Minggu, 13 Juli 2014

DETEKSI DINI KALA IV

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan Di Indonesia angka kematian maternal dan perinatal masih cukup tinggi. Padahal jumlah pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan di Indonesia
Asuhan bersalin Normal (APN ) diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian pada masa nifas 24 jam pertama (Saiffudin,dkk;2002).  
            Mortalitas dan mordibitas pada wanita bersalin adalah masalah besar di negaraberkembang. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada puncak produktifitasnya. Tahun 1996 WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ribu ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin (Saiffudin,dkk;2002).
            Pada saat ini angka kematian ibu dan angka kematian perinatal masih sangat tinggi. Menurut survey Demografi dan Kesehatan Indonesia ( 2005 ) angka kematian kematian perinatal adalah 307 /10.000 kelahiran hidup. Persalinan yang aman yaitu memastikan bahwa semua penolong mempunyai pengetahuan, keterampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih, serta memberikan pelayanan nifas kepada ibu dan bayi (Saiffudin,dkk;2002).
Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk menulis tentang asuhan kepada ibu bersalin normal.
            Pascapersalinan dan terjadi dalam empat jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena alasan ini.penting sekali untuk memantau ibu secara ketat, segera setelah tiap tahapan atau kala persalinan diselesaikan. Jika tanda-tanda vital dan tonus uterus masih dalam batas normal selama 2 jam pertama pasca persalinan, mungkin ibu tidak akan mengalami perdarahan pasca persalinan
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Deteksi Dini Kala IV?
2.  Bagaimana asuhan-asuhan yang diberikan pada kala IV?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Deteksi Dini Kala IV
2.  Untuk mengetahui asuhan-asuhan yang diberikan pada kala IV



BAB II
PEMBAHASAN

A. Deteksi Dini Kala IV
            Kala IV adalah o menit sampai 2 jam setelah persalinan plasenta berlangsung. Ini merupakan masa kritis bagi ibu, karena kebanyakan wanita melahirkan kehabisan darah atau mengalami suatu keadaan yang menyebabkan kematian pada kala IV ini. Bidan harus terus memantau keadaan ibu sampai masa kritis ibu telah terlewati.
1. Penanganan:
a.    Periksa apakah ada laserasi akibat persalinan atau tidak. Jika ada maka segera lakukan penjahitan sesuai dengan derajat laserasi.
b.    Periksa fundus setiap 15 menit pada satu jam pertama, dan setiap 20-30 menit pada satu jam kedua. Jika tidak ada kontraksi lakukan massase uterus, namun jika ada selalu pantau kontraksi uterus, karena hal ini akan menyebabkan pembuluh darah terjepit dan perdarahan akibat persalinan akan perlahan –lahan terhenti.
Pemeriksaan tekanan darah, nadi dan kantong kemih setiap 15 menit jam pertama dan 30 menit pada satu jam kedua.
c.    Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi.
d.   Tawarkan ibu untuk makan minum yang disukai.
e.    Bersihkan perineum ibu,ganti pakaian ibu dengan pakaian bersih, dan kenakan ibu tella.
f.     Inisiasi dini harus tetap dilakukan agar bayi mendapat kolostrum ibu dan membantu uterus berkontraksi.
g.    Evaluasi dan Penatalaksanaan Uterus
h.    Setelah lahirnya placenta :
1)   Lakukan rangsangan taktil (pemijatan) uterus untuk merangsang uterus berkontraksi
2)   Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan anda secara melintang antara pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar dengan pusat atau lebih bawah. Misalnya,jika 2 jari bisa diletakkan dibawah pusat dan di atas fundus uteri maka disebut “ 2 jari di bawah pusat “.
3)   perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan
4)   periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah dari laserasi atau episiotomi)
5)   Periksa kondisi ibu secara umum
6)   Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala empat persalinan di halaman belakang partograf segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.
2. Inspeksi dan Evaluasi Servik,Vagina dan perineum
                 Indikasi untuk pemeriksaan tersebut mencakup kondisi berikut :
a.    aliran menetap atau sedikit aliran perdarahan pervaginam berwarna merah  terang,dari bagian atas tiap laserasi yang diamati,setelah kontraksi uterus dipastikan
b.    persalinan cepat atau precipitatus
c.    manipulasi serviks selama persalinan
d.   dorongan maternal (mengedan) sebelum dilatasi servik lengkap
e.    kelahiran pervaginam
3. Memperkirakan kehilangan darah
Sangat sulit untuk memperkirakan kehilangan darah secara tepat karena darah seringkali bercampur dengan cairan ketuban atau urin dan mungkin terserap di handuk,kain atau sarung. Tidak mungkin menilai kehilangan darah secara akurat dengan menghitung sarung karena ukuran sarung bermacam-macam dan mungkin diganti jika terkena sedikit darah atau pada saat benar-benar basah oleh darah. Meletakkan wadah atau pispot di bawah bokong ibu untuk mengumpulkaan darah bukanlah cara yang efektif untuk mengukur kehilangan darah dan bukan merupakan cerminan asuhan sayang ibu; berbaring di atas wadah atau pispot sangat tidak nyaman dan menyulitkan ibu untuk memegang dan menyusui bayinya.
Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan cara melihat darah tersebut dan memperkirakan berapa banyak botol berukuran 500 ml yang bisa dipenuhi arah tersebut. Jika darah bisa mengisi dua botol, ibu telah kehilangan satu liter darah. Jika darah bisa mengisi setengah botol, ibu kehilangan 250 ml darah. Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi ibu.
4.  Memeriksa perineum untuk perdarahan aktif
Evaluasi laserasi dan perdarahan aktif pada perineum dan vagina. Nilai perluasan laserasi perineum. Laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan.
gambar 1 laserasi perineum
a.    Derajat satu
·       mukosa vagina
·       fourchette posterior
·       kulit perineum
Penjahitan tidak diperlukan jika tidak ada perdarahan dan jika luka teraposisi secara ilmiah.
b.    derajat dua
·       mukosa vagina
·       fourchette posterior
·       kulit perineum
·       otot perineum
jahit dengan menggunakan tekhnik-tekhnik tertentu
c.    derajat tiga
·       mukosa vagina
·       fourchette posterior
·       kulit perineum
·       otot perineum
·       otot spingter ani eksternal
segera lakukan rujukan
4. derajat empat
·       mukosa vagina
·       fourchette posterior
·       kulit perineum
·       otot perineum
·       otot sfingter ani eksternal
·       dinding rectum anterior
segera lakukan rujukan
5. Pemantauan Keadaan Umum
Selama dua jam pertama pasca persalinan :
a.  Pantau tekanan darah,nadi,tinggi fundus,kandung kemih dan perdarahan yang terjadi setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak normal, lakukan observasi dan penilaian lebih sering.
b.  Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi keras setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setia 30 menit dalam jam kedua kala empat. Jika ada penemuan yang abnormal, tingkatkan frekuensi observasi dan penilaian
c   antau temperature tubuh ibu satu kali setiap jam selama dua jam pertama pasca persalinan. Jika temperature meningkat pantau lebih sering
d   Nilai perdarahan. Periksa perineum an vagina setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam jam kedua pada kala empat
e.  Ajarkan ibu dan keluarganya untuk mengetahui menilai tonus dan perdarahan uterus,juga untuk mengetahui melakukan pemijatan (rangsangan taktil) jika uterus menjadi lembek
f.  Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan Bantu ibu untuk mengenakan baju atau sarung yang bersih dan kering,atur posisi ibu agar nyaman. Jaga agar kepala dan tubuh bayi terselimuti dengan baik,berikan bayi kepada ibu dan anjurkan untuk dipeluk dan diberi ASI
              Sebelum meninggalkan ibu, pastikan bahwa ibu bisa berkemih sendiri dan ibu serta keluarganya mengetahui untuk mengetahui cara menilai tonus dan perdarahan uterus. Ajarkan pada mereka untuk mengetahui mencari pertolongan jika ada tanda-tanda bahaya seperti :
a.    Demam
b.    Perdarahan aktif
c.    Bekuan darah yang banyak
d.   Bau busuk dari vagina
e.    Pusing
f.     Lemas luar biasa
g.    Penyulit dalam menyusui
h.    Nyeri perut atau abdomen yang lebih dari keram uterus biasa
B. Asuhan-Asuha Yang Diberikan Pada Kala IV
1.  Fisiologi Kala IV
                 Persalinan kala IV dimulai sejak plasenta lahir sampai dengan 2 jam sesudahnya, adapun hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai uterus kembali dalam bentuk normal. Hal ini dapat dilakukan dengan rangsangan taktil (masase) untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat. Perlu juga dipastikan bahwa plasenta telah lahir lengkap dan tidak ada yang tersisa sedikitpun dalam uterus serta benar-benar dijamin tidak terjadi perdarahan lanjut (Sumarah, 2008).
2.  Evaluasi uterus: konsistensi, atonia
                 Perlu diperhatikan bahwa kontraksi uterus mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya  perdarahan dan pengembalian uterus kebentuk normal. Kontraksi uterus yang tak kuat dan terus menerus dapat menyebabkan terjadinya atonia uteri yang dapat mengganggu keselamatan ibu. Untuk itu evaluasi terhadap uterus pasca pengeluaran plasenta sangat penting untuk diperhatikan. Untuk membantu uterus berkontraksi dapat dilakukan dengan masase agar tidak menjadi lembek dan mampu berkontraksi dengan kuat. Kalau dengan usaha ini uterus tidak mau berkontraksi dengan baik dapat diberikan oksitosin dan harus diawasi sekurang-kurangnya selama satu jam sambil mengamati terjadinya perdarahanpost partum.
3.  Pemeriksaan serviks, vagina dan perineum
                 Hal ini berguna untuk mengetahui terjadinya laserasi (adanya robekan) yang dapat diketahui dari adanya perdarahan pasca persalinan, plasenta yang lahir lengkap serta adanya kontraksi uterus.
                 Segera setelah kelahiran bayi, servik dan vagina harus diperiksa secara menyeluruh untuk mencari ada tidaknya laserasi dan dilakukan perbaikan lewat pembedahan kalau diperlukan. Servik, vagina dan perineum dapat diperiksa lebih mudah sebelum pelepasan plasenta karena tidak ada perdarahan rahim yang mengaburkan pandangan ketika itu. Pelepasan plasenta biasanya dalam waktu 5 sampai 10 menit pada akhir kala II. Memijat fundus seperti memeras untuk mempercepat pelepasan plasenta tidak dianjurkan karena dapat meningkatkan kemungkinan masuknya sel janin ke dalam sirkulasi ibu. Setelah kelahiran plasenta perhatian harus ditujukan pada setiap perdarahan rahim yang dapat berasal dari tempat implantasi plasenta. Kontraksi uterus yang mengurangi perdarahan ini dapat dilakukan dengan pijat uterus dan penggunaan oksitosin. Dua puluh unit oksitosin rutin ditambahkan pada infus intravena setelah bayi dilahirkan. Plasenta harus diperiksa untuk memastikan kelengkapannya. Kalau pasien menghadapi perdarahan masa nifas(misalnya karena anemia, pemanjangan masa augmentasi, oksitosin pada persalinankehamilan kembar atau hidramnion) dapat diperlukan pembuangan plasenta secara manual, eksplorasi uterus secara manual atau kedua-duanya.
4.  Pemantauan dan evaluasi lanjut
a.  Tanda Vital
     Pemantauan tanda-tanda vital pada persalinan kala IV antara lain:
1)   Kontraksi uterus harus baik
2)   Tidak ada perdarahan dari vagina atau alat genitalia lainnya.
3)   Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap.
4)   Kandung kencing harus kosong.
5)   Luka-luka pada perineum harus terawat dengan baik dan tidak terjadi hematoma.
6)   Bayi dalam keadaan baik.
7)   Ibu dalam keadaan baik.
       Pemantauan tekanan darah pada ibu pasca persalinan digunakan untuk memastikan bahwa ibu tidak mengalami syok akibat banyak mengeluarkan darah. Adapun gejala syok yang diperhatikan antara lain: nadi cepat, lemah (110 kali/menit atau lebih), tekanan rendah (sistolik kurang dari 90 mmHg, pucat, berkeringat atau dingin, kulit lembab,nafas cepat (lebih dari 30 kali/menit), cemas, kesadaran menurun atau tidak sadar serta produksi urin sedikit sehingga produksi urin menjadi pekat, dan suhu yang tinggi perlu diwaspadai juga kemungkinan terjadinya infeksi dan perlu penanganan lebih lanjut.


b.  Kontraksi uterus
                 Pemantauan adanya kontraksi uterus sangatlah penting dalam asuhan kala IV persalinandan perlu evaluasi lanjut setelah plasenta lahir yang berguna untuk memantau terjadinya perdarahan. Kalau kontraksi uterus baik dan kuat kemungkinan terjadinya perdarahan sangat kecil. Pasca melahirkan perlu dilakukan pengamatan secara seksama mengenai ada tidaknya kontraksi uterus yang diketahui dengan meraba bagian perut ibu serta perlu diamati apakah tinggi fundus uterus telah turun dari pusat, karena saat kelahiran tinggi fundus uterus telah berada 1-2 jari dibawah pusat dan terletak agak sebelah kanan sampai akhirnya hilang dihari ke-10 kelahiran.
c.  Lochea
                 Melalui proses katabolisme jaringan, berat uterus dengan cepat menurun dari sekitar 1000gr pada saat kelahiran menjadi sekitar 50gr pada saat 30 minggu masa nifas. Serviks juga kahilangan elastisitasnya dan menjadi kaku seperti sebelum kehamilan. Selama beberapa hari pertama setelah kelahiran sekret rahim (lochea) tampak merah (lochea rubra) karena adanya eritrosit. Setelah 3 sampai 4 hari lochea menjadi lebih pucat (lochea serosa) dan di hari ke-10 lochea tampak putih atau putih kekuningan (lochea alba). Lochea yang berbau busuk diduga adanya suatu di endometriosis.
d.  Kandung Kemih
                 Pada saat setelah plasenta keluar kandung kencing harus diusahakan kosong agar uterus dapat berkontraksi dengan kuat yang berguna untuk menghambat terjadinya perdarahan lanjut yang berakibat fatal bagi ibu. Jika kandung kemih penuh, bantu ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya dan ibu dianjurkan untuk selalu mengosongkannya jika diperlukan, dan ingatkan kemungkinan keinginan berkemih berbeda setelah dia melahirkan bayinya. Jika ibu tidak dapat berkemih,bantu dengan menyiramkan air bersih dan hangat pada perineumnya atau masukkan jari-jari ibu kedalam air hangat untuk merangsang keinginan berkemih scara spontan. Kalau upaya tersebut tidak berhasil dan ibu tidak dapat berkemih secara spontan maka perlu dan dapat dipalpasi maka perlu dilakukan kateterisasi secara aseptik dengan memasukkan kateter Nelaton DTT atau steril untuk mengosongkan kandung kemih ibu, setelah kosong segera lakukan masase pada fundus untuk menmbantu uterus berkontraksi dengan baik.
e.  Perineum
                 Terjadinya laserasi atau robekan perineum dan vagina dapat diklarifikasikan berdasarkan luas robekan. Robekan perineum hampir terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Hal ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan cara menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Sebaliknya kepala janin akan lahir jangan ditekan terlalu kuat dan lama.
5.  Perkiraan darah yang hilang
                 Perkiraan darah yang hilang sangat penting untuk keselamatan ibu, namun untuk menentukan banyaknya darah yang hilang sangatlah sulit karena sering kali bercampur cairan ketuban atau urin dan mungkin terserap kain, handuk atau sarung.
                 Sulitnya menilai kehilangan darah secara akurat melalui perhitungan jumlah sarung, karena ukuran sarung bermacam-macam dan mungkin telah diganti jika terkena sedikit darah atau basah oleh darah. Mengumpulkan darah dengan wadah atau pispot yang diletakkan dibawah bokong ibu bukanlah cara yang efektif untuk mengukur kehilangan dan bukan cerminan asuhan sayang ibu karena berbaring diatas wadah atau pispot sangat tidak nyaman dan menyulitkan ibu untuk  memegang dan menyusui bayinya.
                 Cara yang baik untuk memperkirakan kehilangan darah adalah dengan menyiapkan botol 500 ml yang digunakan untuk menampung darah dan dinilai berapa botol darah yang telah digunakan untuk menampung darah, kalau setengah berarti 250 ml dan kalau 2 botol sama dengan 1 liter. Dan ini merupakan salah satu cara untuk menilai kondisi ibu.
                 Cara tak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah adalah melalui penampakan gejala dan tekanan darah. Kalau menyebabkan lemas, pusing dan kesadaran menurun serta tekanan darah sistolik turun lebih dari 10 mmHg dari kondisi sebelumnya maka telah terjadi perdarahan lebih dari 500ml. Kalau ibu mengalami syok hipovolemik maka ibu telah kahilangan darah 50% dari total darah ibu (2000-2500 ml).
                 Perdarahan pasca persalinan sangat penting untuk diperhatikan karena sangat berhubungan erat dengan kondisi kesehatan ibu. Akibat banyaknya darah yang hilang dapat menyebabkan kematian ibu. Perdarahan terjadi karena kontraksi uterusyang tidak kuat dan baik, sehingga tidak mampu menjepit pembuluh darah yang ada disekitarnya akibatnya perdarahan tak dapat berhenti. Perdarahan juga dapat disebabkan karena adanya robekan perineum, serviks bahkan vagina dan untuk menghentikan perdarahannya maka harus dilakukan penjahitan.
6. Prinsip Penjahitan Luka Episiotomi / Laserasi Perineum
a. Indikasi Episiotomi
1)   Gawat janin
2)   Persalinan per vaginam dengan penyulit (sungsang, tindakan vakum ataupun forsep).
3)   Jaringan parut (perineum dan vagina) yang menghalangi kemajuan persalinan.
b. Tujuan Penjahitan
1.    Untuk menyatukan kembali jaringan yang luka.
2.    Mencegah kehilangan darah.
c. Keuntungan Teknik Jelujur
     Selain teknik jahit satu-satu, dalam penjahitan digunakan teknik penjahitan dengan model jelujur. Adapun keuntungannya adalah:
·       Mudah dipelajari.
·       Tidak nyeri.
·       Sedikit jahitan.
d. Hal Yang Perlu Diperhatikan
     Dalam melakukan penjahitan perlu diperhatikan tentang:
1.    Laserasi derajat satu yang tidak mengalami perdarahan, tidak perlu dilakukan penjahitan.
2.    Menggunakan sedikit jahitan.
3.    Menggunakan selalu teknik aseptik.
4.    Menggunakan anestesi lokal, untuk memberikan kenyamanan ibu.
gambar 2 teknik anestesi


e. Nasehat Untuk Ibu
                   Setelah dilakukan penjahitan, bidan hendaklah memberikan nasehat kepada ibu. Hal ini berguna agar ibu selalu menjaga dan merawat luka jahitannya. Adapun nasehat yang diberikan diantaranya:
·       Menjaga perineum ibu selalu dalam keadaan kering dan bersih.
·       Menghindari penggunaan obat-obat tradisional pada lukanya.
·       Mencuci perineum dengan air sabun dan air bersih sesering mungkin.
·       Menyarankan ibu mengkonsumsi makanan dengan gizi yang tinggi.
·       Menganjurkan banyak minum.
·       Kunjungan ulang dilakukan 1 minggu setelah melahirkan untuk memeriksa luka jahitan.
7. Pemantauan Kala IV
Saat yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah pada masa post partum. Pemantauan ini dilakukan untuk mencegah adanya kematian ibu akibat perdarahanKematian ibu pasca persalinanbiasanya tejadi dalam 6 jam post partum. Hal ini disebabkan oleh infeksiperdarahan dan eklampsia post partum. Selama kala IV, pemantauan dilakukan 15 menit pertama setelah plasentalahir dan 30 menit kedua setelah persalinan.
Setelah plasenta lahir, berikan asuhan yang berupa :
a.    Rangsangan taktil (massase) uterus untuk merangsang kontraksi uterus.
b.    Evaluasi tinggi fundus uteri – Caranya : letakkan jari tangan Anda secara melintang antara pusat dan fundus uteriFundus uteri harus sejajar dengan pusat atau dibawah pusat.
c.    Perkirakan darah yang hilang secara keseluruhan.
d.   Pemeriksaan perineum dari perdarahan aktif (apakah dari laserasi atau luka episiotomi).
e.    Evaluasi kondisi umum ibu dan bayi.
f.     Pendokumentasian.
Penilaian Klinik Kala IV
No
Penilaian
Keterangan
1
Rangsangan taktil uterus dilakukan untuk merangsang terjadinya kontraksiuterus yang baik. Dalam hal ini sangat penting diperhatikan tingginya fundus uteri dan kontraksi uterus.
2
Pengeluaranpervaginam
Pendarahan: Untuk mengetahui apakah jumlah pendarahan yang terjadi normalatau tidak. Batas normal pendarahan adalah 100-300 ml.
Lokhea: Jika 
kontraksi uterus kuat, maka lokea tidak lebih dari saat haid.
3
Plasenta dan selaputketuban
Periksa kelengkapannya untuk memastikan ada tidaknya bagian yang tersisa dalam uterus.
4
Kandung kencing
Yakinkan bahwa kandung kencing kosong. Hal ini untuk membantu involusio uteri
5
Periksa ada tidaknya luka / robekan pada perineum dan vagina.
6
Kondisi ibu
Periksa vital sign, asupan makan dan minum.
7
Kondisi bayi baru lahir
Apakah bernafas dengan baik?
Apakah 
bayi merasa hangat?
Untuk mengetahui 
pemberian ASI?


8. Bentuk Tindakan Dalam Kala IV
a. Tindakan Baik:
1)   Mengikat tali pusat.
2)   Memeriksa tinggi fundus uteri.
3)   Menganjurkan ibu untuk cukup nutrisi dan hidrasi.
4)   Membersihkan ibu dari kotoran.
5)   Memberikan cukup istirahat.
6)   Menyusui segera.
7)   Membantu ibu ke kamar mandi.
8)   Mengajari ibu dan keluarga tentang pemeriksaan fundus dan tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi.
b. Tindakan Yang Tidak Bermanfaat:
1)   Tampon vagina – menyebabkan sumber infeksi.
2)   Pemakaian gurita – menyulitkan memeriksa kontraksi.
3)   Memisahkan ibu dan bayi.
4)   Menduduki sesuatu yang panas – menyebabkan vasodilatasi, menurunkan tekanan darah, menambah perdarahan dan menyebabkan dehidrasi.
c. Pemantauan Lanjut Kala IV
            Hal yang harus diperhatikan dalam pemantauan lanjut selama kala IV adalah :
1)   Vital sign – Tekanan darah normal < 140/90 mmHg; Bila TD < 90/ 60 mmHg, N > 100 x/ menit (terjadi masalah); Masalah yang timbul kemungkinan adalah demam atau perdarahan.
2)   Suhu – S > 380 C (identifikasi masalah); Kemungkinan terjadi dehidrasi ataupun infeksi.
3)   Nadi
4)   Pernafasan
5)   Tonus uterus dan tinggi fundus uteri – Kontraksi tidak baik maka uterus teraba lembek; TFUnormal, sejajar dengan pusat atau dibawah pusat; Uterus lembek (lakukan massase uterus, bila perlu berikan injeksi oksitosin atau methergin).
6)   Perdarahan – Perdarahan normal selama 6 jam pertama yaitu satu pembalut atau sepertidarah haid yang banyak. Jika lebih dari normal identifikasi penyebab (dari jalan lahirkontraksiatau kandung kencing).
7)   Kandung kencing – Bila kandung kencing penuh, uterus berkontraksi tidak baik.
8)   Tanda Bahaya Kala IV



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Kala IV adalah o menit sampai 2 jam setelah persalinan plasenta berlangsung. Ini merupakan masa kritis bagi ibu, karena kebanyakan wanita melahirkan kehabisan darah atau mengalami suatu keadaan yang menyebabkan kematian pada kala IV ini. Bidan harus terus memantau keadaan ibu sampai masa kritis ibu telah terlewati.
Periksa apakah ada laserasi akibat persalinan atau tidak. Jika ada maka segera lakukan penjahitan sesuai dengan derajat laserasi. Periksa fundus setiap 15 menit pada satu jam pertama, dan setiap 20-30 menit pada satu jam kedua. Jika tidak ada kontraksi lakukan massase uterus, namun jika ada selalu pantau kontraksi uterus, karena hal ini akan menyebabkan pembuluh darah terjepit dan perdarahan akibat persalinan akan perlahan –lahan terhenti. Pemeriksaan tekanan darah, nadi dan kantong kemih setiap 15 menit jam pertama dan 30 menit pada satu jam kedua.
Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu untuk makan minum yang disukai. Bersihkan perineum ibu,ganti pakaian ibu dengan pakaian bersih, dan kenakan ibu tella. Inisiasi dini harus tetap dilakukan agar bayi mendapat kolostrum ibu dan membantu uterus berkontraksi
B. Saran
1.      Bagi keluarga agar memberi motivasi kepada ibu untuk untuk menerima dan beradaptasi dengan bayinya sebaik mungkin
2.      Bagi petugas kesehatan agar  meningkatkan pelayanan dan memberikan pelayanan secara berkesinambungan sehingga diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak

DAFTAR PUSTAKA

Draft. Acuan Pelatihan Pelayanan Dasar Kebidanan……
Dep.Kes. RI. 2004. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta.
Mochtar. R. 1998. Sinopsis Obstetri. Edisi 2 Jilid 1. EGC. Jakarta.
Pusdiknakes. 2003. Buku 3 Asuhan Intrapartum. Jakarta.
Sarwono. P. 2003. Buku Acuan Nasional  Pelayanan  Kesehatan Maternal Dan Neonatal. YBP SP. Jakarta.
Scoot. J. dkk. 2002. Dandorft Buku Saku Obstetri Dan Ginekologi. Cetakan I. Widya Merdeka. Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar