersama-sama. Bagi mereka, satu-satunya orang yang patut dipedulikan adalah dirinya sendiri.
Kemampuan anak dalam berhubungan dengan teman sebaya pada usia dini merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi kemampuan bergaul anak di usia berikutnya. Padahal pada usia dini anak belum mempunyai cukup empati terhadap temannya untuk bisa bermain bersama-sama. Bagi mereka, satu-satunya orang yang patut dipedulikan adalah dirinya sendiri.
Karena itu orang
tua dapat membantu agar anak yang ‘antisosial’ ini dalam perkembangannya lebih
lanjut, akan mampu berbagi dan bekerja sama, peka terhadap perasaan orang lain
dan dapat menyelesaikan konflik tanpa bertindak agresif.
1.5 Acuan Dalam
Meningkatkan Kemampuan Psikis Anak
Acuan bantuan
orang tua berikut ini bisa dimanfaatkan:
·
Fokuskan perhatian pada harga dirinya. Ia perlu bangga pada
dirinya sendiri sebelum mampu bergaul dengan anak lain.
·
Mulailah dengan berteman dengan anggota keluarga. Bila ia
dapat berhubungan baik dengan adik-kakaknya, ia cenderung akan mudah menjalin
pertemanan di luar keluarga.
·
Mulailah dengan satu teman. Sediakan cukup mainan, termasuk
beberapa mainan yang dobel agar mereka bisa bermain dengan lebih asyik.
·
Mulailah satu jam saja. Hal ini untuk menghindari kejenuhan
anak dan agar anak tidak terlalu lelah bermain.
·
Bila berkelompok, biarkan ia berinisiatif sendiri untuk
bergabung. Awalnya ia mungkin hanya mengamati, lalu ikut bereaksi dan akhirnya
terlibat dalam aktivitas interaksi.
·
Ajak bermain kooperatif. Permainan yang menuntut
kebersamaan, seperti main bola, kejar-kejaran, sangat mendukung agar anak
segera melakukan interaksi sosial.
·
Selalu dalam pengawasan. Untuk menjaga hal yang tidak-tidak,
sebaiknya jangan tinggalkan si kecil dengan temannya. Sebab bila terjadi
konflik, Anda harus segera melerainya tanpa pilih kasih.
·
Jaga perasaan anak. Bila anak sulit untuk berteman, jangan
memarahinya, membentak, mengkritik bahkan memukulnya. Tetapi hiburlah ia agar
segala kendala yang dirasakannya, hilang.
·
Latih sebanyak mungkin. Bila ia lebih sering bertemu teman
sebaya, di lingkungan keluarga, tempat tinggal maupun di taman bermain, maka ia
akan lebih terlatih sehingga lebih mudah untuk bergaul.
·
Beri waktu. Memaksa anak batita agar cepat bersosialisasi,
justru akan memberi efek negatif. Ia akan merasa ada penolakan dari Anda dan akibatnya
ia akan semakin melekat pada Anda. Biarkan ia menyadari bahwa bermain dengan
teman sebaya lebih asyik daripada main sendiri atau bermain dengan ibu.
Sebaiknya Anda
Tahu…
Bahayakah teman imajiner?
Pada usia 2-3 tahun, beberapa anak terlibat dengan teman imajiner. Hal ini biasanya terjadi karena anak di usia tersebut merasa bahwa teman sebaya tidak menyenangkan karena sering merebut mainannya, sementara teman di rumah (ibu dan kakak) terlalu sering melarang ini-itu.
Bahayakah teman imajiner?
Pada usia 2-3 tahun, beberapa anak terlibat dengan teman imajiner. Hal ini biasanya terjadi karena anak di usia tersebut merasa bahwa teman sebaya tidak menyenangkan karena sering merebut mainannya, sementara teman di rumah (ibu dan kakak) terlalu sering melarang ini-itu.
Menurut para ahli
jiwa, teman demikian wajar saja karena akan hilang sendiri ketika usia anak
bertambah. Bahkan dampak positif karena punya teman imajiner ini sangat baik
untuk perkembangan anak. Anak jadi mudah berteman secara nyata, kaya akan kosa
kata karena sering ‘ngobrol’ sendiri, kreatif, mandiri dan mudah bekerjasama.
1.6 Makanan VS
Kecerdasan Anak
Makanan anak harus
bergizi, mungkin semua orang tua sudah paham. Berbagai kegunaan vitamin juga
sudah banyak diketahui. Namun banyak orang tua yang masih menganggap bahwa anak
sehat bila fisiknya terlihat sehat. Mengaitkan masalah tumbuh-kembang anak
dengan fisiknya saja terjadi karena urusan kecerdasan anak masih dianggap
bawaan dari lahir. Tergantung bibitnya!
Anggapan itu ada
benarnya dan ada pula tidak benarnya. Gen, atau faktor keturunan mungkin
sedikit banyak punya andil, tetapi dari hasil penelitian para ahli kecerdasan
anak itu juga sangat tergantung pada pertumbuhan otaknya.
Pertumbuhan otak
sendiri sangat peka terhadap berbagai gangguan. Setiap gangguan seperti
kekurangan nutrisi, kekurangan zat asam, cidera, infeksi dan gangguan lain,
dapat menghambat aspek pertumbuhan otak, yang akhirnya mempengaruhi kondisi si
kecil, kesehatan maupun kecerdasannya.
Dari jumlah
nutrisi yang diperlukan untuk tumbuh-kembang si kecil, ada beberapa nutrisi
yang berkaitan erat dengan tumbuh-kembang otak. Di antaranya adalah asam lemak
esensial yang banyak terkandung dalam ikan laut (omega-3 dan omega-6), yang
penting untuk koordinasi gerak dan daya ingat anak, lalu vitamin A yang dapat
memperlancar fungsi otak, vitamin B-12 yang diperlukan untuk pertumbuhan sarung
saraf sel otak balita yang berfungsi sebagai bahan penghantar rangsang
(impuls), serta Zn (seng) untuk melancarkan pertambahan sel otak.
Berdasarkan hasil
penelitian terakhir para ahli diketahui bahwa dari Omega-3 ada bagian yang
disebut DHA (Docosahexaenoic Acid) yang berperan cukup besar pada
pertumbuhan otak yaitu untuk pembentukan dan fungsi sel otak, sekaligus untuk
perkembangan retina/penglihatan.
Seperti yang telah
disinggung di atas bahwa sumber DHA (Omega-3) adalah ikan laut, maka untuk
kecerdasan si kecil menu ikan laut sedapat mungkin harus ada dalam makanannya.
Bila ada kendala untuk melakukannya, Anda harus segera mencari alternatifnya.
Antara lain, Anda dapat memilih makanan untuk anak yang dikemas sesuai dengan
kebutuhan nutrisi anak dan dilengkapi dengan DHA.
1.7 Makanan VS
Kecerdasan Anak
Makanan anak harus
bergizi, mungkin semua orang tua sudah paham. Berbagai kegunaan vitamin juga
sudah banyak diketahui. Namun banyak orang tua yang masih menganggap bahwa anak
sehat bila fisiknya terlihat sehat. Mengaitkan masalah tumbuh-kembang anak
dengan fisiknya saja terjadi karena urusan kecerdasan anak masih dianggap
bawaan dari lahir. Tergantung bibitnya!
Anggapan itu ada
benarnya dan ada pula tidak benarnya. Gen, atau faktor keturunan mungkin
sedikit banyak punya andil, tetapi dari hasil penelitian para ahli kecerdasan
anak itu juga sangat tergantung pada pertumbuhan otaknya.
Pertumbuhan otak
sendiri sangat peka terhadap berbagai gangguan. Setiap gangguan seperti
kekurangan nutrisi, kekurangan zat asam, cidera, infeksi dan gangguan lain,
dapat menghambat aspek pertumbuhan otak, yang akhirnya mempengaruhi kondisi si
kecil, kesehatan maupun kecerdasannya.
Dari jumlah
nutrisi yang diperlukan untuk tumbuh-kembang si kecil, ada beberapa nutrisi
yang berkaitan erat dengan tumbuh-kembang otak. Di antaranya adalah asam lemak
esensial yang banyak terkandung dalam ikan laut (omega-3 dan omega-6), yang
penting untuk koordinasi gerak dan daya ingat anak, lalu vitamin A yang dapat
memperlancar fungsi otak, vitamin B-12 yang diperlukan untuk pertumbuhan sarung
saraf sel otak balita yang berfungsi sebagai bahan penghantar rangsang
(impuls), serta Zn (seng) untuk melancarkan pertambahan sel otak.
Berdasarkan hasil
penelitian terakhir para ahli diketahui bahwa dari Omega-3 ada bagian yang
disebut DHA (Docosahexaenoic Acid) yang berperan cukup besar pada
pertumbuhan otak yaitu untuk pembentukan dan fungsi sel otak, sekaligus untuk
perkembangan retina/penglihatan.
Seperti yang telah
disinggung di atas bahwa sumber DHA (Omega-3) adalah ikan laut, maka untuk
kecerdasan si kecil menu ikan laut sedapat mungkin harus ada dalam makanannya.
Bila ada kendala untuk melakukannya, Anda harus segera mencari alternatifnya. Antara
lain, Anda dapat memilih makanan untuk anak yang dikemas sesuai dengan
kebutuhan nutrisi anak dan dilengkapi dengan DHA.
1.8 Memahami
Perkembangan Otak
Sesungguhnya,
sistim saraf pusat atau otak manusia paling awal dibentuk pada akhir minggu
kedua kehamilan sampai minggu keenam. Pada minggu ke delapan, di dalam rahim
telah terjadi proses pertumbuhan yang menakjubkan. Pada janin yang panjangnya
baru sekitar 10 sentimeter telah terbentuk anggota tubuh janin, sementara pada
otaknya yang sekilas tampak kosong, ada satu sel saraf dalam otak kecil yang
sedang berkembang.
Setiap menit
sekitar 100.000 sel saraf otak bertambah, sehingga pada saat lahir jumlah sel
mencapai 100 milyar. Sel saraf otak ini akan terus berkembang, sehingga pada
usia 5 tahun, ukuran otak anak telah mendekati ukuran otak orang dewasa,
kira-kira 90%. Nutrisi yang tepat selama kehamilan dan selama 5 tahun usia
anak, sangat berperan dalam hasil perkembangan otak. Sementara hasil
perkembangan otak sangat mendukung hasil belajar, seperti aktivitas kognitif
dan motorik, pemecahan masalah dan bahasa.
Tahukah Anda…
Otak manusia terdiri dari dua belahan kiri dan kanan, dengan fungsi yang berbeda.
Otak manusia terdiri dari dua belahan kiri dan kanan, dengan fungsi yang berbeda.
Fungsi
otak kiri
|
Fungsi
otak kanan
|
Mekanisme tangan
kiri
|
Mekanisme tangan
kanan
|
Bicara
|
Fantasi
|
Bahasa
|
Kreativitas
|
Menulis
|
Musik
|
Logika
|
Seni
|
Ilmiah
|
|
Matematika
|
1.9 5 Hal yang
Perlu Diperhatikan Orang Tua
Ada kalanya para ibu ingin sedini mungkin anak mempunyai kemampuan yang melebihi usianya agar tampak hebat dibandingkan dengan anak sebayanya. Hal ini sah-sah saja, selama anak dirangsang kecerdasannya dengan memperhatikan
lima aspek berikut ini:
1. Hampir seluruh
waktu anak dipakai untuk tidur dan bermain. Maka bila Anda ingin mengajarkan
sesuatu padanya, jadikanlah kegiatan belajar tersebut sebagai bagian dari
kegiatan bermain.
2. Setiap anak di
usia ini memiliki dorongan eksplorasi (menyelidiki), memeriksa, mencoba,
mencari hal-hal baru, belajar menggunakan alat-alat inderanya dan memuaskan
rasa ingin tahunya, yang sangat besar. Tetapi karena perkembangan rasa egonya
yang juga sedang memuncak, sering kali dorongan itu hilang hanya karena ia
merasa dipojokkan. Misalnya karena dipaksa, dikritik, atau dihukum. Karena itu
rangsanglah setiap minatnya dengan cara yang lebih positif.
3. Bagaimanapun
hasil akhir “tugas” yang Anda berikan padanya, sebaiknya diterima dengan rasa
suka cita dan bangga. Pujilah ia dan berilah ia hadiah. Ingat, hadiah tidak
selalu harus berupa barang, melainkan berupa tepukan lembut di kepala, usapan
sayang dan pelukan hangat, juga sangat berarti baginya.
4. Proses belajar
bagi anak seusia ini haruslah berlangsung dalam suasana gembira dan selalu
disesuaikan dengan umur dan kemampuannya. Sebab tujuan akhir dari segala
aktivitas yang Anda berikan padanya adalah untuk membuat anak merasa bahagia.
5. Menjawab
pertanyaan anak juga merupakan proses belajar yang intinya sama dengan
merangsang kecerdasan anak. Sesibuk apapun Anda, ambil waktu untuk menjawab
setiap keingintahuan anak. Kurang bijaksana kalau Anda menunggu sampai “jadwal”
belajar yang Anda programkan tiba.Ingat!
Banyak kasus yang menunjukkan perkembangan anak baik fisik, kognitif maupun sosialnya terganggu karena buruknya hubungan emosi ibu dan anak. Itu sebabnya motto “Asih, asuh, asah”, harus tetap dipegang orang tua dalam mengupayakan tumbuh-kembang anak seoptimal mungkin.
Banyak kasus yang menunjukkan perkembangan anak baik fisik, kognitif maupun sosialnya terganggu karena buruknya hubungan emosi ibu dan anak. Itu sebabnya motto “Asih, asuh, asah”, harus tetap dipegang orang tua dalam mengupayakan tumbuh-kembang anak seoptimal mungkin.
Asih adalah
kebutuhan emosi atau kasih sayang. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan rasa
aman yang diwujudkan dalam kontak fisik dan psikis sedini mungkin.
Asuh adalah
kebutuhan fisik biomedis yaitu kebutuhan anak akan pangan (gizi), perawatan
kesehatan primer seperti imunisasi, papan, higienis dan sanitasi, sandang,
kesegaran jasmani (olahraga) dan rekreasi.
Asah adalah
kebutuhan akan stimulasi mental. Kebutuhan ini merupakan cikal bakal proses
belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental ini sangat
penting di usia batita ini.
1.10 Memahami
Kemampuan Kognitif Si Kecil
Kecerdasan atau
intelegensia anak itu meliputi kecerdasan kognitif, emosi dan sosial. Pada usia
batita, perkembangan kecerdasan anak ini tampak mengalami lonjakan besar. Dari
mahluk kecil yang lemah dan “keberadaannya” kurang menonjol, menjadi bagian
dari keluarga yang justru nyaris menyedot hampir seluruh perhatian anggota
keluarga lainnya.
Berbicara dan
menguasai tata bahasa
Beberapa bulan setelah ulang tahunnya yang pertama, tiba-tiba Anda menyadari kalau “balita” Anda kini sudah mampu berkomunikasi bahkan “berbicara” dengan anggota keluarga lainnya. Semakin hari semakin banyak pula perbendaharaan katanya. Maka menjelang usianya yang ke tiga, ia pun sudah mampu menyusun kalimat dan menjelma menjadi mahluk yang “ceriwis” sekali.
Beberapa bulan setelah ulang tahunnya yang pertama, tiba-tiba Anda menyadari kalau “balita” Anda kini sudah mampu berkomunikasi bahkan “berbicara” dengan anggota keluarga lainnya. Semakin hari semakin banyak pula perbendaharaan katanya. Maka menjelang usianya yang ke tiga, ia pun sudah mampu menyusun kalimat dan menjelma menjadi mahluk yang “ceriwis” sekali.
Baca-tulis-hitung
Awalnya ia tampak mulai hafal bentuk-bentuk geometris sebagai awal dari huruf, lalu mulai mengenal huruf-huruf dan senang sekali mencoret-coret. Menjelang usia dua tahun ia sudah mengenali angka dan gambar serta mulai menulis dan menggambar dengan lebih terarah. Pada usia tiga tahun, ia sudah mampu menggambar lingkaran dan membaca bahkan menulis nama panggilannya. Ia juga sudah bisa menunjukkan jarinya untuk menggambar berapa banyak usianya.
Awalnya ia tampak mulai hafal bentuk-bentuk geometris sebagai awal dari huruf, lalu mulai mengenal huruf-huruf dan senang sekali mencoret-coret. Menjelang usia dua tahun ia sudah mengenali angka dan gambar serta mulai menulis dan menggambar dengan lebih terarah. Pada usia tiga tahun, ia sudah mampu menggambar lingkaran dan membaca bahkan menulis nama panggilannya. Ia juga sudah bisa menunjukkan jarinya untuk menggambar berapa banyak usianya.
Logika
Ia pun kini mampu memahami perintah, bila gembira ia bersenandung atau bahkan bernyanyi, mampu memasukkan bentuk-bentuk geometrik ke lubangnya tanpa dibantu, menyadari adanya lingkungan lain di luar keluarganya dan mulai memiliki kemampuan berinteraksi dengan anak lain.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
· Dalam
berkomunikasi sudah pandai menggunakan intonasi. · Dapat lebih menahan emosinya
bila diperintahkan. · Mampu berkonsentrasi penuh. · Sangat kreatif. · Sudah
mulai mandiri untuk beberapa hal sederhana. Apa yang dapat dilakukan orang
tua?
1. Bahasa:
Anda dapat membantu anak untuk menambah perbendaharaan kata, memperkenalkan hal-hal baru, membetulkan ucapan yang salah, menanggapi dan memuji usahanya. Anak akan senang bila ia mampu menguasai bahasa yang memungkinkan ia mengatakan isi hatinya.
1. Bahasa:
Anda dapat membantu anak untuk menambah perbendaharaan kata, memperkenalkan hal-hal baru, membetulkan ucapan yang salah, menanggapi dan memuji usahanya. Anak akan senang bila ia mampu menguasai bahasa yang memungkinkan ia mengatakan isi hatinya.
Pada usia ini
kemampuan anak untuk menyerap pengetahuan bahasa amat menakjubkan. Dan kalau
anak mulai bisa menguasai bahasa dan bisa mengatakan maksudnya, maka ia akan
lebih mudah dikendalikan.
Bagaimana caranya?
Bercakap-cakaplah dengan wajar pada waktu-waktu Anda bersamanya. Misalnya saat
mandi, sebutkan bagian-bagian tubuh yang masih belum diketahuinya. Saat
berpakaian, sebutkan jenis pakaian yang sedang dikenakan. Ingat, Anda juga
harus menahan diri untuk menyela bila ia tampak sedang berusaha mengatakan
sesuatu.
2. Membaca:
Kesenangannya pada buku yang bertambah pesat dapat dijadikan ajang pengenalan huruf maupun angka. Lakukan kegiatan membacakan buku ini secara rutin, pengulangan buku tidak akan menimbulkan masalah karena ia juga dalam masa ingin melakukan pengamatan. Gunakan buku-buku cerita yang sesuai dengan usia anak. Bila mungkin ajaklah anak untuk meniru huruf ataupun angka, serta gambar yang dilihatnya dalam buku cerita tersebut.
Kesenangannya pada buku yang bertambah pesat dapat dijadikan ajang pengenalan huruf maupun angka. Lakukan kegiatan membacakan buku ini secara rutin, pengulangan buku tidak akan menimbulkan masalah karena ia juga dalam masa ingin melakukan pengamatan. Gunakan buku-buku cerita yang sesuai dengan usia anak. Bila mungkin ajaklah anak untuk meniru huruf ataupun angka, serta gambar yang dilihatnya dalam buku cerita tersebut.
3. Pengamatan:
Kebutuhan untuk pengamatan yang konstan dan terus menerus juga muncul di usia ini. Tampaknya si kecil sedang berupaya menarik kesimpulan mengenai dunia di sekitarnya. Anda jangan jengkel bila si kecil bolak-balik minta dibacakan buku cerita yang sama, bolak-balik membuka dan menutup botol minumnya atau mengeluarkan dan memasukkan kembali baju dari lemarinya.
Kebutuhan untuk pengamatan yang konstan dan terus menerus juga muncul di usia ini. Tampaknya si kecil sedang berupaya menarik kesimpulan mengenai dunia di sekitarnya. Anda jangan jengkel bila si kecil bolak-balik minta dibacakan buku cerita yang sama, bolak-balik membuka dan menutup botol minumnya atau mengeluarkan dan memasukkan kembali baju dari lemarinya.
4. Pengenalan
Konsep:
Pengenalan konsep ini perlu untuk mengembangkan kemampuan anak dalam bidang matematika. Bermain pura-pura adalah cara yang paling efektif. Bila mungkin siapkan sarana yang menunjang untuk permainan pura-pura ini. Misalnya mainan masak-masakan, dokter-dokteran, dsb.
Pengenalan konsep ini perlu untuk mengembangkan kemampuan anak dalam bidang matematika. Bermain pura-pura adalah cara yang paling efektif. Bila mungkin siapkan sarana yang menunjang untuk permainan pura-pura ini. Misalnya mainan masak-masakan, dokter-dokteran, dsb.
5. Ilmu
Pengetahuan:
Anda dapat memanfaatkan setiap pertanyaannya atau pun minatnya, untuk memperluas wawasan dalam bidang ilmu pengetahuan. Beri ia jawaban dengan kata-kata yang sederhana tetapi jelas. Bila perlu, Anda dapat merangsang minatnya lebih jauh dengan mengajaknya bereksperimen. Yang penting Anda harus membantu anak agar lebih peka terhadap lingkungan untuk mencari hal-hal di balik suatu kejadian dan untuk menggunakan kelima panca inderanya dalam meneliti dunianya.
Anda dapat memanfaatkan setiap pertanyaannya atau pun minatnya, untuk memperluas wawasan dalam bidang ilmu pengetahuan. Beri ia jawaban dengan kata-kata yang sederhana tetapi jelas. Bila perlu, Anda dapat merangsang minatnya lebih jauh dengan mengajaknya bereksperimen. Yang penting Anda harus membantu anak agar lebih peka terhadap lingkungan untuk mencari hal-hal di balik suatu kejadian dan untuk menggunakan kelima panca inderanya dalam meneliti dunianya.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber: Buklet
Milna “Agar Si Kecil Tumbuh Sehat & Cerdas (Psikis)”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar