BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian besar kejadian kesakitan
dan kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan Di Indonesia angka
kematian maternal dan perinatal masih cukup tinggi. Padahal jumlah pelayanan
kesehatan dan tenaga kesehatan di Indonesia
Asuhan bersalin Normal (APN ) diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian pada masa nifas 24 jam pertama (Saiffudin,dkk;2002).
Asuhan bersalin Normal (APN ) diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian pada masa nifas 24 jam pertama (Saiffudin,dkk;2002).
Mortalitas dan mordibitas pada
wanita bersalin adalah masalah besar di negaraberkembang. Kematian saat
melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda
pada puncak produktifitasnya. Tahun 1996 WHO memperkirakan lebih dari
585.000 ribu ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin
(Saiffudin,dkk;2002).
Pada saat ini angka kematian ibu dan
angka kematian perinatal masih sangat tinggi. Menurut survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia ( 2005 ) angka kematian kematian perinatal
adalah 307 /10.000 kelahiran hidup. Persalinan yang aman yaitu memastikan bahwa
semua penolong mempunyai pengetahuan, keterampilan dan alat untuk memberikan
pertolongan yang aman dan bersih, serta memberikan pelayanan nifas kepada ibu
dan bayi (Saiffudin,dkk;2002).
Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk menulis tentang asuhan kepada ibu bersalin normal.
Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk menulis tentang asuhan kepada ibu bersalin normal.
Pascapersalinan dan terjadi dalam
empat jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena alasan ini.penting sekali
untuk memantau ibu secara ketat, segera setelah tiap tahapan atau kala
persalinan diselesaikan. Jika tanda-tanda vital dan tonus uterus masih
dalam batas normal selama 2 jam pertama pasca persalinan, mungkin ibu
tidak akan mengalami perdarahan pasca persalinan
B. Rumusan masalah
1.
Bagaimana Deteksi Dini Kala IV?
2. Bagaimana asuhan-asuhan yang diberikan pada
kala IV?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui Deteksi Dini Kala IV
2. Untuk mengetahui asuhan-asuhan yang diberikan
pada kala IV
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Deteksi Dini Kala IV
Kala IV adalah o menit sampai 2 jam
setelah persalinan plasenta berlangsung. Ini merupakan masa kritis bagi ibu,
karena kebanyakan wanita melahirkan kehabisan darah atau mengalami suatu
keadaan yang menyebabkan kematian pada kala IV ini. Bidan harus terus memantau
keadaan ibu sampai masa kritis ibu telah terlewati.
1. Penanganan:
a.
Periksa apakah ada laserasi akibat persalinan atau tidak.
Jika ada maka segera lakukan penjahitan sesuai dengan derajat laserasi.
b.
Periksa fundus setiap 15 menit pada satu jam pertama, dan setiap
20-30 menit pada satu jam kedua. Jika tidak ada kontraksi lakukan massase
uterus, namun jika ada selalu pantau kontraksi uterus, karena hal ini akan
menyebabkan pembuluh darah terjepit dan perdarahan akibat persalinan akan
perlahan –lahan terhenti.
Pemeriksaan tekanan darah, nadi dan kantong kemih setiap 15 menit jam pertama dan 30 menit pada satu jam kedua.
Pemeriksaan tekanan darah, nadi dan kantong kemih setiap 15 menit jam pertama dan 30 menit pada satu jam kedua.
c.
Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi.
d.
Tawarkan ibu untuk makan minum yang disukai.
e.
Bersihkan perineum ibu,ganti pakaian ibu dengan pakaian
bersih, dan kenakan ibu tella.
f.
Inisiasi dini harus tetap dilakukan agar bayi mendapat
kolostrum ibu dan membantu uterus berkontraksi.
g.
Evaluasi dan Penatalaksanaan Uterus
h.
Setelah lahirnya placenta :
1) Lakukan rangsangan
taktil (pemijatan) uterus untuk merangsang uterus berkontraksi
2) Evaluasi tinggi fundus
dengan meletakkan jari tangan anda secara melintang antara pusat dan fundus
uteri. Fundus uteri harus sejajar dengan pusat atau lebih bawah. Misalnya,jika
2 jari bisa diletakkan dibawah pusat dan di atas fundus uteri maka disebut “ 2
jari di bawah pusat “.
3) perkirakan
kehilangan darah secara keseluruhan
4) periksa perineum
dari perdarahan aktif (misalnya apakah dari laserasi atau episiotomi)
5) Periksa kondisi
ibu secara umum
6) Dokumentasikan
semua asuhan dan temuan selama kala empat persalinan di halaman belakang
partograf segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.
2. Inspeksi dan Evaluasi Servik,Vagina dan perineum
Indikasi untuk pemeriksaan
tersebut mencakup kondisi berikut :
a. aliran menetap
atau sedikit aliran perdarahan pervaginam berwarna merah terang,dari
bagian atas tiap laserasi yang diamati,setelah kontraksi uterus dipastikan
b. persalinan cepat
atau precipitatus
c. manipulasi serviks
selama persalinan
d. dorongan maternal (mengedan)
sebelum dilatasi servik lengkap
e. kelahiran
pervaginam
3. Memperkirakan
kehilangan darah
Sangat
sulit untuk memperkirakan kehilangan darah secara tepat karena darah seringkali
bercampur dengan cairan ketuban atau urin dan mungkin terserap di handuk,kain
atau sarung. Tidak mungkin menilai kehilangan darah secara akurat dengan
menghitung sarung karena ukuran sarung bermacam-macam dan mungkin diganti jika
terkena sedikit darah atau pada saat benar-benar basah oleh darah. Meletakkan
wadah atau pispot di bawah bokong ibu untuk mengumpulkaan darah bukanlah cara
yang efektif untuk mengukur kehilangan darah dan bukan merupakan cerminan
asuhan sayang ibu; berbaring di atas wadah atau pispot sangat tidak nyaman dan
menyulitkan ibu untuk memegang dan menyusui bayinya.
Satu
cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan cara melihat darah tersebut
dan memperkirakan berapa banyak botol berukuran 500 ml yang bisa dipenuhi arah
tersebut. Jika darah bisa mengisi dua botol, ibu telah kehilangan satu liter
darah. Jika darah bisa mengisi setengah botol, ibu kehilangan 250 ml darah.
Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi
ibu.
4. Memeriksa perineum untuk perdarahan aktif
Evaluasi
laserasi dan perdarahan aktif pada perineum dan vagina. Nilai perluasan
laserasi perineum. Laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan.
a.
Derajat satu
·
mukosa vagina
·
fourchette posterior
·
kulit perineum
Penjahitan tidak diperlukan
jika tidak ada perdarahan dan jika luka teraposisi secara ilmiah.
b.
derajat dua
·
mukosa vagina
·
fourchette posterior
·
kulit perineum
·
otot perineum
jahit dengan
menggunakan tekhnik-tekhnik tertentu
c.
derajat tiga
·
mukosa vagina
·
fourchette posterior
·
kulit perineum
·
otot perineum
·
otot spingter ani eksternal
segera lakukan
rujukan
4. derajat empat
·
mukosa vagina
·
fourchette posterior
·
kulit perineum
·
otot perineum
·
otot sfingter ani eksternal
·
dinding rectum anterior
segera lakukan
rujukan
5. Pemantauan Keadaan Umum
Selama
dua jam pertama pasca persalinan :
a. Pantau tekanan darah,nadi,tinggi fundus,kandung
kemih dan perdarahan yang terjadi setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan
setiap 30 menit dalam satu jam kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak
normal, lakukan observasi dan penilaian lebih sering.
b. Pemijatan uterus untuk memastikan uterus
menjadi keras setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setia 30 menit dalam
jam kedua kala empat. Jika ada penemuan yang abnormal, tingkatkan frekuensi
observasi dan penilaian
c antau temperature tubuh ibu satu kali setiap
jam selama dua jam pertama pasca persalinan. Jika temperature meningkat pantau
lebih sering
d Nilai perdarahan. Periksa perineum an vagina
setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam jam kedua pada
kala empat
e. Ajarkan ibu dan keluarganya untuk mengetahui
menilai tonus dan perdarahan uterus,juga untuk mengetahui melakukan pemijatan
(rangsangan taktil) jika uterus menjadi lembek
f. Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi.
Bersihkan dan Bantu ibu untuk mengenakan baju atau sarung yang bersih dan kering,atur
posisi ibu agar nyaman. Jaga agar kepala dan tubuh bayi terselimuti dengan
baik,berikan bayi kepada ibu dan anjurkan untuk dipeluk dan diberi ASI
Sebelum meninggalkan ibu, pastikan
bahwa ibu bisa berkemih sendiri dan ibu serta keluarganya mengetahui untuk
mengetahui cara menilai tonus dan perdarahan uterus. Ajarkan pada mereka untuk
mengetahui mencari pertolongan jika ada tanda-tanda bahaya seperti :
a.
Demam
b.
Perdarahan aktif
c.
Bekuan darah yang banyak
d.
Bau busuk dari vagina
e.
Pusing
f.
Lemas luar biasa
g.
Penyulit dalam menyusui
h.
Nyeri perut atau abdomen yang lebih dari keram uterus biasa
B. Asuhan-Asuha Yang Diberikan Pada Kala IV
1. Fisiologi Kala IV
Persalinan kala IV dimulai sejak
plasenta lahir sampai dengan 2 jam sesudahnya, adapun hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai uterus kembali dalam bentuk normal.
Hal ini dapat dilakukan dengan rangsangan taktil (masase) untuk merangsang
uterus berkontraksi baik dan kuat. Perlu juga dipastikan bahwa plasenta telah
lahir lengkap dan tidak ada yang tersisa sedikitpun dalam uterus serta
benar-benar dijamin tidak terjadi perdarahan lanjut (Sumarah, 2008).
2. Evaluasi uterus: konsistensi, atonia
Perlu diperhatikan bahwa
kontraksi uterus mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya perdarahan
dan pengembalian uterus kebentuk normal. Kontraksi uterus yang tak kuat dan
terus menerus dapat menyebabkan terjadinya atonia uteri yang dapat mengganggu
keselamatan ibu. Untuk itu evaluasi terhadap uterus pasca pengeluaran plasenta
sangat penting untuk diperhatikan. Untuk membantu uterus berkontraksi dapat
dilakukan dengan masase agar tidak menjadi lembek dan mampu berkontraksi dengan
kuat. Kalau dengan usaha ini uterus tidak mau berkontraksi dengan baik dapat
diberikan oksitosin dan harus diawasi sekurang-kurangnya selama satu jam sambil
mengamati terjadinya perdarahanpost partum.
3. Pemeriksaan serviks, vagina dan perineum
Hal ini berguna untuk mengetahui
terjadinya laserasi (adanya robekan) yang dapat diketahui dari adanya
perdarahan pasca persalinan, plasenta yang lahir lengkap
serta adanya kontraksi uterus.
Segera setelah kelahiran bayi, servik
dan vagina harus diperiksa secara menyeluruh untuk mencari ada
tidaknya laserasi dan dilakukan perbaikan lewat pembedahan kalau diperlukan.
Servik, vagina dan perineum dapat diperiksa lebih mudah sebelum pelepasan
plasenta karena tidak ada perdarahan rahim yang mengaburkan pandangan ketika
itu. Pelepasan plasenta biasanya dalam waktu 5 sampai 10 menit pada akhir kala
II. Memijat fundus seperti memeras untuk mempercepat pelepasan plasenta tidak
dianjurkan karena dapat meningkatkan kemungkinan masuknya sel janin ke dalam
sirkulasi ibu. Setelah kelahiran plasenta perhatian harus ditujukan pada setiap
perdarahan rahim yang dapat berasal dari tempat implantasi plasenta. Kontraksi
uterus yang mengurangi perdarahan ini dapat dilakukan dengan pijat uterus dan
penggunaan oksitosin. Dua puluh unit oksitosin rutin ditambahkan pada infus
intravena setelah bayi dilahirkan. Plasenta harus diperiksa untuk memastikan
kelengkapannya. Kalau pasien menghadapi perdarahan masa nifas(misalnya karena anemia,
pemanjangan masa augmentasi, oksitosin pada persalinan, kehamilan kembar atau hidramnion)
dapat diperlukan pembuangan plasenta secara manual, eksplorasi uterus secara
manual atau kedua-duanya.
4. Pemantauan dan evaluasi lanjut
a. Tanda Vital
1)
Kontraksi uterus harus baik
2)
Tidak ada perdarahan dari vagina atau alat genitalia
lainnya.
3)
Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap.
4)
Kandung kencing harus kosong.
5)
Luka-luka pada perineum harus terawat dengan baik
dan tidak terjadi hematoma.
6)
Bayi dalam keadaan baik.
7)
Ibu dalam keadaan baik.
Pemantauan tekanan darah pada ibu
pasca persalinan digunakan untuk
memastikan bahwa ibu tidak mengalami syok akibat banyak mengeluarkan darah.
Adapun gejala syok yang diperhatikan antara lain: nadi cepat, lemah (110
kali/menit atau lebih), tekanan rendah (sistolik kurang dari 90 mmHg, pucat,
berkeringat atau dingin, kulit lembab,nafas cepat (lebih dari 30 kali/menit),
cemas, kesadaran menurun atau tidak sadar serta produksi urin sedikit sehingga
produksi urin menjadi pekat, dan suhu yang tinggi perlu diwaspadai juga
kemungkinan terjadinya infeksi dan perlu penanganan lebih lanjut.
b. Kontraksi uterus
Pemantauan adanya kontraksi
uterus sangatlah penting dalam asuhan kala IV persalinandan perlu evaluasi lanjut
setelah plasenta lahir yang berguna untuk memantau terjadinya perdarahan. Kalau
kontraksi uterus baik dan kuat kemungkinan terjadinya perdarahan sangat kecil.
Pasca melahirkan perlu dilakukan pengamatan secara seksama mengenai ada
tidaknya kontraksi uterus yang diketahui dengan meraba bagian perut ibu serta
perlu diamati apakah tinggi fundus uterus telah turun dari pusat, karena saat
kelahiran tinggi fundus uterus telah berada 1-2 jari dibawah pusat dan terletak
agak sebelah kanan sampai akhirnya hilang dihari ke-10 kelahiran.
c. Lochea
Melalui proses katabolisme
jaringan, berat uterus dengan cepat menurun dari sekitar 1000gr pada saat
kelahiran menjadi sekitar 50gr pada saat 30 minggu masa nifas. Serviks juga kahilangan
elastisitasnya dan menjadi kaku seperti sebelum kehamilan. Selama beberapa hari
pertama setelah kelahiran sekret rahim (lochea) tampak merah (lochea rubra)
karena adanya eritrosit. Setelah 3 sampai 4 hari lochea menjadi lebih pucat
(lochea serosa) dan di hari ke-10 lochea tampak putih atau putih kekuningan
(lochea alba). Lochea yang berbau busuk diduga adanya suatu di endometriosis.
d. Kandung Kemih
Pada saat setelah plasenta
keluar kandung kencing harus diusahakan kosong agar uterus dapat berkontraksi
dengan kuat yang berguna untuk menghambat terjadinya perdarahan lanjut yang
berakibat fatal bagi ibu. Jika kandung kemih penuh, bantu ibu untuk
mengosongkan kandung kemihnya dan ibu dianjurkan untuk selalu mengosongkannya
jika diperlukan, dan ingatkan kemungkinan keinginan berkemih berbeda setelah
dia melahirkan bayinya. Jika ibu tidak dapat berkemih,bantu dengan menyiramkan
air bersih dan hangat pada perineumnya atau masukkan jari-jari ibu kedalam air
hangat untuk merangsang keinginan berkemih scara spontan. Kalau upaya tersebut
tidak berhasil dan ibu tidak dapat berkemih secara spontan maka perlu dan dapat
dipalpasi maka perlu dilakukan kateterisasi secara aseptik dengan memasukkan
kateter Nelaton DTT atau steril untuk mengosongkan kandung kemih ibu, setelah
kosong segera lakukan masase pada fundus untuk menmbantu uterus berkontraksi
dengan baik.
e. Perineum
Terjadinya laserasi atau robekan
perineum dan vagina dapat diklarifikasikan berdasarkan luas robekan. Robekan
perineum hampir terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutnya. Hal ini
dapat dihindarkan atau dikurangi dengan cara menjaga jangan sampai dasar panggul
dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Sebaliknya kepala janin akan lahir
jangan ditekan terlalu kuat dan lama.
5. Perkiraan darah yang hilang
Perkiraan darah yang hilang
sangat penting untuk keselamatan ibu, namun untuk menentukan banyaknya darah
yang hilang sangatlah sulit karena sering kali bercampur cairan ketuban atau
urin dan mungkin terserap kain, handuk atau sarung.
Sulitnya menilai kehilangan
darah secara akurat melalui perhitungan jumlah sarung, karena ukuran sarung
bermacam-macam dan mungkin telah diganti jika terkena sedikit darah atau basah
oleh darah. Mengumpulkan darah dengan wadah atau pispot yang diletakkan dibawah
bokong ibu bukanlah cara yang efektif untuk mengukur kehilangan dan bukan
cerminan asuhan sayang ibu karena berbaring diatas wadah atau pispot sangat
tidak nyaman dan menyulitkan ibu untuk memegang dan menyusui bayinya.
Cara yang baik untuk
memperkirakan kehilangan darah adalah dengan menyiapkan botol 500 ml yang
digunakan untuk menampung darah dan dinilai berapa botol darah yang telah
digunakan untuk menampung darah, kalau setengah berarti 250 ml dan kalau 2
botol sama dengan 1 liter. Dan ini merupakan salah satu cara untuk menilai
kondisi ibu.
Cara tak langsung untuk
mengukur jumlah kehilangan darah adalah melalui penampakan gejala dan tekanan
darah. Kalau menyebabkan lemas, pusing dan kesadaran menurun serta tekanan
darah sistolik turun lebih dari 10 mmHg dari kondisi sebelumnya maka telah
terjadi perdarahan lebih dari 500ml. Kalau ibu mengalami syok hipovolemik maka
ibu telah kahilangan darah 50% dari total darah ibu (2000-2500 ml).
Perdarahan pasca persalinan sangat penting untuk
diperhatikan karena sangat berhubungan erat dengan kondisi kesehatan ibu.
Akibat banyaknya darah yang hilang dapat menyebabkan kematian ibu. Perdarahan
terjadi karena kontraksi uterusyang tidak kuat dan baik, sehingga tidak mampu
menjepit pembuluh darah yang ada disekitarnya akibatnya perdarahan tak dapat
berhenti. Perdarahan juga dapat disebabkan karena adanya robekan perineum,
serviks bahkan vagina dan untuk menghentikan perdarahannya maka harus dilakukan
penjahitan.
6. Prinsip
Penjahitan Luka Episiotomi / Laserasi Perineum
a. Indikasi Episiotomi
b. Tujuan
Penjahitan
1.
Untuk menyatukan kembali jaringan yang luka.
c. Keuntungan
Teknik Jelujur
Selain teknik
jahit satu-satu, dalam penjahitan digunakan teknik penjahitan dengan model
jelujur. Adapun keuntungannya adalah:
·
Sedikit jahitan.
d. Hal
Yang Perlu Diperhatikan
Dalam melakukan
penjahitan perlu diperhatikan tentang:
2.
Menggunakan sedikit jahitan.
3.
Menggunakan selalu teknik aseptik.
4.
Menggunakan anestesi lokal, untuk memberikan kenyamanan ibu.
e. Nasehat Untuk Ibu
Setelah
dilakukan penjahitan, bidan hendaklah
memberikan nasehat kepada ibu. Hal ini berguna agar ibu selalu
menjaga dan merawat luka jahitannya. Adapun nasehat yang diberikan diantaranya:
·
Menghindari penggunaan obat-obat tradisional pada lukanya.
·
Menganjurkan banyak minum.
7. Pemantauan
Kala IV
Saat yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah pada
masa post partum. Pemantauan ini dilakukan
untuk mencegah adanya kematian ibu akibat perdarahan. Kematian ibu pasca persalinanbiasanya tejadi
dalam 6 jam post partum. Hal ini disebabkan
oleh infeksi, perdarahan dan eklampsia post partum. Selama kala IV, pemantauan dilakukan 15
menit pertama setelah plasentalahir dan 30 menit
kedua setelah persalinan.
b.
Evaluasi tinggi fundus uteri – Caranya :
letakkan jari tangan Anda secara melintang antara pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar
dengan pusat atau dibawah pusat.
f.
Pendokumentasian.
No
|
Penilaian
|
Keterangan
|
1
|
||
2
|
Pengeluaranpervaginam
|
|
3
|
||
4
|
Kandung
kencing
|
|
5
|
||
6
|
Kondisi
ibu
|
Periksa vital
sign, asupan makan dan minum.
|
7
|
8. Bentuk Tindakan
Dalam Kala IV
a. Tindakan Baik:
4)
Membersihkan ibu dari kotoran.
7)
Membantu ibu ke kamar mandi.
8)
Mengajari ibu dan keluarga tentang pemeriksaan fundus dan tanda bahaya baik bagi ibu
maupun bayi.
b. Tindakan Yang Tidak
Bermanfaat:
4)
Menduduki sesuatu yang panas – menyebabkan vasodilatasi,
menurunkan tekanan darah, menambah perdarahan dan menyebabkan dehidrasi.
c. Pemantauan Lanjut Kala IV
1)
Vital sign – Tekanan darah normal < 140/90 mmHg; Bila
TD < 90/ 60 mmHg, N > 100 x/ menit (terjadi masalah); Masalah yang timbul
kemungkinan adalah demam atau perdarahan.
5)
Tonus uterus dan tinggi fundus uteri – Kontraksi tidak baik maka uterus teraba lembek; TFUnormal, sejajar dengan pusat atau
dibawah pusat; Uterus lembek
(lakukan massase uterus, bila perlu
berikan injeksi oksitosin atau methergin).
6)
Perdarahan – Perdarahan normal selama 6 jam pertama
yaitu satu pembalut atau sepertidarah haid yang banyak. Jika lebih
dari normal identifikasi
penyebab (dari jalan lahir, kontraksiatau kandung kencing).
8)
Tanda Bahaya Kala IV
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kala IV
adalah o menit sampai 2 jam setelah persalinan plasenta berlangsung. Ini
merupakan masa kritis bagi ibu, karena kebanyakan wanita melahirkan kehabisan
darah atau mengalami suatu keadaan yang menyebabkan kematian pada kala IV ini.
Bidan harus terus memantau keadaan ibu sampai masa kritis ibu telah terlewati.
Periksa apakah ada laserasi akibat persalinan atau tidak.
Jika ada maka segera lakukan penjahitan sesuai dengan derajat laserasi. Periksa
fundus setiap 15 menit pada satu jam pertama, dan setiap 20-30 menit pada satu
jam kedua. Jika tidak ada kontraksi lakukan massase uterus, namun jika ada
selalu pantau kontraksi uterus, karena hal ini akan menyebabkan pembuluh darah
terjepit dan perdarahan akibat persalinan akan perlahan –lahan terhenti.
Pemeriksaan tekanan darah, nadi dan kantong kemih setiap 15 menit jam pertama
dan 30 menit pada satu jam kedua.
Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan
ibu untuk makan minum yang disukai. Bersihkan perineum ibu,ganti pakaian ibu
dengan pakaian bersih, dan kenakan ibu tella. Inisiasi dini harus tetap
dilakukan agar bayi mendapat kolostrum ibu dan membantu uterus berkontraksi
B.
Saran
1.
Bagi keluarga agar memberi motivasi kepada ibu untuk untuk
menerima dan beradaptasi dengan bayinya sebaik mungkin
2.
Bagi petugas kesehatan agar meningkatkan pelayanan dan
memberikan pelayanan secara berkesinambungan sehingga diharapkan dapat
meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak
DAFTAR PUSTAKA
Pusdiknakes. 2003. Buku 3 Asuhan Intrapartum.
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar