Minggu, 13 Juli 2014

Embriogenesis, Organogenesis dan Teratogenesis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati.  Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS.Luqman [31] : 34)
            Ayat diatas juga dipertegas dengan hadist Rasulullah saw. dari Ibnu Umar. Rasulullah Saw. bersabda, “Ada lima hal yang ghaib, yang tidak ada mengetahui kecuali Allah Swt.: “Tidak ada yang mengetahui kandungan rahim (bayi) yang (lahir) kurang sempurna, kecuali Allah Swt. Tidak ada yang mengetahui apa yang terjadi esok hari kecuali Allah Swt, tidak ada yang mengetahui kapan akan turun hujan kecuali Allah Swt, tidak ada yang mengetahui di bumi yang mana dia akan mati kecuali Allah Swt dan tidak ada yang mengetahui kapan akan terjadi kiamat kecuali Allah Swt.” (H.R. Bukhari).
Hadits di atas menjelaskan makna ayat pada surat Luqman ayat 34, bahwa lima hal tersebut merupakan hal yang ghaib yang tidak dapat diketahui oleh siapa pun kecuali Allah Swt, salah satunya adalah apa yang terjadi di alam rahim. Hal inilah yang pula akan kami bahas dalam makalah ini yaitu terkait embryogenesis, organogenesis, dan teratogenesis.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.    Bagaimanakahan tahapan-tahapan embriogenesis ?
2.    Bagaimanakahan tahapan-tahapan organogenesis ?
3.    Bagaimanakahan tahapan-tahapan teratogenesis ?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Embriogenesis
1. Pengertian
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Sel pada embriogenesis disebut sebagai sel embriogenik.
Secara umum, embriogenesis adalah proses pembelahan sel dan diferensiasi sel dari embrio manusia yang terjadi pada saat tahap-tahap awal dari perkembangan manusia. Tepatnya, embriogenesis terjadi pada saat spermatozoa bertemu dan menyatu dengan ovum yang disebut fertilisasi sampai akhir dari minggu ke-8 dari perkembangan manusia (Langman,1994). Secara umum, sel embriogenik tumbuh dan berkembang melalui beberapa fase, antara lain:
1.    Sel tunggal (yang telah dibuahi)
2.    Blastomer
3.    Blastula
4.    Gastrula
5.    Neurula
6.    Embrio / Janin

2. Tahapan embrionik
yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama masa embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk betina.
Fase fertilisasi adalah pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum dan akan menghasilkan zygote. Zygote akan melakukan pembelahan sel (cleavage). Tahapan-tahapan fase embrionik yaitu :
a.    Fertilisasi
Adalah proses peleburan antara satu sel sperma dan satu sel ovum yang sudah matang. Proses pembuahan ini terjadi di bagian saluran Fallopii yang paling lebar. Fertilisasi akan menghasilkan sel individu baru yang disebut dengan zygote dan akan melakukan pembelahan diri /pembelahan sel (cleavage) menuju pertumbuhan dan perkembangan menjadi embrio
b. Pembelahan / cleavage
Adalah proses pembelahan sel tanpa diikuti oleh pertumbuhan sel atau ekspresi gen yang terjadi pada awal embryogenesis. Pembelahan atau cleavage atau juga disebut segmentasi, terjadi setelah pembuahan. Zigot membelah berulang kali sampai terdiri dari berpuluh sel kecil, yang disebut blastomer. Pembelahan itu bisa meliputi seluruh bagian, bisa pula hanya pada sebagian kecil zigot. Pembelahan ini terjadi secara mitosis, meskipun terkadang juga diikuti pembelahan inti yang terus menerus tanpa diikuti sitoplasma.
Saat fertilisasi, kepala sel sperma menembus dinding sel telur, sedangkan ekor dan lehernya tertinggal di luar. Selanjutnya inti sel (nukleus) telur dan inti sel sperma bersatu. Setelah bersatu, ovum menjadi zigot. Zigot adalah sel dengan jumlah kromosom 23 pasang (42 buah). Selanjutnya sambil bergerak ke arah uterus (rahim), zigot membelah berkali-kali. Zigot membelah diri menjadi 2, 4, 8, 16, dan seterusnya.


c.    Pembentukan blastokista,embrioblast, dan rongga amnion.
Pada waktu waktu morulla memasuki rongga rahim (kira – kira hari keenam), cairan mulai menembus zona pelusida masuk ke dalam ruang antar sel yang ada pada inner cell mass. Berangsur-angsur ruang antar sel menyatu, dan akhirnya terbentuklah sebuah rongga, blastokel, pada saat ini mudigah dikenal sebagai blastokista. sel-sel di dalam inner cell mass berkembang menjadi embrio yang disebut embrioblast, sedangkan sel-sel di luar inner cell mass atau trofoblast, menipis dan membentuk dinding epitel untuk blastokista yang selanjutnya menjadi plasenta sehingga implantasi bisa dimulai.
d.   Cakram mudigah trilaminer
Pada hari ke-8 sampai hari ke-9, inner cell mass (embrioblas) akan berdiferensiasi menjadi epiblas dan hipoblas (cakram mudigah bilaminer). Epiblas akan membentuk rongga amnion, sedangkan hipoblas akan membentuk rongga eksoselom (kantung kuning telur primitif). Dan pada hari ke-16, terjadi peristiwa gastrulasi, di mana epiblas berdiferensiasi menjadi tiga lapisan germinal, yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm.
B. Organogenesis
1. Pengertian
Dalam perkembangan hewan, organogenesis (organo-genesis berasal dari kata Yunani όργανον yaitu dengan mana yang bekerja", dan γένεσις "asal, penciptaan, generasi") adalah proses dimana ektoderm, endoderm, dan mesoderm berkembang menjadi organ-organ internal organisme. Organ-organ internal memulai pembangunan pada manusia dalam 3 sampai minggu ke-8 di dalam rahim. Lapisan dalam organogenesis dibedakan menjadi tiga proses: lipatan, perpecahan, dan kondensasi. Mengembangkan selama tahap awal pada hewan chordata adalah tabung saraf dan notochord. Semua hewan vertebrata memiliki proses pembentukan gastrula dengan cara yang sama. Vertebrata mengembangkan pial neural yang membedakan ke dalam banyak struktur, termasuk beberapa tulang, otot, dan komponen dari sistem saraf perifer. (Wikipedia. 2011).
Singkatnya, organogenesis adalah proses pembentukan organ tubuh atau alat tubuh, mulai dari bentuk primitif (embrio) hingga menjadi bentuk definitif (fetus). Fetus memiliki bentuk yang spesifik bagi setiap famili hewan. Artinya tiap bentuk fetus hewan memiliki ciri khas tersendiri yang mencerminkan spesiesnya.
Organogensisi dimulai akhir minggu ke 3 dan berakhir pada akhir minggu ke 8. Dengan berakhirnya organogenesis maka cirri-ciri eksternal dan system organ utama sudah terbentuk yang selanjutnya embryo disebut fetus . Pada periode pertumbuhan antara atau transisi terjadi transformasi dan differensiasi bagian-bagian tubuh embryo dari bentuk primitive sehingga menjadi bentuk definitif. Pada periode ini embryo akan memiliki bentuk yang khusus bagi suatu spesies. Pada periode pertumbuhan akhir, penyelesaian secara halus bentuk definitive sehingga menjadi ciri suatu individu.
2. Tahapan Organogenesis
Di dalam inner cell mass, blastikist mulai tertanam didalam uterus & terkubur sempurna pd hari ke-10.
Pada  waktu ini terjadi deferensiasi dari sel-sel yang menyusun inner cell mass (ectoderm, mesoderm dan endoderm). Dimana tahap pertama pada perkembangan fetus adalah pembentukan 2 ruang (kavitas) yang menutup, yang terletak berdekatan satu sama lain, yaitu cavitas amniotica dan saccus vitellius (adalah selaput yang terletak ant placenta dan amnion).
Pertumbuhan embrio terjadi dari embional plate yang terdiri dari 3 lapisan:


a.    Ektoderm : melapisi cavita amniotica.
Ektoderm mrp lapisan tunggal dari sel-sel yang bertanggung jawab atas pertumbuhan kulit, rambut, kuku, jaringan saraf, yang meliputi pula alat indaria (organ sensoris), kelenjar ludah, cavitas nasi, bagian bawah canalis analis, tractus genitalis dan glandula mammae
b.    Endoderm
Melapisi saccus vitellinus dan berkembang membentuk traktus digestivus, hepar, pancreas, larings, trakea, paru, vesika urinaria dan urethra.
c.    Mesoderm
Merupakan lapisan jaringan selain ectoderm dan endoderm yang berasal dari inner cell mass. Sebagian mesoderm terletak disekeliling cakram embrio.
Perkembangan lebih lanjut dari mesoderm ini akan menghasilkan system sirkulasi dan limfatik, tulang, otot, ginjal, ureter, organ genetalia, dan jaringan subcutan pada kulit.
Dengan kerjanya serupa dengan amuba sel tunggal yang sedang mengambil makanan, maka cavitas amniotica dapat mengubah bentuknya agar dapat mengelilingi saccus vitellinus dan mesoderm, & menarik kedua jaringan tersebut memasuki cavitas amniotica.
Catatan : cakram embrionik : krn cavitas amniotica & saccus vitellinus berdampingan, maka sebagian ectoderm dari cavitas amniotica terletak bersinggungan dengan sebagian endoderm saccus vitellinus. Daerah inidikenal dengan cakram embrionik & merupakan tempat perkembangan fetus.



3. Perkembangan organ fetus lebih lanjut
Usia kehamilan
Perkembangan fetus
14 hari pertama
·  Blastokist diberi makan (nutrien) oleh sitoplasmanya sendiri
·  Pembuluh darah primitif untuk embrio mulai berkembang pd mesoderm
Hari ke 14-28
·   Pembuluh darah embrio berhubungan dengan pembuluh darah pd vili corion placenta primitive
·   Sirkulasi embrio/maternal dengan demikian telah terbentuk & darah dapat beredar
·   Kepala embtio dapat dibedakan dari badannya
·   Tunas2 tungkai & lengan telah tampak
·   Tjd sikap fleksi yang tjd scr perlahan
·   System utama dalam tubuh tlh ada dalam bentuk rudimenter
·   Jantung menonjol dari tubuh & mulai berdenyut
Hari ke 28-42
·    Panjang embrio kira-kira 12 mm pd akhir minggu ke-6
·    Lengan mulai memanjang & tangan mendapatkan bentuknya
·    Timbul & mata rudimenter
·    Telinga tampak tetapi terletak lebih rendah
·    Gerakan pertama dapat dideteksi dengan ultrasound mulai minggu ke-6
Minggu ke 8
·      Menandai akhir masa embrio



Umur Kehamilan
Perkembangan Fetus
Minggu ke 8-10
·  Kepala mempunyai ukuran kira-kira sama dengan tubuh
·  Leher lebih panjang shg dagu tdk lg menyentuh tubuh
·  Jari tangan & jari kaki dapat dilihat
·  Pusat2 penulangan (osifikasi) muncul pd tulang rawan (kartilago)
·  Terbentuk kelopak mata, tetapi menutup sampai minggu ke 25
·  Usus (intestinum) mengalami penonjolan (herniasi), kedalam funiculus umbilicalis krn tdk tersedia cukup ruang dalam abdomen
·  Insersi funiculus umbilicalis  sgt rendah pd abdomen. Apabila perut ibu diraba terlalu keras, mk fetus akan bergerak menjauh (dapat diamati pd scan)  
Minggu ke 12
·  Panjang tubuh kira-kira 9 cm, berat 14 gr
·  Sirkulasi fatal telah berfungsi
·  Tractus renalis mulai berfungsi
·  Terdapat reflek menghisap & menelan
·  Genetalia eksterna telah tampak & dapat ditetapkan jenis kelaminya
Minggu ke 12-16
·  Panjang badan kira-kira 16 cm pd akhir minggu ke 16, beratnya 100 gr
·  Kulit sgt tembus pandang (transparan), shg vasa darah dapat terlihat
·  Deposit (timbunan) lemak subcutan tjd menjelang minggu ke 16
·  Rambut mulai tumbuh pd kepala & lanugo mulai tumbuh pd tubuh
·  Tungkai lebih panjang dari lengan
Minggu ke 16-20
·  Kecepatan pertumbuhan mulai berkurang
·  Kepala sekarang tgak & mrpk separo panjang badan
·  Gambaran wajah telah nyata, dengan telinga yang terletak pd tempatnya yang normal
·  Kelopak mata (palpebra), alis mata (supersilia) & kuku telah tumbuh dengan sempurna
·  Tungkai mempunyai proporsi relatif yang baik thdv tubuh
·  Skeleton terlihat pd pemeriksaan sinar-X (walaupun sinar-X tdk dipergunakan untuk keperluan diagnosis)
·  Kelenjar minyak (glandula sebacea) tlh aktif & vernix caseosa akan melapisi tubuh fetus
·  Gerakanfetus dapat dirasakan oleh ibu setelah kehamilan minggu ke-18
·  Jantung fetus dapat didengar dengan stetoskop stlh minggu ke 20
·  Traktus renalis mulai berfungsi & sebanyak 7-17 ml urine dikeluarkan setiap 24 jam
Minggu ke 20-24
·  Kulit sgt berkeriput krn tdapat terlalu sdikit lemak subkutan
·  Lanugo lebih gelap & vernix caseosa meningkat
·  Dari minggu ke 24 & seterusnya, fetus akan menyepak dalam merespons rangsangan (stimulus) msalnya bising yang keras dari luar
·  Bayi tampak tenang apabila ibu mendengarkan musik yang tenang & merdu
·  Semua organ telah tumbuh dengan baik
·  Pemberian sakarin ke dalam cairanj amnion memperlihatkan adanya kecepatan menelan 2x lebih besar. Penambahan lipidol menyebabkan fetus menyeringai
Minggu ke 24-28
·  Mata terbuka, alis mata & bulu mata tlh berkembang dengan baik
·  Rambut menutupi kepala
·  Lebih banyak deposit lemak subkutan yang mnyebabkan kerutan kulit berkurang
·  Testis mengalami penurunan dari abdomen kedalam scrotum pd mgg ke 28.
·  Fetus yang lahir lahir pd akhir masa ini masih mempunyai angka kematian (mortalitas) yang tinggi krn gangguan pernapasan (respirasi)  
Minggu ke 28-32
·  Lanugo mulai berkurang
·  Tubuh mulai membulat karena lemak disimpan disana
·  Testis terus turun
Minggu ke 32-36
·  Lanugo sebagian besar telah terlepas (rontok), tetapi kulit masih tertutup oleh vernix caseosa
·  Testis fetus laki-laki didalam scrotum pd mgg ke 36
·  Ovarium perempuan masih berada disekitar cavitas pelvic
·  Kuku jari tangan dan kaki mencapai ujung jari
·  Umbilicus sekarang terletak lebih dipusat abdomen
Minggu ke 36-40
·  Penulangan (osifikasi) tulang tengkorak masih belum sempurna, tetapi keadaan ini merupakan keuntungan & memudahkan lewatnya, fetus melalui jalan lahir
·  Gerakan pernapasan fetus dapat diidentifikasikan pd pemindaian ultrasound. Skrg tdapat cukup jaringan lemak subkutan & fetus mdapat tambahan berat badan hampir 1 kg pd mgg tsb.




C. Teratogenesis
1. Pengertian
Teratogenesis merupakan pembentukan cacat bawaan pada bayi baru lahir. Kelainan ini sudah diketahui selama beberapa dasawarsa dan merupakan penyebab utama morbiditas serta mortilitas pada bayi baru lahir. Pada awalnya terjadinya teratogenesis dihubungkan dengan akibat kekurangan gizi pada wanita semasa hamil.
Namun penelitian pada era baru diketahui adanya pengaruh penggunaan zat kimia terhadap terjadinya efek teratogenik. Bermula dari penggunaan talidomid, suatu obat hipnotik-sedatif, dalam klinik. Obat ini diperkenalkan pertama kali pada akhir tahun 1950-an di Jerman, dan terbukti relative tidak toksik / mematikan  pada hewan coba dan manusia. Obat ini digunakan, antara lain untuk meringankan mual-mual pada hamil muda.
Pada tahun 1960,dilaporkan beberapa kasus fokomelia. Pada tahun berikutnya, kasus ini semakin banyak ditemukan. Fokomelia adalah suatu jenis cacat bawaan yang sangat langka berupa pendeknya atau tiadanya anggota badan. Penelusuran penyebab fokomelia pada kasus-kasus itu segera sampai pada penggunaan talidomid oleh wanita hamil, terutama antara minggu ketiga dan minggu kedelapan kehamilan. Segera obat ini dilarang beredar. Meskipun demikian, 1000 bayi cacat telah lahir di beberapa Negara. Karena kejadian tersebut dilakukan tindakan untuk melakukan berbagai jenis uji pada sejumlah besar obat, zat tambahan makanan, pestisida, bahan pencemar lingkungan dan zat kimi lain untuk menentukan potensi teratogeniknya.
2. Penyebab teratogenik
a.       Faktor genetik
1)   Terjadinya mutasi
2)   Aberasi
b.      Faktor lingkungan
c.       Agen infektif
1)   Virus: rubella, varicella
2)   Kuman : Treponema pallidum
3)   Parasit : Toxoplasmosis
d.      Agen fisik : radiasi
e.       Agen kimia :
1)   Logam berat (Hg, Pb, Arsenik dll)
2)   Polutan (pestisida, plastik, dll)
3)   Bahan obat
Beberapa jenis zat kimia telah terbukti bersifat teratogen pada hewan coba. Terdapat beberapa jenis mekanisme yang terlibat dalam efek teratogennya.
1)   Gangguan terhadap asam nukleat
Banyak zat kimia mempengaruhi replikasi dan transkripsi (suatu tahapan pembentukan DNA) asam nukleat, atau translasi RNA, misalnya zat pengalkil, antimetabolit dan intercelating agents. Beberapa zat kimia ini memang sudah aktif, sedangkan yang lainnya, misalnya aflatoksin dan talidomid membutuhkan bioaktivasi.
2) Kekurangan pasokan energi dan osmolaritas
Teratogen tertentu dapat mempengaruhi pasokan energi yang dipakai untuk metabolisme dengan cara langsung mengurangi persediaan substrat (misalnya defisiensi makanan) atau bertindak sebagai analog atau antagonis vitamin, asam amino esensial, dan lainnya. Selain itu hipoksia dan penyebab hipoksia (CO, CO2) dapat bersifat teratogen dengan mengurangi oksigen dalam proses metabolisme yang membutuhkan oksigen dan mungkin juga dengan menyebabkan ketidakseimbangan osmolaritas. Hal ini dapat menyebabkan edema atau hematoma, yang pada gilirannya dapat menyebabkan kelainan bentuk dan iskemia jaringan.
3)  Penghambatan enzim
Adanya penghambat enzim dapat menyebabkan cacat karena mengganggu diferensiasi dan pertumbuhan sel melalui penghambatan kerja suatu enzim. Akibatnya suatu organ mengalami ketidaksempurnaan dalam penyusunannya, sehingga akan terlahir dalam keadaan cacat.
4)   Lainnya
Hipervitaminosis A dapat menyebabkan kerusakan ultrastruktural pada membrane sel embrio hewan pengerat, suatu mekanisme yang dapat menerangkan tertogenitas vitamin A. Faktor fisika yang dapat menyebabkan cacat meliputi radiasi, hipotermia dan hipertermia, serta trauma mekanik.
3. Gangguan zat teratogen pada tahapan pembentukan janin
1. Embriologi
Setelah pembuahan, sel telur mengalami proliferasi sel, diferensiasi sel, migrasi sel, dan organogenesis. Embrio kemudian melewati suatu metamorfosis dan periode perkembangan janin sebelum dilahirkan.
2. Prediferensiasi
Selama tahap ini, embrio tidak rentan terhadap zat teratogen. Tahapan ini adalah tahapan resisten. Sel yang mengalami kerusakan akan digantikan oleh sel lain yang masih hidup membentuk embrio normal
3. Embrio
Dalam periode ini sel secara intensif menjalani diferensiasi, mobilisasi, dan organisasi. Selama periode inilah sebagian besar organogenesis terjadi. Akibatnya, embrio sangat rentan terhadap efek teratogen. Selain itu, tidak semua organ rentan pada saat yang sama dalam suatu kehamilan.
4. Janin
Tahap ini ditandai dengan perkembangan dan pematangan fungsi. Dengan demikian, selama tahapan ini, teratogen tidak mungkin menyebabkan cacat morfologik, tetapi dapat mengakibatkan kelainan fungsi, seperti gangguan system saraf pusat. Hal ini mungkin tidak dapat didiagnosis segera setelah kelahiran.

4.    Cacat lahir dan teratologi
Malformasi kongenital atau cacat lahir adalah suatu kelainan struktural, perilaku, faal, dan metabolik yang terjadi pada waktu lahir. Cacat lahir merupakan penyebab kematian kelima, kira-kira 21% dari semua kematian bayi. Beberapa jenis anomali :
1.   Malformasi
Terjadi selama pembentukan struktur (organogenesis). Malformasi dapat disebabkan faktor lingkungan dan genetik. Kebanyakan malformasi berawal dari minggu ketiga sampai minggu kedelapan kehamilan. Anomali ini dapat menyebabkan hilangnya sebagian atau seluruh struktur organ dan/atau perubahan-perubahan konfigurasi normal.
2.    Disrupsi
Mengakibatkan perubahan morfologi struktur organ setelah pembentukannya. Penyebabnya adalah proses-proses yang merusak, seperti kecelakan pada pembuluh darah yang menyebabkan atresia usus dan cacat yang ditimbulkan pita amnion.
3.  Deformasi
Disebabkan oleh gaya-gaya mekanik dalam jangka waktu yang lama. Deformasi sering kali mengenai sistem kerangka otot. Anomali ini dapat sembuh setelah lahir.


4.  Sindrom
Sekelompok cacat yang terjadi secara bersamaan, memiliki etiologi yang spesifik dan sama. Istilah ini menunjukkan telah dibuat sebuah diagnosis dan risiko terjadinya kembali telah diketahui.
Ilmu yang mempelajari sebab-sebab terjadinya malformasi kongenital adalah teratologi.  Teratologi merupakan cabang embriologi yang khusus mengenai pertumbuhan struktural yang abnormal luar biasa. Oleh pertumbuhan abnormal luar biasa itu lahir bayi atau dilahirkan janin yang cacat. Bayi yang lahir cacat hebat itu disebut monster. Kembar dempet yang pertautannya parah sekali disebut monster duplex. Pada orang setiap 50 kelahiran hidup rata-rata 1 yang cacat. Sedangkan dari yang digugurkan perbandingan itu jauh lebih tinggi. Perbandingan bervariasai sesuai dengan jenis cacat. Contoh daftar berikut :

Frekuensi
Frekuensi
Lobang antar atrium
1 : 5
Cryptorchidisme
1 : 300
Sumbing dan langit-langit celah
1 : 1.000
Albino
1 : 20.000
Hemophilia
1 : 50.000
Tak ada anggota
1 : 500.000

Melihat kepada bagian tubuh yang kena, presentasi keseringan cacat ialah :
SSP (Susunan Saraf Pusat)                    60 %
Saluran pencernaan                                15 %
Kardiovaskuler                                      10 %
Otot dan Kulit                                       10 %
Alat Lain                                               5 %


Cacat yang sering juga ditemukan ialah seperti : Sirenomelus (Anggota seperti ikan duyung; anggota belakang tak ada, anggota depan pendek ) phocomelia (anggota seperti anjing laut ; tangan dan kaki seperti sirip untuk mendayung), polydactyly (berjari 6), syndactyly (berjari 4), jari buntung, tak berjari kaki dan tangan, ada ekor, dwarfisme (kerdil), kretinisme (cebol) dan gigantisme (raksasa).
Lahir cacat diketahui terjadi pada 3-5% dari semua bayi yang baru lahir.  Mereka adalah penyebab utama kematian bayi di Amerika Serikat, karena menyumbang lebih dari 20% dari semua kematian bayi. Tujuh sampai sepuluh persen dari semua anak akan memerlukan perawatan medis yang ekstensif untuk mendiagnosa atau mengobati cacat lahir. Dan meskipun kemajuan yang signifikan telah dibuat dalam mengidentifikasi penyebab dari beberapa cacat lahir, sekitar 65% tidak memiliki atau diidentifikasi diketahui penyebabnya.

Secara natural cacat itu sulit dipastikan apa penyebabnya yang khusus. Mungkin sekali gabungan atau kerja sama berbagai faktor : genetis dan lingkungan. Secara eksperimentil dapat dibuat cacat, dengan mempergunakan salah satu teratogen (penyebab teratogenesis) dan faktor yang lainnya.
Teratogen itu bekerja lewat proses :
1.      Mengubah kecepatan proliferasi sel
2.      Menghalangi sintesa enzim
3.      Mengubah permukaan sel sehingga agregasi tak benar
4.      Mengubah matriks, yang mengganggu perpindahan sel-sel
5.      Merusak organizer atau gaya kompetensi sel berespons.

5.  Prinsip kelainan perkembangan embrio
Seiring dengan kesadaran baru dari dalam rahim kerentanan berkembang mamalia embrio datang pengembangan dan penyempurnaan Enam Prinsip Teratology yang masih diterapkan saat ini. Prinsip-prinsip dari teratologi yang diajukan oleh James Wilson pada tahun 1959 dan dalam bukunya monografi Lingkungan dan Lahir Cacat.  Prinsip-prinsip panduan studi dan pemahaman tentang agen teratogenik dan pengaruhnya terhadap organisme berkembang:
1.   Kerentanan terhadap teratogenesis tergantung pada genotipe konsepsi dan cara dimana ini berinteraksi dengan faktor lingkungan yang merugikan.
2.    Kerentanan terhadap teratogenesis bervariasi dengan tahap perkembangan pada saat terkena pengaruh yang merugikan. Ada periode kritis dari kerentanan terhadap agen dan sistem organ terpengaruh oleh agen ini.
3.    Agen teratogenik bertindak dengan cara tertentu pada pengembangan sel dan jaringan untuk memulai urutan peristiwa perkembangan abnormal.
4.    Akses pengaruh yang merugikan pada jaringan berkembang tergantung pada sifat mempengaruhi. Beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan teratogen untuk kontak konsepsi berkembang, seperti sifat dari agen itu sendiri, rute dan tingkat eksposur ibu, laju perpindahan plasenta dan penyerapan sistemik, dan komposisi genotipe ibu dan embrio / janin.
5.    Ada empat manifestasi pengembangan menyimpang (Kematian, malformasi, Retardasi Pertumbuhan dan Cacat Fungsional).
6.    Manifestasi meningkatkan pembangunan menyimpang di frekuensi dan gelar sebagai meningkatkan dosis dari No diamati Pengaruh Buruk Level (NOAEL) dengan dosis memproduksi 100% Lethality (LD100).

6.    Tinjauan embriologi terhadap teratogen
Tinjauan embriologi disediakan untuk mempermudah pemahaman prinsip-prinsip dan deskripsi yang terkait dengan efek paparan teratogen. Bagian ini akan membahas perkembangan dari negara zigot pada pencapaian tiga lapisan (gastrula) gastrula
Pembentukan zigot menandai perkembangan embrio awal. Hasil embrio dari morula ke blastokista sementara masih dalam zona pelusida. Para morula tersebut akan menimbulkan struktur yang melekat pada embrio dini untuk rahim dan memberi makan embrio (trofoblas). pembangunan mamalia ditandai dengan pembentukan embrio-bantalan blastocele, yang blastula. 
Blastula berisi massa sel yang akan menimbulkan embrio aktual (konsepsi). Sel-sel ini, yang diistilahkan sebagai massa sel bagian dalam (PTT), berdiferensiasi menjadi ektoderm dan endoderm sebelum implantasi. ektoderm pada akhirnya akan menimbulkan epidermis dan struktur terkait, otak, dan sistem saraf. endoderm akan menimbulkan jaringan kelenjar seperti hati dan pankreas dan lapisan-lapisan dari saluran pencernaan dan pernafasan.
Massa sel dalam memberikan naik ke epiblast (berkembang menjadi ektoderm) dan hypoblast (berkembang menjadi endoderm). Sel-sel epiblast yang bermigrasi ke arah garis tengah dari embrio awal.
Somit adalah massa blocklike dari mesoderm samping tabung saraf. Mereka akan membentuk tulang punggung dan otot segmental. Mereka juga akan mengembangkan ke dalam sistem ekskretoris, gonad, dan meliputi luar organ internal. Juga terbentuk dari mesoderm adalah sel-sel mesenchymal.Ini adalah sel bermigrasi longgar membentuk dermis (lapisan kulit bagian dalam), tulang dan tulang rawan, dan sistem peredaran darah.

7. Penanganan akibat teratogenek
Untuk menghindari terjadinya teratogenesis pada wanita yang sedang hamil, maka pada penggunaan obat perlu adanya pedoman khusus untuk ibu hamil dan menyusui. Diantaranya sebagai berikut :
Pedoman penggunaan obat pada ibu hamil :
·       Pertimbangkan perawatan tanpa obat
·       Obat hanya diresepkan jika manfaat yang diperoleh ibu lebih besar daripada risiko kepada janin
·       Hindari penggunaan obat pada trimester pertama
·       Apabila diperlukan, gunakan obat yang keamanannya terhadap ibu hamil telah diketahui dengan pasti, pada dosis efektif terendah, penggunaan sesingkat mungkin
·       Obat harus digunakan pada dosis efektif terkecil dan jangka waktu sesingkat mungkin
·       Hindari polifarmasi
·       Pertimbangkan penyesuaian dosis dan pemantauan pengobatan pada beberapa obat, seperti misalnya fenitoin, litium.
Pedoman penggunaan obat pada ibu menyusui:
·       Penggunaan obat yang tidak diperlukan harus dihindari
·       Jika harus menggunakan obat, pertimbangkan manfaat/risiko pada ibu dan bayi
·       Pilih rute pemberian dan pembagian obat yang menghasilkan kadar obat terkecil dalam ASI
·       Jika diberikan obat pada ibu menyusui, maka bayi harus dipantau secara cermat.
·       Hentikan sementara menyusui apabila:
Jika obat diketahui memiliki efek berbahaya bagi bayi yang disusui
Jika obat sangat poten, sehingga kadar yang sedikit dalam ASI dapat membahayakan bayi
Jika ibu mengalami gangguan fungsi ginjal dan hati
·       Hindari penggunaan obat baru




BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tahap awal perkembangan manusia diawali dengan peristiwa pertemuan/peleburan sel sperma dengan sel ovum yang dikenal dengan peristiwa FERTILISASI. Fertilisasi akan menghasilkan sel individu baru yang disebut dengan zygote dan akan melakukan pembelahan diri/pembelahan sel (cleavage) menuju pertumbuhan dan perkembangan menjadi embrio. Tahapan fase embrionik yaitu Morula, Blastula dan Gastrula.
Organogenesis merupakan proses dari pembentukan organ-organ tubuh. Proses ini terjadi setelah fase tubulasi pada embryogenesis. Pertumbuhan embrio terjadi dari embional plate yang terdiri dari 3 lapisan Ektoderm, Endoderm, dan Mesoderm.
Teratogenesis merupakan pembentukan cacat bawaan pada bayi baru lahir. Kelainan ini sudah diketahui selama beberapa dasawarsa dan merupakan penyebab utama morbiditas serta mortilitas pada bayi baru lahir. Pada awalnya terjadinya teratogenesis dihubungkan dengan akibat kekurangan gizi pada wanita semasa hamil.
Namun penelitian pada era baru diketahui adanya pengaruh penggunaan zat kimia terhadap terjadinya efek teratogenik. Bermula dari penggunaan talidomid, suatu obat hipnotik-sedatif, dalam klinik. Obat ini diperkenalkan pertama kali pada akhir tahun 1950-an di Jerman, dan terbukti relative tidak toksik / mematikan  pada hewan coba dan manusia. Obat ini digunakan, antara lain untuk meringankan mual-mual pada hamil muda.




DAFTAR PUSTAKA

Alberts B, Johnson A, Lewis J, Raff M, Roberts K, Walter P. 2002. Molecular Biology of The Cell. New York and London: Garland Science NCBI Books
Anonimous.2009. Turunan Mesoderm. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.Universitas Mataram: http://dosyin.blogspot.com. Diakses 3 November 2011.
Puja, I Ketut et al. 2010. Embriologi Modern, Udayana University Press : Denpasar.
Yatim, Wildan et al. 1984. Embryologi untuk Mahasiswa Biologi dan Kedokteran, Penerbit Tarsito : Bandung.
Yohana et al. 2007. Perkembangan Hewan. DDC 580 / ISBN 9796897571 : http://pustaka.ut.ac.id. Diakses 3 November 2011.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar